Translate

Friday 29 May 2015

Dakwah Dinasti Umayyah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Daulah Bani Umayah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus berlangsung kurang lebih selama 90 tahun diperintah oleh 14 orang khalifah. Kejayaan Bani Umayah dimulai pada masa Abdul Malik dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggal Umar, kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya adalah para khalifah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum. Pun demikian kemajuan-kemajuan di bidang arsitektur, kesenian dan perdagangan berhasil dicapai pada masa Bani Umayah.
Tentunya sangat menarik mengkaji dinamika khilafah Bani Umayah ini. Sebab selain khilafah ini berada pada masa transisi, berbagai intrik menarik terjadi di zaman ini. Mulai dari banyaknya khalifah yang tidak berpihak pada rakyat sampai pembunuhan Husein bin Ali di Karbala. Namun dinasti umayyah memiliki peran penting dalam pengembangan islam pada masanya, banyak bukti bukti yang dapat kita lihat sebaga hasil dari metode yang diterapkan. Semoga dengan mengkaji perkembangan Islam pada kurun ini akan memperkaya wacana kita terutama dalam hal politik Islam.
B. Tujuan
Pembuatan makalah ini selain sebagai pemenuh tugas dari dosen pembimbing juga untuk memberi pengetahuan bagi pemakalah maupun pembaca seputar metode dalam pengembangan dakwah  dinasti umayyah secara lebih rinci.
C. Rumusan Masalah
1. Sejarah berdirinya dinasti umayyah
2. Khalifah yang memipin dinasti umayyah
3. Perkembangan dakwah dinasti umayyah
BAB II
PEMBAHASAN

A.Berdirinya Dinasti Umayyah
Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.[1]bani Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya menginginkan jabatan pengganti Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal yang penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, bani umayyah menyokong pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih. Sejak saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegaan khilafah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaan di kemudian hari.[2]
Hingga suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan kubu Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang keluar dari Ali disebut golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu golongan yang mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin memperkeruh  kondisi umat islam. Sampai pada akhirnya Ali bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang benama Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.
Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.[3]
Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah”(tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.[4]
Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
  1. Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
  2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
  3. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
  4. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
  5. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.[5]
Sejak peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak sebelum Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Umayyah ini.[6]

B. Khalifah-Khalifah pada masa Dinasti Umayyah
Dinasti umayyah memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus (Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 khalifah. Khalifah-khalifah iti diantaranya adalah:
1.Mua’awwiyah bin Abi Sofyan (661-680M)                            
2. Yazid bin Mu’awwiyah (680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid (683-684M)
4. Marwan Bin Hakam (684-685M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin Abdl Malik (715-717M)
8.Umar bin Abdul Aziz (717-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (724-743M)
11.Walid bin Yazid (743-744M)
12.Yazid bin Walid (744M)
13.Ibrahim bin Walid (744-745M)
14.Marwan bin Muhammad (745-750M).[7]
Diantara khalifah-khalifah itu terdapat beberapa kholifah terkenal dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan kebudayaan islam, diantara para khalifah itu adalah
1.      Muawyah Ibn Abi Sofyan (41-60 H / 661-680 M )
Pada umumnya sejarawan memandang negative terhadap muawiyah keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara arbitrase yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah sisten pemerintahan yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariska turun-temurun. Bila dilihat dari sikap dan prestasi pilitiknya yang menakjubkan sesungguhnya Muawiyah adalah seorang pribadi dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa yang politikus dan pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijakan kebijakan dalam pemerintahan.
Dalam mengendalikan pemerintahan, Mu’awiyyah di dukung oleh beberapa pembatu utama dalam mengatasi berbagai kesultanan, diantaranya Amr bin As (Gubernur Mesir); Mugirah bin Syu’bah (Gubernur Kuffah) kota barat sungai Eurafat (Irak); Ziyad bin Abihi (Gubernur Persia); Ubaidillah bin Ziyad (Gubernur di Basra) hingga wafatnya Muawiyyah tahun 680. Diantara usaha yang dilakukan Muawiyah sehingga membawa namanya menjagi terkenal selain mendirikan Bani umayyah, adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia. Muawiyah mengutus Uqbah Ibn Nafi untuk menakluklukan Tunisia tahun 670 M. panglima Uqbah Ibn Nafi kemudian mendirikan sebuah kota, yaitu kora Qairun. Disebelah timur, Muawiyah dapat menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan Lautnya terus mengadakan serangan ke Ibu kota Byzantiun, Konstantinopel.
Kemudian diantara jasa-jasa Muawiyah adalah mengadakan “Dinas Pos Kilat” dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos gunanya untuk memperlancar administrasi pusat dan daerah. Dalam bidang ekonomi Muawiyah juga mendirikan “Kantor Cap” (percetakan mata uang). Di bidang hukum beliau membentuk profesi Qodli yang bertugas untuk memutuskan hukum dan problema yang muncul ditengah masyarakat muslim.
2.      Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 683-705 M)
Khalifah Abduk Malik adalah orang kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama dibidang Fiqih. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama yakni 21 tahun. Khalifah Abdul Maluk Ibn Marwan menciptaan keamanan disemua wilayah Islam. Setelah keamanan menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hasil uasahanya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat antara lain:
a. Membentuk Mahkamah Agung
b. Penggantian bahasa resmi ( menggunakan Bahasa arab )
c Penggantian mata uang ( mencetak mata uang dengan nama Dirham, Dinar dan Fals)
d. Mendirikan kas Negara di Damaskus
e. Pembangunan pos dan peningkatan pelayanan pos dan komunikasi
f. Mendirikan bangunan-bangunan seperti pembangunan pabrik-pabrik senjata dan pabrik   kapal perang yang didirikan di Tunisia
g. Membangun masdji Umar (Qubah Al-Sakharah) di Yarussalem
h. Memperluas masjid Haram di Makkah
i. Penyempurnaan tulisan Mushaf Al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu dan memperbaharui Qawaid
Abdul Malik sebagai penerus dari Muawiyyah. Dia berhasil menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarijzm, Ferhana dan Samarkandi. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Baukhistan, Sina dan Punjab sampai ke Malta.
3.      Walid Ibn Abdul malik ( 89-96 H / 705-715 M)  
Khalifah Walid ibn Abdul Malik ini memerintah kurang lebih 10 tahun. Pada  masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Pada masa Walid Ibn bdul Malik terkenal dengan Negara yang damai dan rakyat memperoleh jaminan keamanan. Wilayah Islam pada masa ini paling luas yaitu dari Indus di India sampai ke Andalusia di Spanyol. Wilayah kekuasannya meluas kewilayah Timur sampai didaerah anak Benua India dan perbatasan Cina. Sementara dibagian Utara meliputi Aleppo, Asia kecil, Cesnia, dan Armenia sampai Timur Laut. Dan dibagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara sampai Semenanjung Iberia, serta kepulauan di Laut Lengah.
Disamping itu juga banyak kemajuan dalam bidang kebudayaan dan sosial. Diantara usaha yang menyangkut bidang sosial dan kebudayaan antara lain :
a.Mendirikan Rumah Ssakit                                            
b.Orang buta, lumpuh, gila, lansia, dan wanita yang ditinggal mati suaminya dimedan   perang dapat jaminan hidup secara gratis dari Negara
c.Khalifah juga pencinta seni dan sastra serta puisi, dan untuk mengkaji Al-Qur’an dan Hadits dibangun pusat-pusat kajian Islam
d.Membangun masjid, diantaranya masjid Al-Haram
e.Membangun “Hujrah” makam Nabi Muhammad saw
f.Khalifah ini dinilai sebagai khalifah yang merakyat, sehingga banyak madrasah dan sekolah kedokteran dibangunnya.

4.      Umar Ibn Abdul Aziz (99-101H / 717-720 M)
Khalifah ini terkenal dengan keadilannya dalam menjalankan pemerintahan. Ia mempunyai pribadi seperti Umar Ibn Khatab. Diantara sifat-sifat terpuji umar Ibn Abdul Aziz yakni sopan, adil, sederhana, bertakwa kepada Allah swt, sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dari pada politik, lebih mementingkan persatuan umat islam dari pada golongan, penyiaran islam dengan cara damai dan berbuat adil terhadap semua pihak. Usahanya dalam proses penyebaran islam dilakukan dengan mengirim para Mubaligh ke India, Turki, dan Barbar di Afrika Utara dan menyetop usaha pengepungan Konstaninopel dan para Tentara diperintahkan untuk kembali ke markas masing-masing. Disamping itu, ia juga mengirim selembaran tentang islam dan ilmu pengetahuan kepada para Gubernur. Dan yang lebih penting usahanya dalan system pemerintahan ialah mengembalikan semua system kepada ajaran islam dan sebelum menjadi pemimpin ia pernah menawarkan kepada rakyat untuk menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin.
Terhadap pihak yang menentang Bani Umayyah, seperti golongan Khawarij dan syi’ah, Umar bersikap lunak. Mereka tidak diperangi, tetapi diajak berdikusi dan membina saling pengertian ia melancarkan dakwah Islam dengan cara bijaksana dan persuatif hingga penduduk yang belum beragama Islam masuk ke Islam, juga melindungi penduduk Mesir,
5.      Hisyam Ibn Abdul malik ( 105-125 H / 724-743 M)
Diantara usaha-usaha ynag dilakukan Hisyam yakni membangun pabrik senjata, mendirikan perusahaan kain sutera yang halus, menggali beberapa terusan untuk kepentingan irigasi dan membangun pacuan kuda.Saat menjadi khalifah, Hasyim menghadapi banyak masalah dalam negeri yang menyita perhatiannya. Bahkan di zaman ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah, kekuatan itu berasal dari Bani Hasyim yang di dukung oleh golongan Mawali. Kemelut politik di Irak, khususnya Khurasan, mendorongnya berkali-kali mengganti Gubernur di daerah ini. Sungguhpun demikian, Khurasan tidak juga tenang dari kerusuhan. Sentimen kesukuan Arab Utara dan Selatan adalah penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah. Walaupun sebenarnya Hasyim ibn Malik adalah seorang Khalifah yang kuat dan terampil. Akhirnya pada tahun 750 M, daulah Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn al-Muthalib. Dan gerakan ini didukung penuh oleh Bani Hasyim dan golongan Syi’ah serta kaum Mawali.[8]

C. Metode Pengembangan Dakwah
Peran dinasit umayyah dalam pengembangan dakwah Islam cukup lah besar, dinasti ini telah banyak menyumbang untuk kemajuan islam pada masanya. Berikut ini kami paparkan metode yang dilakukan umayyah dalam mengembangkan islam ;
1.      Dakwah dengan cara ekspansi wilayah
Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.
a)      Perluasan ke Wilayah Barat
 Begitu Mu’awwiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas di antai Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut Marmora. Kemudian Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas.
Meskipun penyerangan terus dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora tetapi masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.
Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik yang saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat untuk merebut Konstantinopel kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara yang lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota musuh selama setahun penuh(Agustus 717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam harus mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur ekspedisinya ini, dan mengarahkan ke wilayah lain.
b)      Penaklukan di Afrika Utara
Wilayah-wilayah disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.Sebelum pada zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya, kemudian Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara. Tugas ini dipercayakan pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah ditempatkan di Barqah semenjak daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan orang Barbar dia mengalahkan tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun 670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.
Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai Atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan Bizantium di daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.
Ketika jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.Dalam periode selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya masih dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum muslimin mendapat kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.
c)      Ekspansi ke Spanyol
Wilayah Spanyol atau yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di Afrika Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa. Spanyol pada saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja Roderick.[9]
Bulan juli 710M sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa laporan-laporan mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu tahun berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai  bernama Tariq bin Ziad (yang namanya dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq) menyeberangi selat dengan 7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja Roderick sedang berada di bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan kedudukan mereka di Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000 orang lagi, dia dikalahkan.
Seluruh Spanyol sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singka.[10] Dengan kemenangan itu kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan mengembangkan kekuasaan di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.
Kemudian pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung Pyrenia. Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak di laut Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghot dari serangan tentara islam.
d)     Perluasan ke wilayah Timur
Penaklukan ke wilayah timur juga mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah timur ini adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri yang melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya. Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil gubernur Basrah, Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia selatan dan Bulukhistan, mencapai Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri Sind ini bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang dilalui. Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam pertempuran, Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang ditawan oleh pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.[11]


2.      Dakwah Dalam memajukan Kebudayaan/Peradaban Islam
Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan islam yang bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki prestasi  disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
1.      Bidang Ilmu Hadits
Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan  Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1.      Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2.      Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3.      Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4.      An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5.      At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6.      Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
2.      Dibidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah berkembang  luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).
3.      Dibidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian yang Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu masalah. Pada tahap perkembangan pemikiran  islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1.      Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2.      Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3.      Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4.      Az –Zuhri (Madinah)
5.      Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6.      Al –Hasan Basri (Basrah)
7.      Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8.      Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9.      Asy –Syu’aibi (Kufah)
10.  Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
4.      Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf antara lain sebagai berikut :
a.      Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak, jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt) dan sifat khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
b.      Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri. Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
1. Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah swt, maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
2.Manusia dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi, dengan kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c.      Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
d.      Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia  yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.

D. Ibrah Dari Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umaiyah Untuk Masa Kini Dan Yang Akan Datang
Ibrah dari perkembangan islam pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yang dapat kita terapkan untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang, antara lain sebagai berikut :
1.Semangat yang dimiliki oleh kerajaan tersebut patut kita tiru, terutama dalam perkembangan peradaban islam, yang meliputi politik dan pemerintahan, militer, social, seni dan budaya, serta ilmu pengetahuan.
2.Kepedulian mereka terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan mereka terhadap para ilmuan sangat luar biasa.[12]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat pemerintahan yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Mu’awiyah ke Damaskus. Selama masa itu, bani Umayyah di pimpin oleh khalifah sebagai berikut : Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Yazid I (680-683 M), Mu’awiyah II (683-684 M), Marwan bin Hakam (684-685 M), Abdul Malik (685-705 M), Al Walid I (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), Yazid II (720-724 M), Hisyam (724-743 M) Al Walid II (743-744 M), Yazid III (744 M), Ibrahim (744 M), dan Marwan II (744-750 M).Adapun metode yang dilakukan umayyah yakni ;Membuka Wilayah Dakwah Baru,dakwah di bidang Kajian dan Penulisan Ilmiah,Memakmurkan Masjid dengan Kajian Keagamaan,Pemurnian dan Penggalakan Berbabahasa Arab,Pengumpulan, Penulisan,  dan Peletakan dasar-dasar Metodologi Hadist,Bidang Hukum Islam.
B.     Penutup
Pemakalah menyarankan kepada para pembaca untuk membaca  materi lain yang berkenaan atau menyangkut materi ini. Karena, pemakalah hanya menyajikan materi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh pemakalah.




[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN-Malang Press 2008,H
43
[2] Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah
[3] Dr. Yusuf Al’Isy. Dinasti UmawiyahI. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.2007, H 164
[4] Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008,hal 34
[5] Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah
[6] Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011,hal 71
[7]aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti umayyah

[8] Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah
[9] Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, hal 74-77
[10] W.Montgomery Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990,hal 41
[11] Fu’adi imam, sejarah peradaban islam ,hal 79
[12] Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah,.Jakarta:Pustaka Al-kautsar, 2008,hlm:27-71

1 comment: