KATA PENGANTAR
السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Bismillahirrahmanirrahin.
Segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita
meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Namun kami
menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum
wr.wb
Pekanbaru,22 Oktober
2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setelah basmalah,
terdapat dalam 29 surat sekelompok huruf-kadangkala bahkan huruf tunggal- yang
telah banyak menyebabkan diskusi dan refleksi dalam sejarah pemikiran umat
islam. Dalam catatan as-suyuthi, ada kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan
dengan persoalan ini. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri
sendiri. Huruf al-miqathtah’ah (huruf
yang terpotong-potong) disebut fawatih suwar (pembuka surat), menurut
As-suyuthi, tergolong dalam ayat mutasyabih. Itulah sebabnya, banyak telaah
tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung didalamnya.
B.
Rumusan Masalah
Didalam makalah ini
akan dibahas beberapa materi tentang fawatih as-suwar yang bertujuan agara para
pembaca tidak keluar dari topic pembahasan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian fawatih as-suwar?
2. Apa
saja macam-macam fawatih as-suwar?
3. Apa
pendapat para ahli tafsir?
4. Apa
pendapat ulama tentang huruf al-muqoto-ah?
5. Apa
pendapat ahli teologi dan Tasawuf?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk menambah wawasan tentang fawatih as-suwar yang belum
diketahui.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Fawatih al-Suwar
Menurut bahasa “Fawatih”
adalah bentuk jamak dari kata “Fatihah” yang artinya pembukaan atau
permulaan. Sedangkam “Al-Suwar” adalah bentuk jamak dari kata “As-Surah”
yang artinya sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran.
Jadi “Fawatih al-Suwar” diartikan dengan beberapa pembukaan dari
surat-surat Al-qur’an atau macam-macam awalan dari surat al-qur’an.[1][1]
Menutut
As-Suyuti huruf al-Muqotha’ah (huruf yang terpotong-potong). Itulah yang
disebut dengan fawatih suwar.Dan tergolong dari ayat mutasabih. Itulah yang
menyebabkan banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia di dalamnya.[2][2]
Sedangkan
menurut Dr.Shulhi as Sholeh dalam kitabnya”Mabahits Fi Ulumil Qur’an”,fawatih
suwar berbeda dengan huruh muqotha’ah. Karena huruful muqotha’ah merupakan
salah satu macam fawatih suwar. Menurutnya seluruh surat-surat dalam Al-qur’an
dibuka dengan sepuluh macam pembukaan,dan salah satunya adalah huruf-huruf
hijaiyah yang terputus.[3][3]
2. Macam-macam Fawatih al-Suwar
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji
ـ Memakai lafadz Hamdalah (الحَمدُ للّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am, al-Kahfi,
Saba’, Fathir.
ـ Memakai lafadz Tabaraaka (تبارك), terdapat
dalam surat al-Furqon dan al-Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif dengan menggunakan
lafadz tasbih (يسبح\سبح\سبحن), terdapat
dalam 7 surat, yakni surat al-Isra’, al-A’la, al-Hadid, al-Shaff, al-Hasyr,
al-Jumuah, al-Taghobun.
b. Pembukaan dengan huruf yang terputus-putus (Hurf
al-Muqotho’ah)
1) Terdiri dari stu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni QS.
Shood (ص), QS. Qoof (ق), dan QS.
al-Qolam (ن).
2) Terdiri dari dua huruf
ـ
Rangkaian huruf ha’ dan mim (حم) terdapat dalam 6 surat, yakni QS. Ghofir, QS. al-Sajadah, QS. al-Zuhuf, QS.
al_dukkan, QS. al-Jastiyah, dan QS. al-Ahqof.
ـ
Rangkaian huruf tho’ dan ha’ (طه) terdapat dalam QS. Thoha.
ـ
Rangkaian huruf tho’ dan sin (طس) terdapat dalam QS. al-Naml
3) Terdiri dari tiga huruf
ـ
Rangkaian huruf alif, lam, dan mim (الم), terdapat dalam 5 surat, yakni
QS. al-Baqoroh, QS. al-Imron, QS. al-Ankabut, QS. ar-Rum, dan QS. Lukman.
ـ
Rangkaian huruf tho’, sin, dan mim (طسم), terdapat
dalam QS. as-Syuara’ dan QS. al-Qoshos.
ـ
Rangkain huruf alif, lam, dan ra’ (الر). terdapat
dalam 4 surat, yakni QS. Yusuf, QS. Yunus, QS. Hud, dan QS. Ibrahim.
4) Terdiri dari empat huruf
ـ
Rangkaian huruf alif, lam, mim, dan shood (المص) terdapat dalam QS. al-A’rof.
ـ
Rangkaian huruf alif, lam, mim, dan ro’ (المر) Terdapat dalam QS. al-Ra’d.
5) Terdiri dari lima huruf
ـ
Rangkaian huruf kaf, ha’, ya’, ain, dan shood (كهيعص) terdapat dalam QS.
Maryam.
c. Pembukaan dengan panggilan (Nida’)
1) Panggilan yang ditujukan kepada Nabi (يا أيها النبي, ياأيها المزمل,
ياأيها المدثر), terdapat
dalam 4 surat, yakni QS. al-Ahzab, QS. al-Tahrim, QS. al- Thalak, QS.
al-Muzammil, dan QS. al-Muddatsir.
2) Panggilan yang ditujukan kepada kaum mukmin (ياأيها الدين امنوا) terdapat
dalam QS. al-Maidah dan QS. al-Hujarat.
3) Panggilan yang ditujukan pada manusia (ياأيهاالناس), terdapat
dalam QS. al-Nisa’ dan QS. al-Hajj.
Adapun hikmah dan rahasia adanya
pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan
peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan
ini.[6][6]
d. Pembukaan dengan jumlah khobariyah
1) Jumlah ismiyah. Terdapat dalam 9 surat, yakni QS. al-Taubah,
QS. al-Nur, QS. al-Zumar, QS. Muhammad, QS. al-Rahman, QS. al-Haqqah, QS.
al-Qodr, QS. al-Qori’ah, dan QS. al-Kautsar.
2) Jumlah fi’liyah, terdapat dalam 12 surat, yakni QS.
al-Anfal, QS. al-Nahl, QS. al-Anbiya’, QS. al-Mu’minun, QS. al-Qomar, QS.
al-Mujadalah, QS. al-Ma’arij, QS. al-Qiyamah, QS. al-Balad, QS. Abasa, QS.
al-Bayyinah, dan QS. al-Takasur.
e. Pembukaan dengan sumpah (Qosam)
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa. Terdapat dalam 8 surat,
yakni QS. al-Shoffat, QS. al-Najm, QS. al-Mursalat, QS. al-Nazi’at, QS.
al-Buruj, QS. al-Thariq, QS. al-Fajr, dan QS. al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3
surat yakni QS. al-Dzariyah, QS. al-Tin, dan QS. al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yakni QS.
al-Lail, QS. al-Dhuha, dan QS. al-‘Ashr.
Hikmah dari fawatih al suwar dengan
sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab;
berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan;
kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama
Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai
sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka
mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan
Allah.[7][7]
f. Pembukaan dengan syarat (اِذَا)
1) Syarat yang masuk dalam jumlah ismiyah, terdapat dalam 3
surat yakni QS. al-Takwir, QS. al-Infithar, dan QS. al-Insyiqoq.
2) Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah, terdapat dalam 4
surat yakni QS. al-Waqi’ah, QS. al-Munafiqun, QS. al-Zalzalah, dan QS.
al-Nashr.
g. Pembukaan dengan fi’il amr
1) Dengan fi’il amr (إقْرَأ) terdapat
dalam QS. al-Alaq.
2) Dengan fiil amr (قُلْ) terdapat
dalam 5 surat yakni QS. al-Jin, QS. al-Kafirun, QS. al-Ikhlas, QS. al-Falaq,
dan QS. al-Nas.
h. Pembukaan dengan pertanyaan
1) Pertanyaan positif terdapat dalam 4 surat yakni QS. al-Dahr,
QS. al-Naba’, QS. al-Ghosyiyah, dan QS. al-Ma’un
2) Pertanyaan negatif terdapat dalam QS. al-Insyiroh dan QS.
al-Fiil.
i. Pembukaan dengan do’a
1) Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda, terdapat dalam
QS. al-Muthafifin dan QS. al-Humazah.
2) Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam
QS. al-Lahab.
3.
Pendapat Para Ahli Tafsir
Menurut Ibn ‘abbas, berdasarkan
riwayat Ibn Abi Hatim, huruf-huruf itu menunjukkan nama tuhan. Alif Lam Mim,
yang terdapat dalam pembukaan surat al-baqarah, ditafsirkan dengan Ana Allah
A’lam (akulah tuhan yang mahatahu).
Menurut Sayyid Al- Quthub,
huruf-huruf itu mengingkatkan kenyataan bahwa Al-qur’an disususn dari
huruf-huruf yang lazim dikenal bangsa arab,yaitu tujuan pertama kali al-qur;an
diturunkan.
Rasyid Ridha berargumentasi
bahwa letak keindahan pembicara adalah ketika ia menyadarkan perhatian
pendengarnya-sebelum melomtarkan uraiannya- agar meraka dapat menagkap dan
menguasai pembicaraanya.
4. Pendapat Ulama’ tentang Huruf
al-Muqotho’ah
Secara garis besar, pendapat para
ulama’ mengenai makna huruf-huruf yang terpotong (Huruf al-Muqotho’ah)
ada dua macam:
a. Bahwa makna huruf terpotong itu tersembunyi karena merupakan
rahasia yang hanya diketahui oleh Allah swt. Sebab huruf-huruf itu sudah ada
sejak zaman azali, sehingga susah menafsirkannya, karena termasuk ayat-ayat
mutasyabbihat yang hanya diketahui oleh Allah saja. Pendapat yang demikian itu
adalah pendapat ulama’ salaf, diantaranya:[9][9]
1) Sahabat Abu Bakar al-Shiddiq, yang berkata:
في كل كتاب
سر في القران اوائل السوار
Artinya : Setaip kitab memiliki rahasia dan rahasia
Al-qur’an adalah permulaan suratnya.
2) Sahabat Ali
bin Abi Thalib yang berkata:
ان لكلل كتاب
صفوة هذا الكتاب حروف لتهجي
Artinya : Setiap kitab memiliki sari pati dan saripati
Al-qur’an adalah ejaannya.
3) Kholifah
Umar bin Khattab dan lain-lain berkata:
ان هذه
الحروف علم مستور و سر محجوب استاثر الله به
Artinya : huruf Al-qur’an ini adalah ilmu tersembunyi
dan rahasia yang hanya di ketahui oleh Allah semata
b. Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong itu dapat diketahui
oleh Allah dan bisa dipahami oleh manusia. Pendapat ini berdasarkan dalil ayat
7 surat Ali imran:[10][10]
و ما يعلم
تأويله إلا الله والراسخون في العلم
Artinya : Dan tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah dan orang yang mendalan ilmunya.
Mereka yang memilih pendapat ini banyak sekali, tetapi
masing-masing memiliki pendirian dan alasan tersendiri, ada yang dekat dengan
kebenaran dan ada pula yang jauh. Diantara mereka yang mengikuti pendapat ini
ialah:
1) Ibnu Farij
meriwayatkan pendapat dari Ibnu Abbas, bahwa tiap-tiap huruf dari huruf-huruf
yang terpotong itu diambil dari nama/sifat-sifat Allah, misalnya:
· الم = Alif = Allah, Lam = Lathif, dan Mim = Majid (الم = الله
لَطِيْفٌ مَجِيدٌ)
· الر = Alif = Ana, Lam = Allah, Ra = Ara (الر = اَنَا اللهُ
اَرَى)
2) Sebagian
ulama’ berpendapat, bahwa huruf-huruf yang terpotong itu adalah merupakan sumpah
Allah. Jadi, sebagaimana Allah bersumpah dengan bulan, bintang, fajar, langit,
buah tin dan sebagainya, Dia juga bersumpah dengan huruf-huruf yang terletak di
awal surat-surat al-Quran. Hal itu menunjukkan kadar kedudukan huruf-huruf
tersebut.
3) Kaum Syi’ah
berpendapat bahwa jika huruf-huruf yang terputus itu dikumpulkan tanpa
memasukkan yang berulang-ulang, maka akan tersusun suatu kalimat yang berbunyi:
= صِرَاطٌ
عَلِىّ حَقٌّ يُمْسِكُهُAli itu di atas jalan kebenaran yang harus dipegang
teguh. Dalam hal ini, mereka mengartikan huruf-huruf tersebut setelah disusun
dalam suatu kalimat.
4) Imam
al-Alusi dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa sebagian Ahlussunnah mena’wilkan
huruf-huruf itu seolah-olah menjawab ta’wilan kaum Syi’ah dengan kalimat:صَحْ
طَرِيْقُكَ مَعَ السُّنَّة (Jalanmu
benar bersama Ahlussunnah).
5) Salim bin
Abdillah juga mena’wilkan huruf-huruf muqotho’ah itu seperti kaum Syi’ah, dan
mengatakan bahwa arti huruf-huruf dari الر dan حم serta ن dengan sifat Allah swt. yang Maha Pengasih, karena
ketiganya itu digandengkan sehingga berbunyi: الر- حم- ن =
الرَّحْمن
5. Menurut Ahli Teologi Dan Tasawuf
Kelompok teologi biasanya menafsirkan al-qur’an untuk melegitimasi
doktrin-doktrin mereka.Begitu pula, dalam
penjelesan rahasia-rahasia huruf Alquran ini.Syi’ah, misalnya,
berpendapat bahwa apabila pengulangan dalam kelompok huruf itu di
buang,terbentuklah sebuah pernyataan
صراط علئ عل
حق
) Jalan yang di tempuh ‘Ali adalah
kebenaran yang harus kita pegang).Tampaknya, penafsiran itu di munculkan untuk
memperlihatkan begitu kuatnya posisi ‘Ali dalam keimanan mereka.Ulama
Sunni,dengan kecendrungan teologi pula,membantah pendapat Syi’ah. Mereka
kemudian mengubah kenyataan ulama Syi’ah tersebut menjadi
صح طر ىقك مع اسنة (telah benar jalanmu dengan mengikuti sunah),
kata As-sunah itu di munculkan untuk memperlihatkan kebenaran aliran teologi
Ahlussunnah wal-jama’ah.
Ath-Thabari (W.548 H. ), salah satu
komentator Syi’ah,menjelaskan dengan merujuk kepada imamnya yang berjumlah enam
bahwa alif menujukkan enam sifat Tuhan,yaitu:
a.
“yang
memulai”karena Ia-lah yang mengawali segala ciptaan, seperti halnya alif yang
mengawali semua huruf,
b.
“Yang
jujur”dan “Yang lurus”karena Tuhan itu adil seperti huruf alif yang tegak dan
lurus,
c.
“Yang
unik” seperti alif yang dalam penulisannya tidak dapat di gabung,tetapi berdiri
sendiri
d.
“Yang
Merdeka”semua membutuhkan Tuhan,tetapi ia tidak membutuhkan mereka,
e.
Alif
tidak berhubungan dengan huruf lain, sedangkan huruf lain berhubungan
dengannya. Ini menunjukkan keunikan Tuhan.Dalam tradisi para
sufi,rahasia-rahasia huruf itu di jelaskan dengan perspektif
esoteric-esoterik.Ibnu ‘Arabi di anggap sebagai pelopor dalam hal ini. Ia
menjelaskan bahwa alif adalah nama lllahi,yang menunjukkan bahwa ia merupakan
yang pertama dari segala ekssistensi,sedangkan lam-sebaliknya-terbentuk dari
dua alif,dan keduanya dikandungoleh mim.Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa setiap
nama adalah referensi untuk hakikat (esensi0,yaitu yang mengandung satu atau
sifat lain (atribut).Oleh karena itu,mim merupakan referensi terhadap tindakan
Muhammad maka lam yang mengantarkan alif dan mim merupakan symbol nama malaikat
Jibri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fawatih
al-Suwar” diartikan dengan beberapa pembukaan dari surat-surat Al-qur’an atau
macam-macam awalan dari surat al-qur’an.
Berikut
bentuk redaksi fawatih as-suwar didalam al-qur’an:
1. Terdiri atas satu huruf, terdapat
ditiga tempat: surat Shat[38]:1, surat Qaf[50]:1, surat Al-Qalam[68]:1
2. Terdiri atas dua huruf, terdapat
pada sepuluh tempat: surat al-mukmin [40]:1, surat fushshilat 41:1, surat
asy-syura 42:1, aurat az-zukhruf 43:1, ad-dhukan 44:1, al-jatsiyyah 45:1,
al-ahqaf 46:1, Thaha 20:1, An-Naml 27:1, Yaa Siib 36:1.
3. Terdiri atas tiga huruf, terdapat
pada tiga belas tempat: Al-Baqarah 2:1, Ali-imron 3:1, al-ankhabut 29:1, dll.
4. Terdiri atas empat huruf, terdapat
pada dua tempat: surat Al-a’raf 7:1 dan Ar’Ra’d 13:1.
5. Terdapat pada lima huruf, terdapat
pada satu tempat: surat Maryam 19:1.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Jarir Ath-Thabari,Tafsir Ath-Thabari,
t.t.
Ibn Khatsir,Tafsir Al-qur’an Al-‘Azhim.
Ibnu Khallikan, Wafayat Al-A’yan.
Rasyid Ridha, Tafsir Al-manar.
[1][1]Abdul Djalal, Ulumul Qur’an
(Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), h. 168.
[2][2]Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 129.
[3][3]Abdul Djalal, Ulumul, h. 169.
[4][4]Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an
(Jakarta: bulan Bintang, 1995), h. 124.
[5][5]Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah
Pengantar (Jakarta: Amzah, 2009), h. 91.
[6][6]As-Suyuthi, Al Itqon Fi Ulumil Quran
(Beirut: Darul fikr, t.t.), juz 2, h. 105.
[7][7]Abu Anwar, Ulumul, h. 95.
[8][8]Abdul Djalal, Ulumul, h. 192-198.
[9][9]Rosihon Anwar, Ulumul, h.
130-131.
[10][10]Abdul Djalal, Ulumul, h.
202-204.
No comments:
Post a Comment