Translate

Monday 8 June 2015

Hadist Konseling Etos Kerja



KATA PENGANTAR

السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته


Bismillahirrahmanirrahin.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
            Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk  menyelesaikan makalah ini. Namun kami menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum wr.wb


                                                                        Pekanbaru, 29 Desember 2014










Daftar Isi


















BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ – رضي الله عنه – أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – سُئِلَ: أَيُّ اَلْكَسْبِ أَطْيَبُ? قَالَ: عَمَلُ اَلرَّجُلِ بِيَدِهِ, وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ { رَوَاهُ اَلْبَزَّارُ، وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم
Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim)
Dari hadist di atas,bahwa Islam sangat menghargai kerja keras, kreatifitas maupun inovasi yang dihasilkan melalui tangan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Islam juga mengharuskan setiap pekerjaan dilakukan secara mabrur, yakni dilakukan dengan kejujuran, kejelasan dan sesuai dengan syariat.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini akan dibahas beberapa materi yaitu:
1. Apa pengertian etos kerja ?
2. Apa hadist tentang etos kerja ?
3. Apa hukum meminta-minta ?

C.Tujuan
            Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui apa-apa saja yang ada didalam etos kerja dan untuk menambah pengetahuan.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Etos Kerja
Etos kerja terdiri dari dua kata yaitu etos dan kerja. Kata “etos” berasal dari bahasa yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta presepsi terhadap nilai bekerja. Dari kata tersebut lahir istilah “ethic” yaitu pedoman, moral, dan perilaku atau etiket yang artinya cara bersopan santun. Etos juga dapat diartikan sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dihadapi. Adapun “kerja” adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; pencaharian seperti berladang, berdagang, bekerja menjual jasa seperti dokter, perawatan, konsultan, mengajar dan sebagainya. Dalam melakukan aktifitas, kerja, setiap orang melakukannya dengan menggunakan potensi yang dimiliki berupa fisik maupun rohani. Fisik terdiri dari panca indra disertai dengan tangan dan badan. Sedangkan potensi rohani berupa akal, hati, insting, naluri, kesungguhan, kesabaran, dan sifat psikologis lainnya yang mendukung aktifitas bekerja.
2.      Hadist tentang etos kerja
عن أنس رضي الله عنه قال : : كان رسول الله ص.م. يقول : اللّهمّ أعوذبك من العجز والكسل والجبن واعوذبك من عذاب القبروفتنة المحياوالمماات. (رواه مسلم) 
Artinya :
“Dari Anas ra. Berkata Rasulullah SAW bersabda : Ya Allah sesungguhnya aku ini berlindung kepada-Mu (agar terhindar) dari sifat-sifat lemah, malas dan penakut, dan aku berlindung pula kepaa-Mu dari siksa kubur, ujian hidup dan mati. ”     
 Penjelasan Hadis
Hadist diatas berisi tentang doa agar kita semua dijauhkan dari sifat lemah, malas dan penakut serta doa minta dijauhkan dari siksa kubur dan  ujian di dunia maupun di akhirat. Dan sebagai konsekuensinya maka kita harus berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan sifat-sifat buruk kita dan melakukan kegiatan yang positif.
Sifat lemah disini adalah meliputi lemah fisik dan mental. Jika fisik lemah maka tidak dapat berusaha secara maksimal dan optimal. Sementara lemah mental bisa menyebabkan seseorang tidak dapat berfikir dengan baik dan akan menyebabkan kebodohan.
Sifat malas disini meliputi malas beribadah, malas bekerja, malas bebelajar sebagai peajar, maka kepada Allah SWT kita memohon agar dihindarkan dari sifat itu.
Sifat takut mengandung maksud takut dalam mengerjakan kebaikan. Atau takut bukan pada tempatnya, seperti takut pada selain Allah, yaitu kepada syaitan, tempat-tempat angker, benda-benda keramat dan lain-lain. Maka dari itu kita hanya boleh takut kepada Allah SWT akan adzab-Nya.
Sementara untuk siksa kubur adalah memohon perlindungan kepada Allah agar terhindar dari adzab kubur. Maka dengan itu kita harus selalu melakukan amal shaleh dan berdoa kepada-Nya. Adapun untuk ujian hidup dan mati adalah dengan memohon perlindungan Allah dari fitnak ketika masih hidup dan fitnah ketika sudah meninggal.
Ujian bagi manusia dari Allah yang berupa ujian kebaikan, seperti harta, jabatan, anak dan kesehatan. Sedangkan ujian yang sedikit kearah kurang baik, seperti kecelakaan, kematian, kelaparan dan sakit. Maka dengan itu seseorang akan dinyatakan lolos dari ujian jikalah ia mau bersyukur saat ia menerima ujian kebaikan. bersabar dan bertawakal jikalah ia tertimapa ujian yang kurang baik.
Hal-hal yang Menunjukkan dan Menerapkan Prilaku Beretos Kerja
Sifat lemas, malas dan penakut adalah sifat-sifat negatif yang berada dalam diri manusia. Karena itulah kita harus membuang jauh-jauh sifat-sifat tersebut dari diri kita dengan cara giat bekerja. Dengan giat bekerja maka kitan akan meraih kesuksesan dan kesuksesan itu tidak luput dari rajin beribadah, bersyukur, sabar dan tawakal sebagai kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup agar terhidar dari siksa kubur maupun siksa neraka.  
صحيح البخاري – (ج 7 / ص 237)
1932 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
Terjemah hadits /ترجمة الحديث :
Kerja seseorang memikul kayu bakar dipunggungnya lebih baik dari pada ia meminta kepada seorang baik diberi atau tidak.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد من الحديث :
Islam tidak mengajarkan untuk meminta-minta, tapi islam mengajarkan agar manusia itu bekerja mencari rizki yang halal walaupun pekerjaan itu hina. Hinanya pekerjaan tidak dipandang melalui jenis pekerjaan itu tetapi dipandang dari segi rizki yang dihasilkan.
صحيح البخاري – (ج 5 / ص 330)
1385 – حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ وَلَكِنْ الْمِسْكِينُ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ
Terjemah hadits /ترجمة الحديث :
Bukan orang miskin orang yang setiap hari berputar-putar diatas manusia untuk mencari sesuap atau dua suap nasi dan satu butir atau dua butirkurma, tetapi miskin adalah orang yang tidak menemukan kekayaan yang dicukupkan padanya dan ia tidak menerimanya maka ia menjadi penerima sedekah dan tidak merupakan orang menempati tempatnya kemudian ia meminta pada manusia.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد من الحديث :
“ Orang miskin adalah orang yang selalu butuh dan selalu kurang dengan apa yang ia miliki, dan tetap merasa ia masih ingin minta pada manusia.
“ Orang yang setiap hari bekerja untuk sesuap nasi bukan termasuk orang yang miskin, karena ia lebih baik dari padaorang yang minta-minta. Sednagkan orang yang kaya yang kurang puas dengan kekayaannya ia akan tetap merasa menjadi orang miskin.

3.      Larangan Meminta-minta
1.Riwayat hadits
Hadits dari ibnu umar r.a bahaw rasulullah SAW bersabda pada saat beliau diatasa mimbar dan menerangkan tentang shadaqah, ‘iffah(menjaga diri) dan meminta minta. “tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah. Tangan yang diatas adalah tangan orang yang berinfak. Dan tangan yang dibawah adalah tangan orang yang meminta. “ (ditakhrij oleh al-Bukhari dalam kitab zakat).
2. Penjelasan (syarah) hadits.
                        Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi untuk mengemban amanah dalam mengabdi kepada Allah dalam menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi ini. Setiap manusia dikaruniai akal untuk mengatasi berbagai problem kehidupan yang dihadapi. Dalam menempuh kehidupan tersebut, manusia hendaknya berusaha dengan segenap potensi yang dimiliki untuk mencari penghidupan yang halal tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
                        Sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berikhitiar (bekerja), Allah SWT melalui rasulnya mencela setiap orang yang pekerjaanya meminta minta kepada orang lain tanpa mau berusaha. Namun, sebaliknya rasulullah menganjurkan manusia untuk berinfaq dan berbagi dengan sesama susuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena, memberi sesuatu kepada orang lain adalah perbuatan yang terpuji. Dalam hadits tersebut rasulullah saw membuat dua kategori manusia yaitu al-munafiqah dan al-sailah.
                        Al-munafiqah menurut hadits nabi yaitu orang orang yang tangannya diatas (al-yadd al-ulya), sedangkan yang menerimanya disebut yadd al-sufla. Seorang muslimn dianjurkan untuk menjadi orang yang mandiri. Tidak menggantungkan diri kepada orang lain, tetapi berusaha mencari sumber penghidupan.
                        Ajaran islam sangat mencela setiap orang yang bermata pencaharian meminta minta. Rasululah mengingatkan kepada umatnya agar menghindari meminta minta. Karena, orang yang meminta minta itu ibarat orang yang tidak memiliki muka, tidak memiliki rasa malu. Bahkan pada hari kiamat nanti, orang yang pekerjaanya meminta minta akan datang tanpa memiliki wajah.
Dalam hadits diatas, mengisyaratkan bahwa pekerjaan meminta minta sangat tercela. Karena, manusia diberikan potensi oleh Allah untuk berusaha. Manusia memiliki akal untuk berfikir mencari jalan keluar dalam mengarungi kehidupan. Apabila manusia tidak menggunakan akal fikirannya dengan terus menerus menggantungkan dirinya kepada orang lain, ia telah menyia nyiakan akal sebagai karunia Allah. Dengan akal pula, manusia lebih mulia daripada makhluk lainnya.
3.Intisari Hadits
a.  Setiap manusia dianjurkan untuk berusaha sehingga ia akan mampu berinfaq.
b. Meminta  minta merupakan suatu perbuatan yang tercela sehingga harus                dihindari.










BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Didalam islam sangat dianjurkan untuk bekerja dengan menggali potensi yang ada dalam diri manusia tersebut. Dalam melakukan aktifitas, kerja, setiap orang melakukannya dengan menggunakan potensi yang dimiliki berupa fisik maupun rohani. Fisik terdiri dari panca indra disertai dengan tangan dan badan. Sedangkan potensi rohani berupa akal, hati, insting, naluri, kesungguhan, kesabaran, dan sifat psikologis lainnya yang mendukung aktifitas bekerja.
 Islam melarang umatnya untuk meminta-minta karna meminta-minta itu perbuatan yang tercela. Islam juga menganjurkan untuk selalu berbuat kebajikan selama di muka bumi ini,seperti tolong menolong, sedekah,dll.











DAFTAR PUSTAKA

C.Ggeertz,Ethos.”World View and Analysis at sacred Symbol”.dalam Interpretation of Cultur.New York:Basuc book 1973
Toto Tasmara,Etos Kerja Pribadi Muslim,Jakarta:Dana Bhakti Wakaf,1995
WJS Poerwardaminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka,1991.Cet.XII



No comments:

Post a Comment