A.
Tauhid Rububiyyat
Istilah
rububiyyat berasal dari kata “rabb” yang dapat berarti memelihara,
mengelola, memperbaiki, mengumpulkan, dan memimpin. Secara istilah, tauhid
rububiyyat adalah meyakini bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Sang Pengatur,
Sang Pemberi rezeki, dan Sang Pengelola (mudabbir) bagi alam semesta.[1]
Tauhid Rububiyyat menafikan adanya pengelola dan pengatur yang merdeka
dan mandiri sepenuhnya oleh sesuatu selain dari-Nya, dan seandainya ada
pengatur selain-Nya, maka yang demikian itu semata-mata atas izin dan
perintah-Nya. Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 3:
ان ر بكم الله الذى خلق السموات والارض فى ستة ايام ثم
استوى على العرش يدبر الا مر ما من شفىع الل من بعد اذنه ذلكم الله ربكم فاعبد وه
افلا تذكرون
“sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari, kemudian ia bersemayam di atas ‘Arsy untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at sesudah ada
izin dari-Nya. Yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran”.
Disamping itu, mengingat bahwa dunia ini adlah dunia
sebab akibat, dan bahwa setiap gejala harus bersumber dan berlangsung melalui
saluran yang memang dikhususkan dan ditetapkan baginya di alam wujud
(keberadaan), maka Al-qur;an pun mengembalikan segala sesuatu yang timbul dan
terjadi didunia kepada sebab-sebab alaminya, tanpa mengurangi adanya sifat
penciptaan (khaliqiyat) Allah padanya. Dengan demikian, segala yang
berlangsung di alam ini sebenarnya adlah akibat perbuatan Allah, disaat hal itu
disebut pula sebagai perbuatan makhluk itu sendiri. Namun hendaknya dipahami,
bahwa penisbahan dan pengaitan segala sesuatu kepada makhluk hanya ditinjau
dari sisi “penyebab yang melaksanakan”, sedangkan penisbhan kepada Allah
adalah ditinjau dari sisi “penyebab yang sebenarnya”.[2]
Al-qur’an menunjuk kepada penisbahan ini dalam firman –Nya surah al-Anfal
ayat 17,
فلم تقتلو
هم ولكن الله قتلهم وما رميت ولكن الله رمى وليبلى المؤ ننين منه بلاء حسنا ان
الله سميع عليم
“Maka
(sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang
membunuh mereka dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah
lah yang melempar, (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka)dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Pada saat melukiskan Nabi SAW. Sebagai pelaku
pelemparan, dalam kalimat “ketika kamu melempar”, Al-qur’an juga
melukiskan Allah sebagai pelaku pelemparan sebenarnya. Hal itu menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad SAW ketika melakukan pelemparan, sebenarnya ia melakukannya
karna semata-mata dengan kemampuan yang dilimpahkan oleh Allah kepadanya.
Sehingga deengan demikian, perbuatannya itu adalah perbuatan Allah SWT juaga,
bahkan pengaitan dan penisbahan perbuatan itu kepada Allah dapat dikatakan jauh
lebih kuat daripada pengaitan dan penisbahannya kepada si hamba. Sedemikian
kuatnya, sehingga lebih tepat apabila hal itu disebut saja sebagai “perbuatan
Allah” semata. Akan tetapi betapapun kuatnya penisbahan perbuatan itu
kepada Allah hal tersebut tidak menyebabkan Allah dapat disebut sebagai
bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan hambanya. Memang benar, bahwa gejala
tersebut pada mulanya berkaitan dengan Allah dan timbul dari-Nya, namun
mengingat bagian akhir dari penyebab yang sempurna bergantung pada kemauan dan
kehendak manusia, sehingga seandainya tidak ada kemauan dan kehendak tersebut,
gejala itu tidak terwujud, maka wajarlah bahwa si manusialah yang dianggap
bertanggung jawab atas perbuatan tersebut.
B. Tauhid dalam Penciptaan (Khaliqiyat)
Yang dimaksud dengan tauhid dalam penciptaan ialah
tidak adanya pencipta (khaliq) yang sebenarnya dalam wujud alam semesta
ini selain Allah, dan tidak ada pelaku yang bertindak sendiri dan sepenuhnya
merdeka selain Allah. Segala sesuatu dialam raya ini, baik yang berupa
bintang-bintang, bumi, gunung-gunung, lautan, logam, awan. Guruh, petir,
manusia, tumbuhan, hewan, malaikat, jin maupun segala sesuatu lainnya yang
biasa disebut sebagai “pelaku” atau “penyebab”, pada hakikatnya adalah
benda-benda (maujudat) yang tidak dapat bertindak sendiri secara
sempurna, dan tidaj memiliki pengaruh yang mandiri sepenuhnya. Segala pengaruh
yang dinisbahkan kepada maujudat itu, tidaklah berasal dari zat-zatnya sendiri
secara merdeka dan mandiri, tetapi semua
pengaruh itu bemuara kepada Allah. Dengan demikian, segala sebab akibat,
kendatipun adanya keterkaitan antara kedua-duanya adalah makhluq (hasil
ciptaan) Allah kepada-Nyalah bermuara seliuruh kausalitas dan kepada-Nyalah
bermuara segala sebab. Dialah yang melimpahkan semua itu kepada selagala benda,
dan Dia pulalah yang mencabut semua jika diingankan oleh-Nya. Hal ini sesuai
dengan firman Allahdalam al-qur’an surah al-ra'd ayat 13: 16
قل من
ربالسموات والارض قل الله قل افا تخذتم من دونه اوليا ء لايملكم ن لافسهم تفعا ولا
ضرا قل هل يستوي الاعمى والبصير ام هل تستوي الظلمات والنور ام جعلو االله شركاء
خلقوا كخلقه فتشابه الخلق عليهم قل الله خالق كل شيء وهوالوا حدالقهار
“katakanlah: siapakah tuhan langit dan bumi?”
jawabannya : “Allah” katakanlah maka patutlah kamu mengambil peindung-pelindung
dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudaratan bagi diri mereka sendiri? “. Katakanlah:”adakah sama orang buta dengan orang yang dapat melihat, atau samakah
gelap gulita dan terang benderang apakah meraka menjadikan beberapa sekutu bagi
Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaannya sehingga kedua ciptaan itu
serupa menurt pandangan mereka?”. Katakanlah:” Allah adalah pencipta segala
sesuatu dan Dialah tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.
Dan dalam surah al-Zumar ayat 39:62,
الله خالق
شيء وهو على كل شيء وكيل
“Allah menciptakan segala sesuatu
dan Dia melihat segala sesuatu”
C. Tauhid Uluhiyyat
Tauhud uluhiyyat adalah mengimani Allah sebagai
satu-satunya yang harus disembah (al-ma’bud), dan tiada selain-Nya yang
patut disembah. Hal ini merupakan ppokok yang disepakati oleh kaum muslimin,
tak seorang pun berbeda pendapat dalam ini, baik dimasa lalu maupun sekarang.
Sesorang tidak dapat disebut sebagai muslim sebelum ia mengakui adanya pokok ajaran
islam.
Pokok utama setiap dakwah para nabi dan Rosul
sepanjang masa ialah menyeru manusia agar menunjukan ibadahnya hanya kepada
Allah Yang Maha Esa, seraya menjauhkan diri dari menunjukannya kepada apa dan
siapa pun selain-Nya. Tauhid dalam uluhiyyat serta pembebasan diri dari
belenggu kemusyikkan dan keberhalaan ( watsaniyat), merukan yang
terpenting diantara ajaran-ajaran agama-agama samawi, dan yang paling menonjol diantara risallah-risallah
para nabi. Sedemikian pentingnya, sehingga seolah-olah para nabi dan rosul
tidaklah diutus kecuali demi satu sasaran saja, yaitu memperkokoh pondasi
tiang-tiang pancang tauhid serta pemberantasan kemusyikan. Dengan amat jelas
al-qur’an menyebutkan tentang hakikat ini dalan surah an-Nahl ayat 36,
ولقد بعثنا
في كل امة رسولا ان اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت
عليه الضلالة فسيروا ققي لارض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين
“dan sesungguhnaya kami telah mengutus rosul pada
tiap-tiap umat untuk menyerukan,” sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut”.
Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah da nada
pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagai mana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rosul-rosul)”.
Dan dari surah al-anbiya’ ayat 21:25
وما ارسلنا
من قبلك من رسول الانوحي اليه انه لا اله الا انا فاعبدون
“Dan
kami tidak mengutus seorang rasulku sebelum kamu,melainkan kami wahyukan
kepadanya. Bahwasannya tidak ada Tuhan
(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Di bagian lain, al-qur’an melukiskan tauhit uluhiyyat
sebai suatu yang menjadi dasar bersama bagi semua syariat samawi,
قل يااهل
الكتاب تعالوا الى كلمة سواء بيننا وبينكم الا نعبد الا الله ولا نشرك به شيىا ولا
يتخذ بعضنا اربابا من دون الله فان تولوا فقولوا اشهدوا بانا مسلمون
“katakanlah
hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tadak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah,
dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. jika mereka
berpaling, maka katakan lah kepada mereka “saksikan lah, bahwah kami adalah
orang-orang berserah diri (kepada Allah)”. (QS.Ali ‘Imran, 3: 64)
D. Tauhid Zat dan Sifat
Yang dimaksud dengan tauhid zat dan sifat ialah bahwa
Allah adalah Esa, tak ada yang menyamai-Nya baik dari Dzat-Nya atau pun
sifat-Nya. Lebih dari itu, mustahil ada yang mampu menyamai-Nya, atau menjadi
padanan bagi-Nya. Ayat-ayat Al-qur’an yang berkaitan dengan tauhid ini sangat
banyak, diantarnya dalam surah Al-syu’ara’ ayat 11:
فاطر السموات والارض
جعل لكم من انفسكم ازواجااومن الانعام ازواجا
يذرؤكم فيه ليس كمثله شيء وهو الميع البصير
“dia adalah pencipta langit
dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan,
dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), di jadikanya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada suatau yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
قل هو الله احد (1) الله الصمد (2) لم يلد ولم يولد (3)
ولم يكن له كفوا احد (4)
Katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segalah sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada
pulak di peranakan, dan tidak ada siapa pun yang setara dengan Dia “.
(QS.al-Ikhlas 112:1-4)
Tauhid zat juga merupakan keyakinan bahwa
tidak ada seseorang atau sesuatu pun yang menyamai-Nya. Dia tidak dapat dilihat
dengan mata dan tidak dapa dicapai dengan akal manusia. Sesungguhnya batas yang
dapat dicapai akal adalah sesuatu yang bersifat benda. Sedang Allah bukan
benda. Benda dapat diketahui susunannya dan Allah tidak dapat diketahui
susunan-Nya. Dzat Allah adalah Dzat Yang Mahasuci dan Mahabersih yang tidak
dapat di bagi-bagi dan tidak menyerupai sesuatu apapun.
Allah
sebagai Dzat yang Mahamuliah mempunyai nama-nama terbaik dan mempunyai
sifat-sifat yang tinggi dan agung yang disebut Asma’ Al-Husna yang di turunkan
allah melalui kitab-kitab-Nya dan melalui lisan para nabi dan rasul-Nya,karena
Allah menyuruh manusia untuk berdoa kepada-Nya dengan nama-nama yang baik itu,
seabaimana firman Allah dalam Al-quran surah Al-a’raf, 7: 190,
ولله الاسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في
اسماىه سيجزون ما كانوا يعملون
“Hanya milik Allah Asma al-husna, maka bermohonkah
kepada-Nya dengan menyebut Asma al-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan atas apa yang mereka kerjakan”.
Buku psikologi Dakwah
ü
Faizah,
S.Ag, M.A
ü
H. Lalu
Muchsin Effendi, Lc., M.A
No comments:
Post a Comment