Translate

Monday 8 June 2015

SEJARAH PERADABAN ISLAM SEJARAH INTELEKTUALISME ISLAM DIMASA ABBASIYAH DAN SPANYOL

KATA PENGANTAR

السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته


Bismillahirrahmanirrahin.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia beserta isinya. Tiada Tuhan selain Allah temapat kita mencurahkan segalanya. Allah tiadak pernah membedakan umatnya hanya karena fisiknya, kepandaiannya, kelebihannya, tapi Allah membedakkan umatnya berdasarkan ketaqwaan yang dimiliki umatnya. Allah adalah satu-satunya yang kita sembah. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan. Berkat Nabi-lah kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan samapai saat ini. 
            Alhamdulillah kami ucapkan, karena masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu untuk  menyelesaikan makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamualaikum wr.wb


                                                                                    Pekanbaru,28 Maret 2015




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... 3
BAB I   PENDAHULUAN............................................................................... 5
              1.1 LATAR BELAKANG................................................................... 5
              1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................... 5
              1.3 TUJUAN......................................................................................... 5

BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................. 6
              2.1 RUNTUHNYA BAGHDAD......................................................... 6
              2.2 RUNTUHNYA SPANYOL........................................................ 12
              2.3 PENGARUH HANCURNYA ABBASIYAH TERHADAP....
                    PENDIDIKAN ISLAM............................................................... 13
              2.4 POLA PEMIKIRAN PADA MASA HANCURNYA DINASTI  
                    ABBASIYAH............................................................................... 14
              2.5 DAMPAK HANCURNYA PENDIDIKAN ISLAM PADA....
                    MASA JATUHNYA ABBASIYAH DAN SPANYOL............. 16

BAB III      PENUTUP..................................................................................... 17
A.  KESIMPULAN................................................................................. 17
B.  SARAN.............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA
                   






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Karena dengan ilmu pengetahuan, Islam dapat membawa umatnya kepada sesuatu yang lebih baik. Dengan perhatian yang baik terhadap bidang pendidikan maka Islam tidak akan mengalami pasang dan surut. Agar pendidikan dalam Islam mengalami kemajuan yang pesat, harus mengadakan inovasi dan perubahan dan sanggup mempertahankannya. Sehingga seberapa kuatnya pihak lain ingin merusaknya maka mereka tidak akan sanggup.
Namun, sekuat apapun kejayaan dan kemajuan itu dipertahankan, suatu saat juga tidak akan terlepas dari kemunduran. Demikian juga dalam pendidikan Islam, ada mengalami kemajuan dan kemunduran. Islam yang pernah menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki banyak para ahli ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, akhirnya terpuruk juga dikarenakan berbagai hal yang terjadi di dalam tubuh Islam itu sendiri. Berikut akan dibahas pendidikan Islam pada era kemunduran.

1.2  Rumusan Masalah
Didalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang akan dipersentasikan agar didalam berjalannya persentasi tidak terjadi kesalahpahaman atau keluar dari apa yang dibahas atau yang dipersentasikan.
A.    Bagaimana Runtuhnya Bagdad
  1. Bagaimana Jatuhnya cordova (spanyol)
  2. Dampak kemunduran pendidikan islam pasca kejatuhan baghdad
D.    Dampak kemunduran pendidikan islam pasca kejatuhan spanyol
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari pemilihan masalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang sejarah intelektualisme islam dimasa abbasiyah dan spanyol.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah Pendidikan Agama Islam Masa Abbasiyah

Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid.

Bahkan di masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh penguasa umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendidikan seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu.
Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa membaca dan menulis dan dapat memahami isi dan kandungan al-Quran dengan baik.
Kemajuan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah, yaitu:
  1. Kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan
*      Kemajuan di bidang Ilmu Agama
*      Ilmu Tafsir
*     Ilmu Hadis
*     Ilmu Kalam
*     Ilmu Fikih
  1. Kemajuan Ilmu Umum
*      Filsafat
*      Kedokteran
*      Astronomi
*      Ilmu Pasti / Matematika
*      Geografi


B.     Runtuhnya Bagdad
Masa imperium Abbasiyah dikenal sebagai kurun keemasan. Namun selanjutnya juga mengalami kemunduran dan pada umumnya para sejarawan menetapkan bahwa kejatuhan baghdad di timur (1258 M) dan cordova di barat (1236 M) sebagai awal periode kemunduran yang tidak terlepas dari konotasi kemunduran pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Periode ini merupakan awal kejatuhan dan keruntuhan Baghdad sebagai pusat ibukota dan kebanggaan umat islam di dunia akan kemajuan peradabannya
Sepanjang imperium Abbasiyah yang sebagian dibangun berdasarkan upaya identifikasi Islam dan sebagian berdasarkan identifikasi khalifah, maka hilangnya pendukung merupakan sebuah bencana politik yang sangat besar. Meskipun Khalifah tetap sebagai pemimpin umat dan simbol bagi kesatuan muslim, tetaplah terbuka sebuah pemisah antara negara dan komunitas keagamaan. Sejak saat itu, Khalifah menampilkan interes politik dan pemerintahan Islam, sementara para ulama dan suffi merumuskan prinsip-prinsip keyakinan Islam.
Faktor-faktor yang menyebabkan Baghdad menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern.
a.       Faktor intern:
Faktor internal kemunduran dinasti Abbasiyah adalah factor yang berasal dari dalam pemerintahan Islam itu sendiri. Adanya pergeseran orientasi watak peradaban yang bekembang di dunia Islam pada masa itu, kecenderungan militerisme dan ekspansi wilayah kekuasaan muncul sebagai ciri utama peradaban Islam menyusul tampilnya supremasi politik bangsa Mongol. Faktor internal itu antara lain :
1.      Konflik Internal Keluarga Islam
Perebutan kekuasaan di kalangan anak-anak khalifah sering membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka sendiri, bahkan menjurus kepada persaingan antarbangsa.[1]
2.      Tampilnya Dominasi Militer
Pada masa khalifah al-Mu’tasim banyak direkrut jajaran militer dari budak-budak Turki. Dan terkadang golongan elit dari mereka diangkat menjadi gubernur di beberapa wilayah dinasti Abbasiyah. Hal ini menjadikan dominasi militer semakin kuat sehingga khalifah Al Mu’tasam memindahkan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Sammara 80 mil sebelah utara kota Baghdad.
Lemahnya khalifah memberi peluang kepada tentara professional asal Turki yang semula diangkat oleh Al Mu’tashim untuk mengambil alih pemerintahan.
Di samping itu juga, terdapat peningkatan ketergantungan khalifah pada tentara bayaran, dan ini pada gilirannya mungkin berhubungan dengan perkembangan-perkembangan teknologi militer. Sekitar tahun 935 khalifah Abbasiyah kehilangan kekuasaannya atas seluruh wilayah provinsi, kecuali beberapa daerah di sekitar Baghdad.
3.      Permasalahan Keuangan
Dalam bidang keuangan dinasti Abbasiyah juga mengalami kemunduran yang bersamaan dengan bidang politik. Pada periode pertama pemerintah dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang kaya. Sehingga dana yang masuk lebih banyak dari dana keluar sehingga baitulmal penuh dengan harta. Dana yang besar diperoleh dari al kharaj (pajak hasil bumi).[2]
Perkembangan peradaban dan kebudayaan yang besar dari periode pertama yang mendorong penguasa untuk bermewah-mewah.
Sampai pada tahun 919 uang dalam jumlah yang besar masih di kirim ke pemerintahan pusat di Baghdad. Ketika militer tidak lagi mau membantu khalifah dalam pemungutan pajak, maka akan menyebabkan pajak yang masuk ke pemerintah akan berkurang dan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi khalifah.
Pemasukan Negara menjadi semakin kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya pajak yang macet, makin menyempitnya wilayah kekuasaan dan terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang sangat mengganggu perekonomian. Sedangkan pembengkakan dana keluar juga terjadi akibat kehidupan khalifah dan para pejabat yang semakin bermewah-mewah dalam memerintah dan banyaknya korupsi dalam bentuk pemerintahan. Semua hal itu memperburuk keuangan masyarakat dan Daulah Abbasiyah.
4.      Berdirinya dinasti-dinasti kecil
Berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh yang besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.[3]
5.      Luasnya wilayah
Luasnya wilayah yang harus dikendalikan, merupakan suatu penyebab lambatnya penyampaian informasi dan komunikasi. Ini semua bukan tidak dapat diatasi, tetapi suatu syarat untuk menyatukan suatu wilayah sangat luas, ialah harus ada tingkat saling percaya yang tinggi di kalangan penguasa-penguasa utama dan para pelaksana pemerintahan. Di dunia islam abad ke-10 kepercayaan seperti ini sudah berkurang,dan syariat tidak  pernah diterpakan dalam hubungan antara para menteri dan pejabat tinggi satu sama lain dan kepada khalifah.
Kekuasaan dinasti Abbasiyah tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika utara kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan pada kenyataannya banyak daerah-daerah yang tidak dikuasai khalifah. Secara rill daerah-daerah itu berada dalam kekuasaan gubernur-gubernur profinsi yang bersangkutan, hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.
6.      Fanatisme keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan persoalan kebangsaan. Karena tidak semua cita-cita orang Persia tidak tercapai, maka kekecewaan mendorong orang-orang Persia mempropagandakan Zoroasterisne dan Mazdakisme dengan munculnya gerakan Zindik. Ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Pada saat gerakan ini mulai tersudut pendukungnya yang berlindung dalam ajaran syi’ah, sehingga alasan syi’ah yang dianggap ekstrem yang di anggap menyimpang dalam syi’ah kita sendiri, kedua aliran itu sering terjadi konflik yang nmelibatkan penguasa.
Konflik yang dilataratar belakangi agama tidak terbatas antar muslim dan Zindig atau Ahlusunnah dengan syi’ah tetapi juga aliran-aliran dalam islam, sehingga mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan ini dipertajam oleh Al Makmun khalifah yang ketujuh dari dinasti Abbasiyah.[4]

b.      Faktor Eksternal
Selain ancaman dari dalam juga terdapat ancaman dari luar atau factor eksternal yang menyebabkan dinasti Abbasiyah hancur. Di antara factor itu adalah :
1.      Perang Salib
      Terjadinya perang salib yang berlangsung berapa gelombang atau periode yang menelan banyak korban. Perang salib merupakan symbol perang agama yang timbul atas ketidak senangan komunitas Kristen terhadap perkembangan Islam di eropa, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk berperang stelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Sehingga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada dalam wilayah kekuasaan Islam.

2.      Serangan tentara Mongol
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam adalah peristiwa yang banyak menelan waktu dan pengorbanan. Setelah perang salib, tentara Mongol juga melakukan penyerangan ke wilayah kekuasaan Islam, gereja gereja Kristen berasosiasi dengan orang Mongol yang sangat anti pada Islam sehingga Mongol memporak-porandakan kota-kota yang menjai pusat pendidikan islam.
      Dalam serangan Mongol yang terjadi selama 40 hari dimulai dari bulan Muharram sampai pertengahan safar telah memakan korban sebanyak 2 juta jiwa. Khalifah Al Mu’tashim Billah bersama putra-putranya dibunuh tentara mongol. Dan turut terbunuhpula guru istana khalifah Syekh Mukhyidin yusuf bin syaikh Abi Fraj Ibnul Jauzi. Serta dibunuh juga oleh tentara Mongol Syaikhusy-syuyukh guru dari khalifah yang bernama Shadrudin sadjar. Segala kitab-kitab, imam-imam dan pembaca-pembaca (Qari’ul Qur’an) semuanya disapu habis, sehingga berbulan-bulan lamanya masjid-masjid kosong. Lepas dari 40 hari itu didapatilah Baghdad menjadi daerah yang kosong. Al Mu’tashim (640-666 H) adalah khalifah Abbasiyah yang terakhir dan telah dibunuh oleh kaum Mongol yang menyerang dunia Islam serta menamatkan pemerintahan Abbasiyah. Serangan inilah yang mengakhiri zaman keemasan Islam.[5]
Dari berbagai pemasalahan internal yang dihadapi Daulah Abbasiyah yang diiringi dengan serangan dari lusr, mengakibatkan kehancuran-kehancuran yang berdampak pada terhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dunia islam. Smentara karya-karya pemikir islam berpindah tangan ke kaum Masehi, mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin mnggunakan hasil buah pikiran yang cenderung mareka capai dari pikiran islam.

  1. Peradaban Spanyol Islam Di Eropa
Di Eropa, islam merupakan agama terbesar kedua setelah kristen. Dari total populasi. Diperkirakan umat islam di Eropa berjumlah 5,4 % yang terkonsentrasi di Eropa bagian Timur, terutama di Balkan dan Kaukasus. Di Eropa Barat, terkonsentrasi umat islam terdapat sekitar Perancis, Jerman, dan Inggris.
Dari segi ilmu pengetahuan, selama beberapa abad, barat dikuasai oleh doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan budaya berpikir atau filsafat yang pernah berkembang pada masa sebelumnya di yunani. Dalam menggambarakan kondisis ini, Abdul Aziz Dahlan mengemukakan : Bapak-bapak gereja Kristen,setelah agama Kristen menjadi agama resmi Impremium romawi pada dasawarsa ketiga abad keempa masehi, bersemangat melakukan kampanye membasmi ilmu dan filsafat. Mereka menganggap sebagai ilmu sihir. Kebencian mereka pada pengetahuan manusia dinyatakan dengan pribahasa mereka “ketidaktahuan adalah kesalehan”, serta gereja-gereja yang ada di kota Alexandria dibumi hanguskan, atas anjuran bapa-bapak gereja pada tahun 389 M.
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini berhutang budi kepada khasanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban islam mempengaruhi Eropa, seperti sicilia dan perang salib, tetapi saluran terpenting adalah Spanyol islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban dan ilmu pengetahuan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, social, maupun perekonomian dan peradaban antar Negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan Negara-negara lain yang ada di Eropa terutama dalam bidang pemikiran dan sains.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rasyd, Ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas- Universitas Islam di Spanyol, seperti Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjamahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya mereka mendirikan sekolah universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 Universitas, di dalam Universitas itu ilmu yang mereka peroleh  dari Universitas-Universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, filsafat, dll. Pemikiran filsafat yang paling dipelajari adalah pemikiran Al-farabi, Ibn Sina, dan Rusyd.
Pengaruh ilmu pendidikan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14. Berkembangnya pemikiran yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan- terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan  kembali ke dalam bahas latin.
Pendidikan Islam Spanyol, yaitu:
*      Kuttab
Pada lembaga kuttab ini para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-pelajaran yang meliputi Fiqih bahasa dan sastra, serta music dan kesenian.
*      Pendidikan Tinggi
Masyarakat arab yang berada di Spanyol merupakan pelopor peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara pertengahan abad kedelapan sampai dengan akhir abad ketigabelas. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Bani Umayah yang berada di bawah kekuasaan Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan banyak sekali penghargaan kepada para sarjana. Meliputi filsafat, sains, dll.

D.     Jatuhnya cordova (spanyol)
Penaklukan Spanyol tidak terlepas dari tiga orang pemimpin satuan-satuan pasukan dari Dinasti Ummayah yang berkedudukan di Damaskus, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair. Yang mampu mengalahkan penguasa Spanyol Raja Roderick.  Dengan mudah Thotiq dapat menguasai wilayah-wilayah Spanyol seperti Toledo, Seville, Malaga, Elvira dan cordofa.
Kehadiran Islam di Spanyol  telah menjadikan Spanyol mempunyai kebudayaan yang tinggi pada waktu itu. Sehingga dalam waktu singkat Spanyol berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan islam di belahan Barat. Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama delapan abad menjadi qiblat ilmu pengetahuan, Spanyol juga mengalami masa kemunduran dan kehancuran yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.       Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya konflik perebutan kekuasaan di antara ahli waris.
  1. Lemahnya figur dan karismatik yang di miliki khalifah khususnya setelah kahalifah Al-Hakam II.
  2. Perselisihan di kalangan umat itu sendiri yang di sebabkan perbedaan kepentingan, suku dan kelompok.
  3. Konflik Islam dengan kristen karena kebijakan penguasa yang tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
  4. Munculnys Muluk al-Thowaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang saling berebut kekuasaan.
Dalam kondisi yang lemah karena faktor-faktor tersebut, muncul serangan dari kristen yang sudah menyatu. Kondisi ini diperburuk dengan keterpencilan Islam di Spanyol dari dunia Islam yang lain. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kekuatan Kristen Spanyol.
E.        Pengaruh Kehancuran Dinasti Abbassiyah Terhadap Pendidikan Islam
Pada masa kemunduran ini banyak sekali yang pengaruh-pengaruh dari luar maupun dari dalam yang dapat menjadikan masa ini benar lemah, diantaranya sebagai berikut :
1.    Telah berkelebihan filsafat Islam (yang bercorak sifistis) yang
dimasukkan oleh Al-Ghazali dalam alam islami di Timur, dan berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan Filsafat Islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke dunia islam barat. Al-ghazali dengan filsafat islamnya menuju ke jurang materialisme.
Al-Ghazali mendapat sukses di timur, hingga pendapat-pendapatnya marupakan satu aliran yang terpenting ibnu Rusy mendapat sukses di Barat hingga pikiran-pikirannya menjadi pimpinan yang penting bagi alam pikiran Barat.
2.    Umat Islam, Terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-
amir) malalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya para pejbat pemerintah sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli Ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga melupakan pengembangan Ilmu pengetahuan.
3.    Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang di barengi dengan
serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.
Dengan semakin di tinggalkanya pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan islam, karena daya intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru, bahkan telah menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman. Ketidak mampuan intelektual tersebut, merealisasi dalam “pernyataan” bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Terjadilah kebekuan intelektual secara total.
Kehancuran total yang dialami menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di bagian Timur dan Barat dunia Islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia islam, terutama bidang intelektual dan material, tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan batin dan spiritual.

F.      Pola Pendidikan Pada Masa Kehancuran Dinasti Abbassiyah
Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran nampak jelas sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran pada umumnya madrasah-madrasah yang ada. Dengan demikian telah menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum, dengan tiadanya perhatian kepada ilmu-ilmu kealaman, maka kurikulum pada madrasah terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan, ditambah dengan sedikit gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu keagamaan yang murni tinggal terdiri dari : Tafsir Al-Qur’an, Hadist, Fiqh(termasuk Ushul Figh dan prinsip-prinsip Hukum) dan ilmu Kalam atau Teologi Islam.
Materi  pelajaran yang sangat sederhana, yang ternyata dari jumlah total buku yang harus dipelajari pada suatu dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan tingkat tertinggipun sekalian) sangat sedikit. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studipun relatif sedikit. Akibatnya kurang mendalamnya materi pelajaran yang mereka terima. sehingga kemerosotan dan kemunduran ilmu pengetahuan pada pelajarannyapun dapat dibayangkan. Hal tersebut disebabkan karena sistem pelajaran pada masa itu sangat berorientasi pada buku pelajaran dan bukan pada pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu yang sering terjadi pelajaran hanya memberikan komentara-komentar atau saran-saran terhadap buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru.
Oleh karena itu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini bisa dikatakan macet total. Tidak ada buku-buku baru yang dihasilkan, hanya komentar dari buku-buku yang telah ada. Kebekuan inelektual dalam kehidupan umat muslim yang diwarnai berkembangnya berbagai aliran sufi yang terlalu toleran terhadap ajaran mistik yang berasal dari agama lain (Hindu, Budha, maupun Neo Platonisme), telah memunculkan berbagai tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran islam.
Keadaan yang demikian, sebagaimana yang dilukiskan oleh Fazlur Rahman yang dikutip oleh Syamsul Nizar : ” Di madrasah-madrasah yang bergabung dalam halaqah-halaqah dan zawiat-zawiat sufi, karya-karya sufi dimasukkan kedalam kurikulum formal, kurikulum akademis yang terdiri dari hampir seluruh buku-buku tentang sufi.
Seseorang yang frustasi tidak lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem kagamaan dan kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkna diri kepada Tuhan. Untuk itu mereka masuk ke tarekat-tarekat sehingga tarekat sangat berpengaruh dalam hidup umat Islam.
Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Kurangnya perhatian penguasa terhadap kehidupan intelektualisme, menambah umat Islam semakin tidak bergairah untuk melahirkan karya-karya intelektual sehingga ilmu pengetahuan Islam mengalami stagnasi. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai abad ke 12 H/18 M.[6]
G.   Dampak kemunduran pendidikan islam pasca kejatuhan baghdad dan spanyol.
Runtuhnya Baghdad dan Cordova sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam, terutama dalam bidang intlektual.
Krisis yang disebabkan runtuhnya dua pusat kebudayaan islam menyebabkan dunia Islam seakan umat islam tenggelam yang memmpengaruhi lemahnya semua sektor tidak hanya pada sector pendidikan, tetapi juga kehidupan umat islam baik batin, spritualnya. Kondidisi ini dimanfaatkan oleh bangsa Eropa menjajah negeri-negeri Islam sekaligus menyebarluaskan ajaran Injil, pada saat itu daya intelektual generasi penerus tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman.
Sebagian kaum muslim tenggelam dengan tasawuf yang sudah jauh menyimpang dari roh Islam, Karena mereka merasa lemah diri dan putus asa. Ini yang menyebabkan mereka lalu mencari pegangan dan sandaran hidup yang bisa mengarahkan kehidupan mereka. Aliran tradisionalisme mendapat tempat di hati masyarakat secara meluas.
Kehidupan suffi berkembang dengan pesat. Madrasah-madrasah yang ada dan yang berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan suffi. Suffi dimasukkan kedalam kurikulum formal, kurikulum akademis hampir buku-bukunya tentang suffi, sehingga ilmu pengetahuan umum semakin sempit. Penyelesaian studipun relatif singkat.
Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin diwarnai dengan berkembangnya berbagai macam aliran suffi yang terlalu toleran terhadap ajaran mistis yang bersal dari ajaran agama lain (Hindu,Budha, maupun neoplatonisme), telah memunculkan berbagai tarekat yang menyimpang jauh dari ajaran Islam.







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Faktor-faktor yang menyebabkan Baghdad menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern.
Runtuhnya Baghdad dan Cordova sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam, terutama dalam bidang intlektual.

B.     SARAN
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.














DAFTAR PUSTAKA


Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 185
Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 186
Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 187
Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 189
Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta : Bumi Aksara,1992),11





[1] Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 185

[2] Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 186

[3] Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 187
[4] Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 188
[5] Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 189

[6] Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta : Bumi Aksara,1992),11

1 comment:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
    MapYRO® USA Realtime Reviews of Borgata Hotel Casino & Spa 안산 출장마사지 in to use a 군포 출장안마 realtime 삼척 출장마사지 list 의정부 출장샵 of 상주 출장마사지 the following real-time reviews, including a look at casino

    ReplyDelete