KATA PENGANTAR
السلام عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Bismillahirrahmanirrahin.
Segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat yang kita sembah,tempat kita
meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan kita,Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan.
Alhamdulillah kami ucapkan,karena masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Namun kami
menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum
wr.wb
Pekanbaru,
20 Maret 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
A.LATAR BELAKANG................................................................ 4
B.RUMUSAN MASALAH............................................................ 4
C.TUJUAN...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 5
A.ZAMAN KONTEMPORER....................................................... 5
B.ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT
KONT. BARAT.............. 5
C. ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT
KONT. ISLAM.............. 7
D.PILAR-PILAR FILSAFAT KONT............................................ 8
E.ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
KONT..................................... 9
BAB III PENUTUP....................................................................................... 11
A.KESIMPULAN........................................................................... 11
B.SARAN....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perkembangan
dan kemajuan peradapan manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan
perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seperti
dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu
kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu:
sejak zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.
Kemajuan
ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak putus
satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsure
penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Demikian semuanya
saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman
kontenporer, tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih
lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang
mengalami perpecahan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar
dugaan manusia itu sendiri.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang akan
dibahas dalam rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.
Apa itu filsafat pada zaman kontemporer?
2.
Aliran pemikiran filsafat kontemporer
barat?
3.
Aliran pemikiran filsafat kontemporer
islam?
4.
Pilar-pilar filsafat kontemporer?
5.
Aliran-aliran filsafat kontemporer?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Zaman kontemporer
Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20,
ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya.
Mulai dari analisis bahasa,kebudayaan (antara lain, Posmodernisme), kritik
social, metodologi (fenomenologi,heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup
(Eksistensialisme), filsafat ilmu, samapaifilsafat tentang perempuan
(Feminisme). Tema-tema filsafat yang banyak dibahas oleh para filsuf dari
periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia,
ilmu pengetahuan, kesetaraan gender, kuasa dan struktur yang mengungkung
hidupmanusia, dan isu-isu actual yang berkaitan dengan budaya, social, politik,
ekonomi,teknologi, moral, ilmu pengetahuan, dan hak asasi manusia.Ciri lainnya
adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi disiplinfilsafat.
Maksudnya, para filsuf bukan hanya professional di bidang masing-masing,tetapi
juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan
asosiasi-asosiasi professional dibidang-bidang tertentu berdasarkan pada
minat dan keahlian merekamasing-masing (Zaenal, 2011: 124).Sejumlah filsuf
sebagai filsuf-filsuf kontemporer antara lain adalah: WilhelmDilthey
(1833-1911), Edmund Husserl (1859-1938), Henri Bergson (1858-1941),Ernst
Cassirer (1874-1945), Bertrand Russell (1872-1970) dll.
- Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Barat.
Pada era “modern”—dilewati bangsa
Barat pasca Immanuel Kant, dua setengah abad yang lalu—bangsa Barat hidup
dengan konsep sistem nilai baru, struktur sosial-budaya pun sama, dengan
sebelumnya pra-syarat Rasional, juga dengan ciri-cirinya yang orisinil. Sejauh
yang terkait pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik, ada beberapa
aliran pemikiran yang dominan yang semarak.
Pertama, tipologi
strukturalisme. Tipologi ini memusatkan perhatiannya pada masyarakat sebagai sistem,
di mana fenomena-fenommena tertentu menggambarkan “suatu kenyataan sosial yang
menyeluruh.”, atau pada landasan epistemologi (canguilhen) akan
menggeser inti bahasan dari pemikiran esensialis tentang masyarakat dan
pengetahuan kepada wacana yang melihatnya sebagai ciri-ciri struktural fenomena
ini, baik ciri differensial atau pun relasional.
Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan, rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental.
Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan, rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental.
Selanjutnya, bapak psikoanalis,
Sigmund Freud (1856-1939 M.) merupakan sosok yang amat kontroversial dengan
hipotesanya yang amat mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang melihat
frued hanya sebagai ateis, materialis.
Selain para pemikir di atas, masih
dapat kita jumpai para pemikir semisal al-Thuser (1918-1990 M.), Pierre
Bourdieu (1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.)
Tipologi kedua, Post-Strukturalisme.
Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan varietas pemahaman dalam berbagai
segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai sumber subjektivitas dan kultur yang
bersifat paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang bersifat sekunder.
Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa
(misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan munculnya
pemikiran ini.
Tipologi ini diwakili oleh Nietzche
(1844-1900 M.), prinsip yang diusulkan sebagai suatu kebenaran koheren dan
mendasar, beraneka ragam fakta serta penampilannya adalah bersifat idealis.
Selanjutnya adalah Michel Foucault
(1926-1984 M.), seorang sejarawan, psikolog dan sexolog yang paling cemerlang
pada masanya.
Tipologi ketiga, post-marxisme.
Tipologi ini merupakan elaborasi lebih lanjut dari marxisme dengan
karakter dan corak pemikiran yang sangat berbeda.
Mereka menggunakan Marx untuk untuk
mengembangkan sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada
‘kapitalisme modern’.
Para filsuf yang mempunyai
kecenderungan berfikir post-Marxisme adalah para pemikir seperti Hannah Arendt,
Jurgen Habermas dan Theodor Adorno.
C. Aliran Pemikiran Filsafat
Kontemporer Islam.
Filsafat di dunia Islam merupakan
benih pembaharuan, meski hasil asimilasi dari budaya asing. Namun sangat
disayangkan tak pernah bernafas panjang. Di dunia Islam timur, filsafat lenyap
atas jasa Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut
al-falasifah. Sedang di dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya
Ibnu Rusyd (1198 M.) berakhir pula pengaruh filssafat paripatetik. Setelah ini,
filsafat secara geografis berpindah ke Negri para Mullah, Iran, sebagai akibat
dari pengaruh metafisika Yunani dan Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn Arabim,
al-Hallaj, dan Suhrawardi al-Maqtul sebagai pendekar filsafat gnostik Persia
ternama. Kemudian Islam mengalami masa skolastik (kegelapan) yang berlangsung
kurang lebih dua abad.
Islam terbangun dengan infasi
Napoleon Bonaparte di Mesir tahun 1798 M, dengan disusul berdirinya negri-negri
independen yang mengatasnamakan Nasionalisme. Sementara dinasti Ottoman sebagai
representasi kekuatan Islam kala itu, telah dilumpuhkan dan digerogoti luar-dalam.
Datangnya Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan pemikiran Arab-Islam.
Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.
Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.
Gerak radikal pemikiran barat yang
menyematkan Immanuel kant sebagai puncak modernisasi filsafat menorehkan
berbagai macam pertimbangan humanis-rasionalis yang semena-mena tidak boleh
dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud kolonialisme modern atas dunia
Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme adalah fakta perjuangan
cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah pemikiran Islam dari
stagnansi masa skolastik dimana agama, lapukan sejarah dan literatur keilmuan
telah menjadi Tuhan.
Ideologi yang digambarkan oleh
al-Jabiri atas dunia Arab-Islam masih saja dipahami secara literal dan
melahirkan sikap antipati terhadap perkembangan pemikiran Barat. Angan mitologis
atau mistisisme yang telah menghantui modernisme Islam sudah
selayaknya dihancurlantakkan lalu menaruh sikap inklusif sebagai jembatan
pembaharuan.
D. Pilar Pilar Filsafat Kontemporer
Filsafat telah melahirkan apresiasi dan respon yang
besar dalam sejarah pemikiran dan memunculkan pilar – pilar Filsafat
Kontemporer.
Pilar yang pertama adalah etika,
di mana merupakan hasil dari refleksi moralitas yang kemudian melahirkan
aliran-aliran filsafat yang dikembangkan oleh para filosof. Dalam memahami
etika sebagai suatu ajaran tentang seni hidup, atau menempatkan sebagai
kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian pemikiran ini
direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant menjadikan etika yang
semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban, dan ini melahirkan konsep
sentral etika modern, yaitu konsep otonomi moral. Pemikiran ini lebih lanjut,
kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel dan dipadukan dengan
teori dialektikanya.
Pilar yang kedua adalah fenomenologi,
dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel (1859-1938) fenomenologi merupakan salah
satu dari arus pemikiran yang paling berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum
fenomenologi lahir dari persoalan fenomena yang dibawa ke ruang publik
--pertama kali-- oleh Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu mendefinisikan
fenomenologi sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi Husserl
berbicara tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal
inilah yang membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan
Kant. Para filosof yang terpengaruh oleh
fenomenologi adalah Derrida, Kierkegard, Cascirer.
Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme.
Eksistensialisme tidak lagi membahas pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat,
akan tetapi lebih menekankan masalah seputar eksistensi. Seorang filosof
eksistensialis, semisal Sartre, bekerja keras dalam permasalahan esensi dan
eksistensi, yang kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa "eksistensi
mendahului esensi". Dan ini membalik tradisi pemikiran filsafat Barat
sejak Plato, yang selalu mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi.
Pilar yang ke empat adalah filsafat
budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis akan melahirkan dimensi
subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah daya yang menjadikan produk
(alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif adalah hasil
dari kegiatan daya tadi.
E. ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT KONTEMPORER
Beberapa aliran-aliran dalam filsafat kontemporer adalah
sebagai berikut:
- Eksistensialisme
Eksistensi
berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri atau
menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri dengan
keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan
eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan
cara wujud manusia sebagai tema pokok.
- Fenomonologi
Fenomen
atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan bendanya
sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak
perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat
secara rohani, tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa
menurut para pengikut filsafat fenomenologi, fenomen adalah “apa yang
menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan diri seperti apa
adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
- Pragmatisme
Pragmatisme
berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa Yunani.
Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang
kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.
- Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori
Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini
adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah
penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh
revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa
Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis
(golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi
kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh
telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara
drastis.
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Filsafat Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada
masa kekinian atau sedang terjadi pada saat ini yang tidak terikat dengan
aturan aturan jaman dulu dan berkembang sesuai dengan jaman sekarang. Sehingga
kontemporer tidaklah sama dengan modern, karena
modern adalah masa kini yang sudah lewat.
Setelah era moderen atau pasca Immanuel Kant, muncul aliran
aliran filsafat Kotemporer diantaranya
tipologi strukturalisme, Tipologi Post-Strukturalisme, Tipologi post-marxisme.
Filsafat Arab Islam bangkit setelah kedatangan kolonialis –
imperialis di wilayah Timur Tengah, dengan metransformasikan filsafat filsafat
barat ke Mesir khususnya.
Dari refleksi moralitas yang melahirkan aliran alira
filsafat tercipta dari pilar-pilar filsafat yaitu etika, fenomenologi,
eksistensialisme, filsafat budaya dan hermeneutika.
- SARAN
Apabila
ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis
menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Muntansyir,
Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maksum,
Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yanur,
Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme. Tersedia pada
(http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
Noor,
Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.
No comments:
Post a Comment