KATA PENGANTAR
السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Bismillahirrahmanirrahin.
Segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita
meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Namun kami
menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum
wr.wb
Pekanbaru, 29 Desember
2014
Daftar Isi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ
رَافِعٍ – رضي الله عنه – أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – سُئِلَ: أَيُّ
اَلْكَسْبِ أَطْيَبُ? قَالَ: عَمَلُ اَلرَّجُلِ بِيَدِهِ, وَكُلُّ بَيْعٍ
مَبْرُورٍ { رَوَاهُ اَلْبَزَّارُ، وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم
Dari
Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah
yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan
setiap jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim)
Dari
hadist di atas,bahwa Islam sangat menghargai kerja keras, kreatifitas maupun
inovasi yang dihasilkan melalui tangan seseorang dalam melakukan pekerjaan.
Islam juga mengharuskan setiap pekerjaan dilakukan secara mabrur, yakni
dilakukan dengan kejujuran, kejelasan dan sesuai dengan syariat.
B. Rumusan
Masalah
Dalam rumusan masalah ini akan dibahas beberapa
materi yaitu:
1.
Apa pengertian etos kerja ?
2.
Apa hadist tentang etos kerja ?
3.
Apa hukum meminta-minta ?
C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
ialah untuk mengetahui apa-apa saja yang ada didalam etos kerja dan untuk menambah
pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Etos Kerja
Etos
kerja terdiri dari dua kata yaitu etos
dan kerja. Kata “etos” berasal dari bahasa yunani yang berarti sesuatu yang
diyakini, cara berbuat, sikap serta presepsi terhadap nilai bekerja. Dari kata
tersebut lahir istilah “ethic” yaitu
pedoman, moral, dan perilaku atau etiket yang artinya cara bersopan santun.
Etos juga dapat diartikan sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia
yang dihadapi. Adapun “kerja” adalah
sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; pencaharian seperti berladang,
berdagang, bekerja menjual jasa seperti dokter, perawatan, konsultan, mengajar
dan sebagainya. Dalam melakukan aktifitas, kerja, setiap orang melakukannya
dengan menggunakan potensi yang dimiliki berupa fisik maupun rohani. Fisik
terdiri dari panca indra disertai dengan tangan dan badan. Sedangkan potensi
rohani berupa akal, hati, insting, naluri, kesungguhan, kesabaran, dan sifat
psikologis lainnya yang mendukung aktifitas bekerja.
2. Hadist
tentang etos kerja
عن أنس رضي الله عنه قال : : كان رسول الله ص.م. يقول : اللّهمّ أعوذبك من العجز
والكسل والجبن واعوذبك من عذاب القبروفتنة المحياوالمماات. (رواه مسلم)
Artinya :
“Dari Anas ra. Berkata Rasulullah SAW bersabda : Ya Allah
sesungguhnya aku ini berlindung kepada-Mu (agar terhindar) dari sifat-sifat
lemah, malas dan penakut, dan aku berlindung pula kepaa-Mu dari siksa kubur,
ujian hidup dan mati. ”
Penjelasan Hadis
Hadist diatas berisi
tentang doa agar kita semua dijauhkan dari sifat lemah, malas dan penakut serta
doa minta dijauhkan dari siksa kubur dan ujian di dunia maupun di akhirat. Dan sebagai
konsekuensinya maka kita harus berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan
sifat-sifat buruk kita dan melakukan kegiatan yang positif.
Sifat lemah disini adalah
meliputi lemah fisik dan mental. Jika fisik lemah maka tidak dapat berusaha
secara maksimal dan optimal. Sementara lemah mental bisa menyebabkan seseorang
tidak dapat berfikir dengan baik dan akan menyebabkan kebodohan.
Sifat malas disini
meliputi malas beribadah, malas bekerja, malas bebelajar sebagai peajar, maka
kepada Allah SWT kita memohon agar dihindarkan dari sifat itu.
Sifat takut mengandung
maksud takut dalam mengerjakan kebaikan. Atau takut bukan pada tempatnya,
seperti takut pada selain Allah, yaitu kepada syaitan, tempat-tempat angker,
benda-benda keramat dan lain-lain. Maka dari itu kita hanya boleh takut kepada
Allah SWT akan adzab-Nya.
Sementara untuk siksa
kubur adalah memohon perlindungan kepada Allah agar terhindar dari adzab kubur.
Maka dengan itu kita harus selalu melakukan amal shaleh dan berdoa kepada-Nya.
Adapun untuk ujian hidup dan mati adalah dengan memohon perlindungan Allah dari
fitnak ketika masih hidup dan fitnah ketika sudah meninggal.
Ujian bagi manusia dari Allah yang berupa ujian kebaikan,
seperti harta, jabatan, anak dan kesehatan. Sedangkan ujian yang sedikit kearah
kurang baik, seperti kecelakaan, kematian, kelaparan dan sakit. Maka dengan itu
seseorang akan dinyatakan lolos dari ujian jikalah ia mau bersyukur saat ia
menerima ujian kebaikan. bersabar dan bertawakal jikalah ia tertimapa ujian
yang kurang baik.
Hal-hal yang Menunjukkan dan
Menerapkan Prilaku Beretos Kerja
Sifat lemas, malas dan
penakut adalah sifat-sifat negatif yang berada dalam diri manusia. Karena
itulah kita harus membuang jauh-jauh sifat-sifat tersebut dari diri kita dengan
cara giat bekerja. Dengan giat bekerja maka kitan akan meraih kesuksesan dan
kesuksesan itu tidak luput dari rajin beribadah, bersyukur, sabar dan tawakal
sebagai kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup agar terhidar dari siksa kubur
maupun siksa neraka.
صحيح البخاري – (ج 7 / ص 237)
1932 – حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ
لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
Terjemah hadits /ترجمة الحديث :
Kerja seseorang memikul kayu bakar
dipunggungnya lebih baik dari pada ia meminta kepada seorang baik diberi atau
tidak.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد
من الحديث :
Islam tidak mengajarkan
untuk meminta-minta, tapi islam mengajarkan agar manusia itu bekerja mencari
rizki yang halal walaupun pekerjaan itu hina. Hinanya pekerjaan tidak dipandang
melalui jenis pekerjaan itu tetapi dipandang dari segi rizki yang dihasilkan.
صحيح البخاري – (ج 5 / ص 330)
1385 – حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي
يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ
وَالتَّمْرَتَانِ وَلَكِنْ الْمِسْكِينُ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا
يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ
Terjemah hadits /ترجمة الحديث :
Bukan orang miskin orang yang setiap hari berputar-putar diatas
manusia untuk mencari sesuap atau dua suap nasi dan satu butir atau dua
butirkurma, tetapi miskin adalah orang yang tidak menemukan kekayaan yang
dicukupkan padanya dan ia tidak menerimanya maka ia menjadi penerima sedekah
dan tidak merupakan orang menempati tempatnya kemudian ia meminta pada manusia.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد
من الحديث :
Orang miskin adalah orang yang selalu butuh
dan selalu kurang dengan apa yang ia miliki, dan tetap merasa ia masih ingin
minta pada manusia.
Orang yang setiap hari bekerja untuk sesuap
nasi bukan termasuk orang yang miskin, karena ia lebih baik dari padaorang yang
minta-minta. Sednagkan orang yang kaya yang kurang puas dengan kekayaannya ia
akan tetap merasa menjadi orang miskin.
3.
Larangan
Meminta-minta
1.Riwayat hadits
Hadits
dari ibnu umar r.a bahaw rasulullah SAW bersabda pada saat beliau diatasa
mimbar dan menerangkan tentang shadaqah, ‘iffah(menjaga diri) dan meminta
minta. “tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah. Tangan yang
diatas adalah tangan orang yang berinfak. Dan tangan yang dibawah adalah tangan
orang yang meminta. “ (ditakhrij oleh al-Bukhari dalam kitab zakat).
2. Penjelasan (syarah) hadits.
Manusia
merupakan makhluk yang memiliki potensi untuk mengemban amanah dalam mengabdi
kepada Allah dalam menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi ini. Setiap
manusia dikaruniai akal untuk mengatasi berbagai problem kehidupan yang
dihadapi. Dalam menempuh kehidupan tersebut, manusia hendaknya berusaha dengan
segenap potensi yang dimiliki untuk mencari penghidupan yang halal tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain.
Sebagai makhluk yang
memiliki potensi untuk berikhitiar (bekerja), Allah SWT melalui rasulnya
mencela setiap orang yang pekerjaanya meminta minta kepada orang lain tanpa mau
berusaha. Namun, sebaliknya rasulullah menganjurkan manusia untuk berinfaq dan
berbagi dengan sesama susuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena, memberi
sesuatu kepada orang lain adalah perbuatan yang terpuji. Dalam hadits tersebut
rasulullah saw membuat dua kategori manusia yaitu al-munafiqah dan al-sailah.
Al-munafiqah menurut
hadits nabi yaitu orang orang yang tangannya diatas (al-yadd al-ulya),
sedangkan yang menerimanya disebut yadd al-sufla. Seorang muslimn dianjurkan
untuk menjadi orang yang mandiri. Tidak menggantungkan diri kepada orang lain,
tetapi berusaha mencari sumber penghidupan.
Ajaran islam sangat
mencela setiap orang yang bermata pencaharian meminta minta. Rasululah
mengingatkan kepada umatnya agar menghindari meminta minta. Karena, orang yang
meminta minta itu ibarat orang yang tidak memiliki muka, tidak memiliki rasa
malu. Bahkan pada hari kiamat nanti, orang yang pekerjaanya meminta minta akan
datang tanpa memiliki wajah.
Dalam
hadits diatas, mengisyaratkan bahwa pekerjaan meminta minta sangat tercela.
Karena, manusia diberikan potensi oleh Allah untuk berusaha. Manusia memiliki
akal untuk berfikir mencari jalan keluar dalam mengarungi kehidupan. Apabila
manusia tidak menggunakan akal fikirannya dengan terus menerus menggantungkan
dirinya kepada orang lain, ia telah menyia nyiakan akal sebagai karunia Allah.
Dengan akal pula, manusia lebih mulia daripada makhluk lainnya.
3.Intisari Hadits
a. Setiap
manusia dianjurkan untuk berusaha sehingga ia akan mampu berinfaq.
b.
Meminta minta merupakan suatu perbuatan
yang tercela sehingga harus dihindari.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Didalam islam sangat
dianjurkan untuk bekerja dengan menggali potensi yang ada dalam diri manusia
tersebut. Dalam melakukan aktifitas, kerja, setiap orang
melakukannya dengan menggunakan potensi yang dimiliki berupa fisik maupun
rohani. Fisik terdiri dari panca indra disertai dengan tangan dan badan.
Sedangkan potensi rohani berupa akal, hati, insting, naluri, kesungguhan,
kesabaran, dan sifat psikologis lainnya yang mendukung aktifitas bekerja.
Islam melarang umatnya untuk meminta-minta
karna meminta-minta itu perbuatan yang tercela. Islam juga menganjurkan untuk
selalu berbuat kebajikan selama di muka bumi ini,seperti tolong menolong,
sedekah,dll.
DAFTAR PUSTAKA
C.Ggeertz,Ethos.”World
View and Analysis at sacred Symbol”.dalam Interpretation of Cultur.New
York:Basuc book 1973
Toto Tasmara,Etos Kerja
Pribadi Muslim,Jakarta:Dana Bhakti Wakaf,1995
WJS Poerwardaminta,Kamus
Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka,1991.Cet.XII
No comments:
Post a Comment