KATA PENGANTAR
السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Bismillahirrahmanirrahin.
Segala puji bagi Allah
yang telah menciptakan manusia beserta isinya. Tiada Tuhan selain Allah temapat
kita mencurahkan segalanya. Allah tiadak pernah membedakan umatnya hanya karena
fisiknya, kepandaiannya, kelebihannya, tapi Allah membedakkan umatnya
berdasarkan ketaqwaan yang dimiliki umatnya. Allah adalah satu-satunya yang
kita sembah. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita meminta pertolongan dan
ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan
kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan. Berkat Nabi-lah kita dapat
merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
samapai saat ini.
Alhamdulillah kami ucapkan, karena masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalam makalah. Oleh
karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum
wr.wb
Pekanbaru,
1 April 2015
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR
ISI........................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................... 5
1.3 TUJUAN PENULISAN MASALAH........................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
2.1 Gangguan Jiwa Menurut
Al-Qur’an............................................... 6
2.2 Ayat-Ayat Al-Qur’an
Tentang Gangguan Jiwa.............................. 7
2.3 Tafsir Ayat.................................................................................... 10
2.4 Hadist Nabi................................................................................... 12
2.5 Pendapat Ulama............................................................................ 13
BAB
III PENUTUP.......................................................................................... 14
A.Kesimpulan..................................................................................... 14
B.Saran................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kondisi sehat jiwa bermakna sebagai suatu keadaan yang
bukan saja bebas dari berbagai gangguan jiwa tetapi juga setiap orang mampu
mengembangkan kesehatan fisik, mental dan intelektualnya seoptimal mungkin
sejauh perkembangan itu selaras dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungannya. Bagi umat Islam, kondisi yang ingin dicapai itu tentunya masih
perlu ditambah satu hal yaitu senantiasa berlandaskan pada aqidah dan syariat
islam dan itulah yang dimaksud sebagai kesehatan jiwa islami. Bagi umat islam,
sebenarnya apabila sudah melaksanakan seluruh syariat islam dengan
sebaik-baiknya yang disebut dengan istilah ihsan dengan berlandaskan kepada
iman dan taqwa , maka kondisi kesehatan jiwa masyarakat akan menjadi kenyataan
yaitu terciptanya suatu masyarakat yang adil makmur dan sejahtera, berbahagia
dunia dan akhirat. Insya Allah . Sesungguhnya akhlak karimah yang menjadi
tujuan yang ingin dicapai didalam pembinaan masyarakat islam sebagaimana hadits
Rasulullah yang mengatakan bahwa “Sesungguhnya aku hanyalah diutus demi
menyempurakan akhlak yang mulia” maka ini sangat identik dengan kesehatan jiwa
islami.
Didalam Al Qur’an disebut adanya
Qalbu ( hati ), nafs, dan aql ( akal ) yang dapat dianggap sebagai potensi
kejiwaan, yang ketiganya berkembang sejak masa bayi sampai mencapai maturitas,
dan ketiganya saling beritegrasi dengan baik dan membentuk jiwa yang sehat.
Sebaliknya bila salah satu dari padanya terganggu perkembangannya terutama bila
terjadi pada qalbu (hati), maka dapat terjadi gangguan jiwa.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini adalah
untuk membatasi materi yang akan membahas agar didalam persentasi tidak terjadi
kesalahan.
A.
Definisi Gangguan Jiwa Dalam Alqur’an!
B.
Ayat-ayat Yang Membahas Gangguan Jiwa!
C.
Tafsiran Ayat-Ayat!
D.
Hadist Nabi Tentang Gangguan Jiwa!
E.
Uraian Ulama Tentang Gangguan Jiwa!
1.3
Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah
tafsir ini adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang gangguan jiwa didalam
alqur’an. Dan tujuan lain dari tulisan makalah ini adalah untuk memberikan
motivasi dan dorongan kepada para peminat kesehatan jiwa atau masyarakat untuk
lebih memahami dan mendalami masalah agama dalam memberikan perawatan dan
pengobatan pada individu yang mengalami gangguan jiwa secara konprehensif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gangguan Jiwa Menurut Alqur’an
Kata jiwa berasal dari bahasa arab (النفس) atau nafs’ yang secara harfiah bisa
diterjemahkan sebagai diri atau secara lebih sederhana bisa diterjemahkan
dengan jiwa[1].
Diberbagai ayat dalam AlQur’an
disebut istilah-istilah yang dapat dikatagorikan sebagai gangguan jiwa seperti
Qalbu yang sakit (maradhun), majnuun, maftuun dan jinnatuun yang ketiga-tiganya
diterjemahkan sebagai “gila”, nafs yang kotor disamping nafs yang suci.
Istilah tahzan yang berarti
bersedih hati juga disebut beberapa kali dalam berbagai ayat alqur’an.
Disamping itu ada istilah yang merupakan sebagai sifat manusia yang dapat
menjadi sumber kegelisahan atau kecemasan seperti manusia bersifat
tergesa-gesa, berkeluh-kesah, melampaui batas, ingkar tidak mau bersyukur atau
berterima kasih, serta banyak lagi istilah -istilah sebagai akhlak yang buruk.
Didalam Al Qur’an disebut adanya Qalbu ( hati ), nafs, dan aql ( akal )
yang dapat dianggap sebagai potensi kejiwaan, yang ketiganya berkembang sejak
masa bayi sampai mencapai maturitas, dan ketiganya saling beritegrasi dengan
baik dan membentuk jiwa yang sehat. Sebaliknya bila salah satu dari padanya
terganggu perkembangannya terutama bila terjadi pada qalbu (hati), maka dapat
terjadi gangguan jiwa.
B.
Ayat-Ayat Yang Membahas Gangguan Jiwa
1.
Qalbu (hati) yang sakit
(maradhun)
Qalbu yang sakit ini, dalam
ayat-ayat dikaitkan dengan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat, hukum-hukum
Allah, orang-orang yang zalim, dengki
atau takut mati dijalan Allah.
a.
Surah al-baqarah: 10
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta
(QS.2:10)”.
b. Surah
al-Maidah: 52
فترى الذين في قلوبهم مرض
يسارعون فيهم يقولون نخشى ان تصيبنادائرة قلى فعسى الله ان يأتي بالفتح
اوامرمن عنده فيصبحواعلى مااسروافي انفسهم ندمينقلى
“Maka
kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka
(yahudi dan nasrani), seraya berkata,”kami takut akan mendapat bencana”.
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenagan (kepada rasul-Nya), atau
sesuatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa
yang mereka rahasiakan dalam diri mereka”.
c. Surah Al-Ahzab: 12
واذيقول
المنفقون والذين في قلو بهم مرض ماوعدناالله ورسوله الاغرورا
“Dan
(ingatlah) ketika orang-orang minafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit,
“yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nyakepada kami hanya tipu daya belaka”.
2.
Majnun (Gila)
Didalam alqur’an ayat ini semuanya itu
dituduhkan kepada para Rasul-Rasul Allah yang secara khusus disebut yaitu Nabi
Nuh a.s, Nabi Musa a.s, dan Nabi Muhammad SAW.
a.
Surah
Al-Hijr: 6
وقالوايايهاالذي
نزلعليهالذكرانك لمجنون
“Dan mereka berkata, ”Wahai orang
yang kepadanya diturunkan Al-qur’an, sesungguhannya engkau (Muhammad)
benar-ubenar orang gila[2].
3.
Jinnatin (Gila)
a.
Al-Qalam:
6
بايىكم
المفتون
“Siapa diatara kamu yang gila?”.[3]
b.
Muhammad: 20
ويقول الذين امنوا لولانزلت سورةج فاذاانزلت سورة محكمة
وذكرفيهاالقتاللارايت الذين في قلوبهم مرض ينظرونن اليك نظرالمغشي عليه
منالموتقلىفاولى لهمج
“Dan oranhg-orang beriman
berkata: “Mengapa tidak ada suatu surah (tentang perintah jihad) yang
diturunkan?” Maka apabila ada suatu surah diturunkan yang jelas maksudnya dan
didalamnya tersebut (perintah) perang, engkau melihat orang-orang yang didalam
hatinya ada penyakit yang akan memandang kepadamu seperti pandangan orang yang
pingsan kerena takut mati. Tetapi itu lebih pantas untuk mereka.[4]
c.
Al-Ma’Arij: 19
ان لأنسن خلق
هلوعا
“Sesungguhnya, manusia diciptakan dalam keadaan suka
mengeluh.[5]
C.
Tafsir Ayat-Ayat Alqur’an
a.
Surah Al-baqarah: 10
فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ (Dalam hati
mereka ada penyakit) berupa
keragu-raguan dan kemunafikan yang menyebabkan sakit atau lemahnya hati mereka.
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا (lalu ditambah
Allah penyakit mereka) dengan
menurunkan alqur’an yang mereka ingkari itu. وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
(Dan bagi mereka siksa yang pedih) yang menyakitkan, ِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (disebabkan kedustaan mereka). ”Yukadzdzibun”
dibaca pakai tasydid artinya amat mendustakan, yakni terhadap Nabi Allah; dan
tanpa tasydisd ”yakdzibun” yang berarti berdusta, yakni dengan mengakui beriman
padahal tidak.
b.
Surah Al-Maidah
فترى الذين في قلوبهم مرض (maka kamu lihat orang-orang yang didalam hati
mereka ada penyakit) yakni lemah aqidahnya, seperti Abdullah bin Ubai gembong munafik itu, يسارعون فيهم (bersegeralah kepada mereka) untuk mengambil mereka sebagai pemimpin, يقولون (seraya
berkata)
mengemukakan alasan dari sikap mereka itu, نخشى ان تصيبنادائرة (kami takut akan mendapat giliran bencana) misalnya giliran musim kemarau, kekalahan,
sedangkan urusan muhammad tidak berketentuan sehingga tidak dapat membela kami.
Berfirman Allah Ta’ala فعسى الله ان
يأتي بالفتح (Semoga Allah mendatangkan kemenagan) kepada rasul-Nya dengan mengembangkan agama-Nya, اوامرمن عنده (atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya) misalnya dengan membuka kedok orang-oarang munafik
dan menyingkapkan rahasia mereka, فيصبحواعلى مااسروافي انفسهم (sehingga mereka atas apa yag mereka rahasiakan dalam
diri mereka) berrupa
keragu-raguan dan mengambil orang-orang kafir itu sebagai pemimpin, ندمين (menjadi menyesal).
c. Surah al-Ma’arij
Dalam
surah ini dijelaskan bahwa keluh kesah tidak memiliki ketenangan hati, selalu
cemas, selalu ketakutan dan selalu merasa kekurangan saja. Berbagai macam sakit
jiwa dapat pula mengiringi keluh kesah itu. ”Apabila disentuh akan dia oleh
suatu kesusahan diapun gelisah”. (ayat 20). Bila ditimpa susah, dia tidak
dapat mengendalikan diri. Dia menjadi gelisah, menyesali nasib atau menyalahkan
orang lain. Maunya hanya tahu beres saja, tidak mau terganggu sedikit jua pun.
Pada ayat 10 surah 29, Al-Ankabut diterangkan juga perangai orang yang
demikian. Yaitu apabila mereka bertemu penderitaan pada jalan Allah, dianggapnyalah
fitnah manusia sebagai azab Allah juga. Pendeknya, orang seperti ini tidak
pernah mau menyelidiki dimana kekurangan dan kelemahan dirinya, tidak mau tahu
bahwa hidup didunia ini mesti bertemu kekusahan dan kesenangan. Tidak ada yang
senang aja.
D.
Hadist Nabi SAW
a.
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu‘anhu meriwayatkan bahwa Jibril
‘alaihissalam pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jibril bertanya: “Wahai Muhammad, apakah engkau
mengeluhkan rasa sakit?” Nabi menjawab: “Iya.” Maka Jibril membacakan:
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala
sesuatu yang mengganggumu dan keburukan setiap jiwa atau sorotan mata yang
dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu.” (HR.
Muslim).
b.
Hadits Abdullah bin Mas‘ud radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa
sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan
Muslim no. 6511).
E.
Pendapat Para Ulama
Hampir semua ulama, kaum sufi dan filosof muslim ikut
berbicara tentangnya dan menganggapnya sebagai bagian yang lebih dahulu
diketahui oleh seorang manusia. Karena dimensi jiwa dalam Islam lebih tinggi
dari sekedar dimensi fisik karena jiwa merupakan bagian metafisika. Ia sebagai
penggerak dari seluruh aktifitas fisik manusia.[6]
Ibnu Sina, dalam karya monumentalnya Al-Syifa sudah
membahas teori-teori sehat mental. Dia mengatakan, diskusi mengenai kebahagian
tidak bisa lepas dari teori pembahasan teori akhlak. Kebahagian tanpa akhlak
mulia tidak mungkin. Kebahagian akan diperolehnya bila seseorang mamu memilih
mana yang baik dan menyingkirkan yang tidak baik. Kebersihan dan kesucian kalbu
menjadi kunci utama pereoleh kebahagiaan. Kalbu atau jiwa yang suci membuat
seseorang jauh dari gangguan dan penyakit kejiwaan. Dengan kata lain, orang
berakhlak baik menjadikannya mencapai kebahagiaan, ketentraman, kejayaan, dan
keselamatan hidup.
Sementara itu, Al-razi dalam Al-Thib al-Ruhaniy
melekatkan cara perawatan dan penyembuhan penyakit-penyakit kejiwaan denagn
melakukan pola hidup sufistik. Melalui konsep zuhudnya Al-Razi menguraikan
secara teori dan praktis perawatan dan pengobatan gangguan dan penyakit
kejiwaan, yaitu: pengendalian diri, keserhanaan hidup, jauh dari akhlak buruk,
serta menjadikan akal sebagai esensi diri merupakan kunci-kunci memperoleh
kehidupan bahagia.
Al-Gazali mengatakan, kebahagian manusia sangat
bergantung pada pembahasan terhadap jiwanya, sebaliknya kegagalan memahami
jiwanya menyebabkan ketidak mampuannya dalam memperoleh kebahagian hidu
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ayat-Ayat Yang Membahas Gangguan Jiwa
a.
Qalbu (hati) yang sakit
(maradhun)
ü Surah
al-Maidah: 52
ü
Surah al-baqarah: 10
ü
Surah
Al-Ahzab: 12
b.
Majnun (Gila)
ü
Surah
Al-Hijr: 6
c.
Jinnatin (Gila)
ü
Al-Qalam:
6
ü
Muhammad: 20
ü
Al-Ma’Arij: 19
B.
Saran
Apabila
ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis
menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan
A.W. Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus
Al-Munawwir versi Indonesia-Arab, cet. I, Surabaya, Pustaka Progressif,
2007.
Abdur Raziq al-Kasyani, Ishthalahat
ash-Shufiyyah, Kairo, Dar al-Ma’arif, 1984.
Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds fi Madarij
Ma’rifah an-Nafs, Kairo, Maktabah al-Jundi, 1968.
Ibrahim Madkur, Fi al-Falsafah al-Islamiyyah
Manhaj wa Tathbiquhu, Juz.I, Kairo, Dar al-Ma’arif, 1976.
Muhammad ‘Abdur Rahman Marhaban, Min
al-Falsafah al-Yunaniyah ila al-Filsafah, Beirut, Uwaidat li
an-Nasyr, 2007.
https://dakupoenya.wordpress.com/2010/03/27/ilmu-kesehatan-dan-kesehatan-mental-dalam-perspektif-islam-al-quran-hadist-dan-khazanah-pemikiran-islam/
[1]
A.W.
Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir versi Indonesia-Arab, cet.
I, (Surabaya, Pustaka Progressif, 2007), h. 366.
[2]
Kata-kata ini diucapkan oleh orang kafir Mekah kepada Nabi Muhammad saw.
Sebagai ejekan. Al-qur’an terjemah, Al-Karim.
[3]
Al-qur’an terjemah (Departemen Agama).
[4]
Al-qur’qn dan Terjemahnya Al-karim (Departemen Agama).
[5]
Al-qur’qn dan Terjemahnya Al-karim (Departemen Agama).
[6]
Muhammad
Ustman Najjati, Ad-Dirasat al-Nafsaniyah ‘inda al-‘Ulama
al-Muslimin, (Kairo, Darul Asy-Syuruq, 1993), h. 118.
No comments:
Post a Comment