KATA PENGANTAR
السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Bismillahirrahmanirrahin.
Segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita
meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Namun kami
menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum
wr.wb
Pekanbaru,
09 Maret 2015
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bimbingan
dan konseling atau guidance and counseling merupakan salah satu program
pendidikan yang diarahkan kepada usaha pembaruan pendidikan nasional. Jika
dilihat arti dan tujuan bimbingan dan konseling secara mendalam, maka urgensi
bimbingan dan konseling sangat besar bagi usaha pemantapan arah hidup generasi
muda dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap mental dalam masyarakat.
Melalui
program bimbingan dan konseling berarti pula perkembangan jiwa anak harus
diarahkan kepadakemampuan mental spiritual yang lebih tinggi, dan lebih baik.
Kemampuan mental spiritual anak bombing khususnaya para generasi muda harus mendapatkan
perhatian istimewa dalam bimbingan dan konseling, baik segi-segi umum maupun
agama untuk dibina dan dikembangkan agar mereka menjadi generasi mendatang yang
kuat dan tangguh, baik fisik, mental, maupun spiritual.
B.
RUMUSAN MASALAH
Didalam
penulisan makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang akan
dipersentasikan agar didalam berjalannya persentasi tidak terjadi
kesalahpahaman atau keluar dari apa yang dibahas atau yang dipersentasikan.
1. Bagaimana
sejarah munculnya bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana
bimbingan konseling di Indonesia?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan penulis dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana ilmu
bimbingan dan konseling itu bisa berkembang hingga saat ini melalui sejarahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
MUNCULNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling ( guidance and counseling ) sebagai displin ilmu berkembang sejak
permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 dimna merupakan periode dasar-dasar ilmiah
bimbingan dan konseling diletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di amerika serikat
telah mulai dirintis sejak tahun 1887, yaitu dengan dilaksanakannya “Home
Econic Program” di Missouri pertama kali, kemudian diikuti dengan
pengawasan obat secara teratur pertama kali, kemudian diikuti Boston tahun
1894. Pada tahun 1902 telah mulai ada perawatan yang berpraktik di New York.
Sekalipun demikian, bimbingan yang secara khusus diberikan perhatian kepada
anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun 1896. Tokoh pertama
gerakkan bimbingan anak-anak adalah witneryang mendirikan klinik di Universitas
Pennsylvania, Amerika Serikat. Klinik yang didirikan oleh witner pada saat itu
usaha membantu anak-anak terbelakang yang menderita gangguan emosi.
Adapun bimbingan modren didasarkan pada lndasan –landasan teroretis bru mulai
dilaksanakan pada tahuin 1909 oleh William Healy, yang kemudian dikenal sebagai
pelopor gerakkanbimbingan kanak-kanak. Pada saat itu, Healy yang bekerja pada pengabdian
kanak-kanak dan menaruh minat besar dalam penelitian bidang ini mendirikan dan
mengelola “chicago juvenilepsychopatic
institute” di Chicago, Illinois. Klinik yang dirikan Heavely inilah yang
kemudian pertama kali dipandang sebagai klinik modern di Amerika Serikat. Keberhasilan Heavely ini kemudian
mendorong perkembangan bimbingan bimbingan dan konseling secara luas , di
antaranya tumbuh dan berkembang organisasi bimbingan , baik pada tingkat negara bagian, maupun tingkat
nasional seperti Nasional Vocational Guidance, 1938, dan
paling akhir muncul Commision of guidance in amerika school, 1960.
Menurut
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., pada masa awal kemunculan bimbingan dan konseling,
terjadi tiga gerkkan yang masing-masing mempunyai arah perkembangannya sendiri,
yaitu sebagai berikut.
1. Gerakkan
yang berusaha memanfaatkan pengukran psikologis tentang kemampuan mental anak
untuk dipergunakan sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
Dalam gerakkan ini terkenal nama-nama
para ahli seperti James Mc. Keen Cattell dan Alfred Bined dan Theodore Simon (
dalam tahun 1909) yang menyelidiki anak-anak lemah mental dan sebagainya. Dari hasil penyelidikan, kemudian disusun
suatu sistem pengukuran yang di sebut “ tes kecerdasan”. Tes tersebut kemudian
disempurnakan oleh stanford (USA) pada
tahun 1916 yang terkenal dengan Stanford-Binet Intellligence Test.
Dari tes kecerdasan tersebut kemudian muncul berbagai macam model
testing di bidang hidup kejiwaan seperti
pada perang Dunia I. Terdapat Army Group
Examination Alpha (khusus unutk menyeleksi calon meliter yang di
terapkan secara berkelompok) dan Otis General Intelligence Examination serta
Scholastic Attitude Test ( tes
untuk mengetahui kemampuan dari hasil belajar).
Tes-tes tersebut besar pengaruhnya
terhadap bimbingan dan konseling karena memang sangat bermanfaat bagi para
pembimbing dalam memahami ciri-ciri tingkah laku serta kelemahan-kelemahan anak-anak didik. Di
samping itu juga , dengan tes tersebut guru dapat mengetahui keadaan anak
didiknya (klien terbimbing) secara lebih dalam dan anak didiksendiri juga dapat
lebih memahami dirinya sendiri.
Sampai saat ini, berkembanglah model tes
mental (kejiwaan) yang luar biasa cepatnya, sehingga dapat diketahui ada 2000
macam model yang pernah diterapkan dalam
dunia kependidikan dan ilmu jiwa. Dari sejak tahun 1920, dimana tes
dititik beratkan pada kemampuan
kecerdasan dan kemampuan belajar. Maka sejak itu pula berkembanglah sistem dan standarisasi pengukuran seperti pengukuran perhatian , pengukuran
sikap (skala sikap), pengukuran dimensi kepribadian dan sebagainya,
terutama tampak menonjol pada tahun 1930
dan 1940 di dunia barat. Di antara sistem pengukuran tersebut yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang agama ,
misalnya skla sikap ciptaan Likert , skala jarak sosial ciptaan Bgardus, serta
sosiometri, dan sebagainya.
2. Mental Hygiene (kesehatan
jiwa) adalah juga termasuk salah satu
gerak yang mempengaruhi perkembang bimbing dan konseling. Dikarenakan menyangkut problem yang bersumber pada
kesehatan jiwa, pada tahun 1908 Clifford Beer menerbitkan buku A
Mind That Founds Itself (jiwa yang menemukan dirinya sendiri ) dari hasil
pengalamannya sendiri tentang gangguan kejiwaan yang dideritanya sebagai suatu
siksaan seperti yang dirasakan dala apa yang disebut “insane Asylum”. Buku inilah yang kemudian mendorng kepada usaha
pembentukan lembaga kesehatan mental di
USA yang disebut National Committee For
Mental Hygiene. Gerakakan di bidang ini besar sekali pengaruhnya bagi
pelaksanaan bimbingandan konseling di
kemudian hari,sehingga timbullah kegiatan-kegiatan konseling yang
dititikberatkan pada usaha penyembuhan penyakit mental (jiwa) dan sebagainya.
3. Vocational Guidance, yaitu
suatu bimbingan yang menititikberatkan bantuan kepada terbimbingan dalm jabatan
atau pekerjaan sekarang dan yang akan
datang menurut kemampuan masing-masing. Pada tahun 1909, Frank Parpons
menerbitkan buku yang berjudul Choosing a
Vocaltion Guidance, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Pembawa ide Vocational Guidance ke dalam lingkup sekolah selanjutnya terkenal
tokoh-tokoh seperti Meyer Bloomfield, M. Brewer, sehingga ide tersebut menjadi
salah satu program pendidikan yang dilembagakan.
Adapun
rintisan bimbingan dan konseling agama yang ditujukkan kepada hidup beragama
secara formal dan ilmiah, yang dilakukan oleh para ahli bimbingan , baru tampak
dimulai sejak perang Dunia II. Difungsikannya juru penerang agama atau pendeta
di kalangan angkatan bersenjata terutama di Negara Anglo Saxon seperti Amerika
Serikat.
Dikalangan
angkatan bersenjata, penerang agama menduduki jabatan keimanan yang disebut
“Chaplain”. Tenaga keimanan ini mendapatkan training dalam bidang kemiliteran dan metadologi bimbingan dan konseling. Training dalam bidang pengetahuan prktis dalam
bimbingan dan konseling senatiasa dihubunngkan
dengan berbagai displin ilmu tentang penyembuhan jiwa, faith
healing (penyembuhan melalui keimanan), bahkan prinsip-prinsip psikoterapi
agama juga dijadikan pegangan dalam pendekatan keimanan mereka.
Pada
akhirnya, ide mereka tentang religious guidance and counseling tersebut
dikembangkan dan di lembagakan didalam sistem administrasi mulai dari tingkat
dasar sampai universitas. Meskipun jabatan religius disana belum sempurna
berfungsi dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan oleh golongan umat
beragama serta masyarakat pada umumnya. Namun, pendekatan keagamaan terhadap
problem hidup manusia telah dirasakan urgensinya oleh masyarakat, terutama
dalam rangka kesehatan mental.
Kenyataan
ini pernah dikemukakan oleh Dr. Robert Felix, Direktur Lembaga kesehatan Jiwa
di Amerika, bahwa kira-kira 40% rakyat Amerika Serikat mengajukan problem
pribadi kepada pemimpin agama untuk mendapatkan nasihat. Kenyataan demikian
menunjukkan bahwa konsultasi dengan para pendeta (pemimpin agama), mengandung
kemanfaatan yang sangat potensial dalam kesehatan mental, baik preventif maupun
kuratif.
Dilingkungan
kampus universitas-universitas di negara Barat, khususnya Amerika Serikat
terdapat suatu departemen agama (Department of Religion) yang bertugas memberi
bimbingan dan konseling kehidupan agama dari mahasiswa dan sebagainya di dalam
kampus. Pendekatannya menggunakan aspek-aspek psikologis, psikoterapi edukatif
persuasif (meyakinkan) dan motivatif (memberikan alasan-alasan rasional) dari
para mahasiswa yang menemui kesulitan-kesulitan belajar maupun kejiwaan secara
pribadi. Pelaksana konseling (counselor) dilingkungan kampus tersebut disebut
“minister”.
Didalam
praktik konseling, para minister senantiasa bekerja sama dengan
psikiater,psikolog,psikoterapis, serta ambudmen (pengurus kesejahteraan
(pengurus kesejahteraan dan ketertiban mahasiswa di kampus) dan sebagainya.
Dengan
demikian, maka jelaslah bahwa perkembangan guidance and counseling dan sejak
diletakkannya dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini, menunjukkan
tendensi ke arah perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan
mental dan fisik, dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
B.
BIMBINGAN DAN
KONSELING DI INDONESIA
Ditinjau
dari segi historis perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di indonesia,
sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah
bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling, ini dicetuskan
oleh Tatang Mahmud, M.A., seorang pejabat Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia pada tahun 1953.
Karena usaha Tatang Mahmud untuk
mencarikan terjemahan istilah guidance
and counseling ini dengan istilah bimbingan dan penyuluhan pada saat itu
populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan istilah guidance and counseling.
Akan tetapi, dalam perkembangan Bahasa
Indonesia selanjutnya, pada tahun 1970, sebagai awal dari masa pembangunan Orde
Baru, istilah penyuluhan merupakan terjemahan dari kata counseling dan mempunyai konotasi psychological-counseling, banyak pula digunakan dalam bidang-bidang
lain, seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan keluarga berencana, penyuluhan
gizi, penyuluhan hukum, penyuluhan agama dan sebagainya, yang cenderung
diartikan sebagai pemberian penerangan atau informasi, bahkan kadang-kadang
hanya dalam bentuk pemberian ceramah atau pemutaran film saja.
Menyadari perkembangan pemakaian istilah
tersebut, para ahli bimbingan dan penyuluhan Indonesia yang tergabung dalam
organisasi profesi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) mulai meragukan
ketepatan penggunaan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari istilah
konseling. Oleh karena itu, sebagian dari mereka berpendapat, sebaiknya istilah
penyuluhan dikemballikan ke istilah aslinya saja, yaitu konseling, sehingga
pada saat ini dipopulerkan istilah bimbingan dan konseling untuk ilmu ini,
bukan bimbingan dan penyuluhan dikarenakan alasan-alasan sebagaimana disebutkan
dimuka.
Akan tetapi, ada pula sebagaian ahli
bimbingan dan penyuluhan yang berpendapat bahwa jika istilah guidance
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan istilah bimbingan, istilah
counseling harus pula dicarikan bahasa Indonesianya.
Adapun secara historis, masalah
bimbingan dan penyuluhan mulai diperbincangkan secara terbuka pada tahun 1962.
Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yang waktu
itu dikenal dengan nama “SMA Gaya Baru”. Sejak itu penjurusan di SMA tidak lagi
dilaksanakan di kelas I, melainkan mulai dikelas II. Dengan perubahan itu dirasakan
adanya kebutuhan untuk menyalurkan para siswa kearah jurusan yang tepat bagi
dirinya secara perorangan, sehingga kebutuhan bimbingan dan penyuluhan sangat
mendesak.
Melihat kompleksitas permasalahan yang
terjadi dalam era globalisasi saat ini, dimana persaingan begitu ketat dan
membuat setiap orang harus berjuang dengan mengerahkan segenap kemampuan agar
dapat bertahan hidup, maka untuk memenangkan persaingan tersebut para siswa
membutuhkan bimbingan yang intensif untuk mengembangkan potensi dan keterampilannya.
Demikian pula dalam hal keagamaan. Pada
kenyataannya, dalam kehidupan di
masyarakat secara luas, karena
berbagai himpitan dan permasalahan kehidupan mereka mengalami berbagai problematika
kehidupan yang sangat kompleks. Pemecahan permasalahan kehidupan dengan
berbagai latar belakangnya akan dapat diselesaikan dengan pendekatan keagamaan.
Tidak sedikit permasalahan kehidupan justru akan dapat diatasi dengan
pendekatan keagamaan. Karena dengan pendekatan keagamaan ini akan terpancar
religious insight yang dapat membangkitkan semangat kehidupan seseorang yang
mengalami problematika kehidupan. Oleh karena itu keberadaan bimbingan dan
konseling agama mutlak diperlukan untuk mengatasi problematika kehidupan
dikalangan masyarakat luas.
Dalam kaitannya dengan bimbingan dan
konseling agama sebenarnya secara aplikatiftelah dilakukan oleh beberapa
lembaga pendidikan Islam, khususnya pondok pesantren. Sebagai contoh Pondok
Pesantren Suryalaya yang diasuh oleh KH. Shahibul Wafa Taju Arifin telah
melakukan bimbingan dan konseling agama dengan pendekatan psikoterapi kepada
para santrinya yang mengalami gangguan mental.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bimbingan
dan konseling sangat dibutuhkan disegala kalangan. Baik anak-anak, remaja,
dewasa maupun lansia. Hal ini sudah terbukti dari sejak pertama kali muncul
dengan nama bimbingan dan penyuluhan pada abad ke-20 SM.
Pada
masa munculnya bimbingan dan konseling ada tiga gerakan yang mempunyai arah
perkembangan yang berbeda. Tiga gerakan itu antara lain, yaitu:
1. Gerakan
yang berusaha memanfaatkan pengukuran psikologis psikologis tentang kemampuan
mental anak untuk dipergunakan sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
2. Mental
hygiene ( kesehatan jiwa )
3. Vocational
guidance, yang menitikberatkan bantuan dalam hal jabatan atau pekerjaan.
B. SARAN
Apabila
ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis
menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Akhyadi, Drs.
H. 1991. Psikologi agama. Bandung: Sinar Baru.
Arifin H.M. 1979. Pokok-Pokok Pikiran Tentang
Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
.
2003. Teori-Teori Konseling
Agama dan Umum. Jakarta:
Golden Terayon Press.
Hamdan Bakran Adz-Dzaky. 2006. Konseling
dan Psikotrapi Islam. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Drs. Samsul Munir Amin, M.A
No comments:
Post a Comment