Translate

Monday 8 June 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

KATA PENGANTAR

السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته


Bismillahirrahmanirrahin.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
            Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk  menyelesaikan makalah ini. Namun kami menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum wr.wb





                                                                                    Pekanbaru, 09 Maret 2015











DAFTAR ISI





















BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling atau guidance and counseling merupakan salah satu program pendidikan yang diarahkan kepada usaha pembaruan pendidikan nasional. Jika dilihat arti dan tujuan bimbingan dan konseling secara mendalam, maka urgensi bimbingan dan konseling sangat besar bagi usaha pemantapan arah hidup generasi muda dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental dalam masyarakat.
Melalui program bimbingan dan konseling berarti pula perkembangan jiwa anak harus diarahkan kepadakemampuan mental spiritual yang lebih tinggi, dan lebih baik. Kemampuan mental spiritual anak bombing khususnaya para generasi muda harus mendapatkan perhatian istimewa dalam bimbingan dan konseling, baik segi-segi umum maupun agama untuk dibina dan dikembangkan agar mereka menjadi generasi mendatang yang kuat dan tangguh, baik fisik, mental, maupun spiritual.
B.     RUMUSAN MASALAH
Didalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang akan dipersentasikan agar didalam berjalannya persentasi tidak terjadi kesalahpahaman atau keluar dari apa yang dibahas atau yang dipersentasikan.
1.      Bagaimana sejarah munculnya bimbingan dan konseling?
2.      Bagaimana bimbingan konseling di Indonesia?

C.     TUJUAN
Adapun tujuan penulis dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana ilmu bimbingan dan konseling itu bisa berkembang hingga saat ini melalui sejarahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH MUNCULNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling ( guidance and counseling ) sebagai displin ilmu berkembang sejak permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 dimna  merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konseling diletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di amerika serikat telah mulai dirintis sejak tahun 1887, yaitu dengan dilaksanakannya “Home  Econic Program” di Missouri pertama kali, kemudian diikuti dengan pengawasan obat secara teratur pertama kali, kemudian diikuti Boston tahun 1894. Pada tahun 1902 telah mulai ada perawatan yang berpraktik di New York. Sekalipun demikian, bimbingan yang secara khusus diberikan perhatian kepada anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun 1896. Tokoh pertama gerakkan bimbingan anak-anak adalah witneryang mendirikan klinik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat. Klinik yang didirikan oleh witner pada saat itu usaha membantu anak-anak terbelakang yang menderita gangguan emosi.[1]
Adapun bimbingan modren didasarkan  pada lndasan –landasan teroretis bru mulai dilaksanakan pada tahuin 1909 oleh William Healy, yang kemudian dikenal sebagai pelopor gerakkanbimbingan kanak-kanak. Pada saat itu, Healy yang bekerja pada pengabdian kanak-kanak dan menaruh minat besar dalam penelitian bidang ini mendirikan dan mengelola “chicago juvenilepsychopatic institute” di Chicago, Illinois. Klinik yang dirikan Heavely inilah yang kemudian pertama kali dipandang sebagai klinik modern di Amerika  Serikat. Keberhasilan Heavely ini kemudian mendorong perkembangan bimbingan bimbingan dan konseling secara luas , di antaranya tumbuh dan berkembang organisasi bimbingan , baik  pada tingkat negara bagian, maupun tingkat nasional seperti  Nasional Vocational Guidance, 1938, dan paling akhir muncul Commision of guidance in amerika school, 1960.[2]
Menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed., pada masa awal kemunculan bimbingan dan konseling, terjadi tiga gerkkan yang masing-masing mempunyai arah perkembangannya sendiri, yaitu sebagai berikut.[3]
1.      Gerakkan yang berusaha memanfaatkan pengukran psikologis tentang kemampuan mental anak untuk  dipergunakan  sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Dalam gerakkan ini terkenal nama-nama para ahli seperti James Mc. Keen Cattell dan Alfred Bined dan Theodore Simon ( dalam tahun 1909) yang menyelidiki anak-anak lemah mental dan sebagainya.  Dari hasil penyelidikan, kemudian disusun suatu sistem pengukuran yang di sebut “ tes kecerdasan”. Tes tersebut kemudian disempurnakan oleh stanford (USA)  pada tahun 1916 yang terkenal dengan  Stanford-Binet Intellligence Test.
Dari tes kecerdasan  tersebut kemudian muncul berbagai macam model testing di bidang hidup kejiwaan  seperti pada perang Dunia I. Terdapat Army Group Examination  Alpha  (khusus unutk menyeleksi calon meliter yang di terapkan secara berkelompok) dan  Otis General Intelligence Examination serta Scholastic Attitude  Test   ( tes untuk mengetahui kemampuan dari hasil belajar).
Tes-tes tersebut besar pengaruhnya terhadap bimbingan dan konseling karena memang sangat bermanfaat bagi para pembimbing dalam memahami ciri-ciri tingkah laku serta  kelemahan-kelemahan anak-anak didik. Di samping itu juga , dengan tes tersebut guru dapat mengetahui keadaan anak didiknya (klien terbimbing) secara lebih dalam dan anak didiksendiri juga dapat lebih memahami dirinya sendiri.
Sampai saat ini, berkembanglah model tes mental (kejiwaan) yang luar biasa cepatnya, sehingga dapat diketahui ada 2000 macam model  yang pernah diterapkan dalam dunia kependidikan dan ilmu jiwa. Dari sejak tahun 1920, dimana tes dititik  beratkan pada kemampuan kecerdasan dan kemampuan belajar. Maka sejak itu pula berkembanglah sistem  dan standarisasi pengukuran  seperti pengukuran perhatian , pengukuran sikap (skala sikap), pengukuran dimensi kepribadian dan sebagainya, terutama  tampak menonjol pada tahun 1930 dan 1940 di dunia barat. Di antara sistem pengukuran tersebut yang dapat dimanfaatkan  dalam bidang agama , misalnya skla sikap ciptaan Likert , skala jarak sosial ciptaan Bgardus, serta sosiometri, dan sebagainya.
2.      Mental Hygiene (kesehatan jiwa) adalah juga termasuk  salah satu gerak yang mempengaruhi perkembang bimbing dan konseling. Dikarenakan  menyangkut problem yang bersumber pada kesehatan jiwa, pada tahun 1908 Clifford Beer menerbitkan buku  A Mind That Founds Itself (jiwa yang menemukan dirinya sendiri ) dari hasil pengalamannya sendiri tentang gangguan kejiwaan yang dideritanya sebagai suatu siksaan seperti yang dirasakan dala apa yang disebut “insane Asylum”. Buku inilah yang kemudian mendorng kepada usaha pembentukan  lembaga kesehatan mental di USA yang disebut National Committee For Mental Hygiene. Gerakakan di bidang ini besar sekali pengaruhnya bagi pelaksanaan  bimbingandan konseling di kemudian hari,sehingga timbullah kegiatan-kegiatan konseling yang dititikberatkan pada usaha penyembuhan penyakit mental (jiwa) dan sebagainya.
3.      Vocational Guidance, yaitu suatu bimbingan yang menititikberatkan bantuan kepada terbimbingan dalm jabatan atau pekerjaan sekarang  dan yang akan datang menurut kemampuan masing-masing. Pada tahun 1909, Frank Parpons menerbitkan buku yang berjudul Choosing a Vocaltion  Guidance, baik di lingkungan sekolah  maupun di luar sekolah. Pembawa ide  Vocational Guidance  ke dalam lingkup sekolah selanjutnya terkenal tokoh-tokoh seperti Meyer Bloomfield, M. Brewer, sehingga ide tersebut menjadi salah satu program pendidikan yang dilembagakan.
Adapun rintisan bimbingan dan konseling agama yang ditujukkan kepada hidup beragama secara formal dan ilmiah, yang dilakukan oleh para ahli bimbingan , baru tampak dimulai sejak perang Dunia II. Difungsikannya juru penerang agama atau pendeta di kalangan angkatan bersenjata terutama di Negara Anglo Saxon seperti Amerika Serikat.
Dikalangan angkatan bersenjata, penerang agama menduduki jabatan keimanan yang disebut “Chaplain”. Tenaga keimanan ini mendapatkan  training  dalam bidang kemiliteran  dan metadologi bimbingan dan konseling. Training  dalam bidang pengetahuan prktis dalam bimbingan dan konseling senatiasa dihubunngkan  dengan berbagai displin ilmu tentang penyembuhan jiwa,  faith healing (penyembuhan melalui keimanan), bahkan prinsip-prinsip psikoterapi agama juga dijadikan  pegangan  dalam pendekatan  keimanan mereka. 
Pada akhirnya, ide mereka tentang religious guidance and counseling tersebut dikembangkan dan di lembagakan didalam sistem administrasi mulai dari tingkat dasar sampai universitas. Meskipun jabatan religius disana belum sempurna berfungsi dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan oleh golongan umat beragama serta masyarakat pada umumnya. Namun, pendekatan keagamaan terhadap problem hidup manusia telah dirasakan urgensinya oleh masyarakat, terutama dalam rangka kesehatan mental.
Kenyataan ini pernah dikemukakan oleh Dr. Robert Felix, Direktur Lembaga kesehatan Jiwa di Amerika, bahwa kira-kira 40% rakyat Amerika Serikat mengajukan problem pribadi kepada pemimpin agama untuk mendapatkan nasihat. Kenyataan demikian menunjukkan bahwa konsultasi dengan para pendeta (pemimpin agama), mengandung kemanfaatan yang sangat potensial dalam kesehatan mental, baik preventif maupun kuratif.
Dilingkungan kampus universitas-universitas di negara Barat, khususnya Amerika Serikat terdapat suatu departemen agama (Department of Religion) yang bertugas memberi bimbingan dan konseling kehidupan agama dari mahasiswa dan sebagainya di dalam kampus. Pendekatannya menggunakan aspek-aspek psikologis, psikoterapi edukatif persuasif (meyakinkan) dan motivatif (memberikan alasan-alasan rasional) dari para mahasiswa yang menemui kesulitan-kesulitan belajar maupun kejiwaan secara pribadi. Pelaksana konseling (counselor) dilingkungan kampus tersebut disebut “minister”.
Didalam praktik konseling, para minister senantiasa bekerja sama dengan psikiater,psikolog,psikoterapis, serta ambudmen (pengurus kesejahteraan (pengurus kesejahteraan dan ketertiban mahasiswa di kampus) dan sebagainya.
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa perkembangan guidance and counseling dan sejak diletakkannya dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini, menunjukkan tendensi ke arah perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan mental dan fisik, dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
B.     BIMBINGAN DAN KONSELING DI INDONESIA
Ditinjau dari segi historis perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di indonesia, sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling, ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud, M.A., seorang pejabat Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1953.
Karena usaha Tatang Mahmud untuk mencarikan terjemahan istilah guidance and counseling ini dengan istilah bimbingan dan penyuluhan pada saat itu populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan istilah guidance and counseling.
Akan tetapi, dalam perkembangan Bahasa Indonesia selanjutnya, pada tahun 1970, sebagai awal dari masa pembangunan Orde Baru, istilah penyuluhan merupakan terjemahan dari kata counseling dan mempunyai konotasi psychological-counseling, banyak pula digunakan dalam bidang-bidang lain, seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan keluarga berencana, penyuluhan gizi, penyuluhan hukum, penyuluhan agama dan sebagainya, yang cenderung diartikan sebagai pemberian penerangan atau informasi, bahkan kadang-kadang hanya dalam bentuk pemberian ceramah atau pemutaran film saja.
Menyadari perkembangan pemakaian istilah tersebut, para ahli bimbingan dan penyuluhan Indonesia yang tergabung dalam organisasi profesi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) mulai meragukan ketepatan penggunaan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari istilah konseling. Oleh karena itu, sebagian dari mereka berpendapat, sebaiknya istilah penyuluhan dikemballikan ke istilah aslinya saja, yaitu konseling, sehingga pada saat ini dipopulerkan istilah bimbingan dan konseling untuk ilmu ini, bukan bimbingan dan penyuluhan dikarenakan alasan-alasan sebagaimana disebutkan dimuka.
Akan tetapi, ada pula sebagaian ahli bimbingan dan penyuluhan yang berpendapat bahwa jika istilah guidance diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan istilah bimbingan, istilah counseling harus pula dicarikan bahasa Indonesianya.
Adapun secara historis, masalah bimbingan dan penyuluhan mulai diperbincangkan secara terbuka pada tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yang waktu itu dikenal dengan nama “SMA Gaya Baru”. Sejak itu penjurusan di SMA tidak lagi dilaksanakan di kelas I, melainkan mulai dikelas II. Dengan perubahan itu dirasakan adanya kebutuhan untuk menyalurkan para siswa kearah jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan, sehingga kebutuhan bimbingan dan penyuluhan sangat mendesak.
Melihat kompleksitas permasalahan yang terjadi dalam era globalisasi saat ini, dimana persaingan begitu ketat dan membuat setiap orang harus berjuang dengan mengerahkan segenap kemampuan agar dapat bertahan hidup, maka untuk memenangkan persaingan tersebut para siswa membutuhkan bimbingan yang intensif untuk mengembangkan potensi dan keterampilannya.
Demikian pula dalam hal keagamaan. Pada kenyataannya, dalam kehidupan di  masyarakat secara  luas, karena berbagai himpitan dan permasalahan kehidupan mereka mengalami berbagai problematika kehidupan yang sangat kompleks. Pemecahan permasalahan kehidupan dengan berbagai latar belakangnya akan dapat diselesaikan dengan pendekatan keagamaan. Tidak sedikit permasalahan kehidupan justru akan dapat diatasi dengan pendekatan keagamaan. Karena dengan pendekatan keagamaan ini akan terpancar religious insight yang dapat membangkitkan semangat kehidupan seseorang yang mengalami problematika kehidupan. Oleh karena itu keberadaan bimbingan dan konseling agama mutlak diperlukan untuk mengatasi problematika kehidupan dikalangan masyarakat luas.
Dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling agama sebenarnya secara aplikatiftelah dilakukan oleh beberapa lembaga pendidikan Islam, khususnya pondok pesantren. Sebagai contoh Pondok Pesantren Suryalaya yang diasuh oleh KH. Shahibul Wafa Taju Arifin telah melakukan bimbingan dan konseling agama dengan pendekatan psikoterapi kepada para santrinya yang mengalami gangguan mental.
 

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan disegala kalangan. Baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia. Hal ini sudah terbukti dari sejak pertama kali muncul dengan nama bimbingan dan penyuluhan pada abad ke-20 SM.
Pada masa munculnya bimbingan dan konseling ada tiga gerakan yang mempunyai arah perkembangan yang berbeda. Tiga gerakan itu antara lain, yaitu:
1.      Gerakan yang berusaha memanfaatkan pengukuran psikologis psikologis tentang kemampuan mental anak untuk  dipergunakan  sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2.      Mental hygiene ( kesehatan jiwa )
3.      Vocational guidance, yang menitikberatkan bantuan dalam hal jabatan atau pekerjaan.


B.     SARAN
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.






           
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Akhyadi, Drs. H. 1991. Psikologi agama. Bandung: Sinar Baru.
Arifin H.M. 1979. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
                             . 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: Golden Terayon Press.
Hamdan Bakran Adz-Dzaky. 2006. Konseling dan Psikotrapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Drs. Samsul Munir Amin, M.A







[1] Drs. H. Mundzir Suparta, M.A., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka, 2003, hlm. 122
[2] Drs. H. Mundzir Suparta, M.A., Manajemen Pondok Pesantren, hlm.123.
[3] Drs. H.M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran  tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :Bulan Bintang,1979,hlm. 38.

No comments:

Post a Comment