Translate

Friday 29 May 2015

Interaksi Sosial


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk social disamping sebagai makhluk individual. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri,sedangkan sebagai makhluk social manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan social.
Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekterm manusia akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.Ada aksi dan ada reaksi.Pelakunya lebih dari satu.Individu vs individu.Individu vs kelompok.Kelompok vs kelompok dll.Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok.Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Manusia mempunyai motif atau dorangan social, dengan adanya dorongan atau motif social pada manusia maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam makalah ini akan kami paparkan penjelasan tentang interaksi social lebih mendalam lagi serta pandangan al quran terhadap interaksi social.
B.     Tujuan
Makalah ini bertujuan sebagai pemenuh tugas dari dosen pembimbing sekaligus sebagai tambahan ilmu bagi penulis dan pembacanya .
C.    Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Interaksi Sosial ?
2.      Apa saja factor-faktor Interaksi Sosial?
3.      Bagaimana pandangan al-quran terhadap Interaksi Sosial ?
D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas seputar Interaksi Sosial, factor-faktor interaksi social, serta pandangan al-quran terhadap interaksi social  dalam ruang lingkup psikologi social saja.





















BAB II
INTERAKSI SOSIAL

A.    Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.[1]Interaksi social dapatjuga diartikan sebagai  suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih, dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain.[2]
Berikut ini pengertian Interaksi sosial menurut para ahli ;
1.      Menurut Shaw :
Interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
2.      Menurut Bonner ( dalam Ali, 2004) :
Interaksi social merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok
4.      Kimball Young & Raymond W. Mack :
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
Dari pengertian interaksi social menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksisosial  adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Jadi jelas lah bahwa di dalam prosesinteraksi itu terdapat tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga timbullah kemungkinan kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing masing secara timbal balik.[3]
B.     Factor-faktor yang mendasari interaksi social
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai factor, antara lain : factor sugesti, imitasi, identifikasi dan simpati. Factor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.
1.      Factor Imitasi
Imitasi merupakan dorongan untuk ,meniru orang lain. Menurut Tarde factor imitasi ini merupakan satu-satunya factor yang mendasari atau melandasi interaksi social.Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan (1966:36). “Menurut Tarde, masyarakat itu tiada lain dari pengelompoka manusia di mana individu-individu yang satu mengimitasi kegiatan manusia lainnya.
Terhadap pendapat Tarde ini sukarlah orang dapat menerima seluruhnya.Memang factor imitasi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat atau dalam kehidupan masyarakat atau dalam interaksi social, namun demikian imitasi bukanlah merupakan satu-satunya factor yang mendasari interaksi social. Imitasi tidaklah berlangsung dengan sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang lain, demikian sebaliknya. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada factor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada factor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirian.
Tetapi disamping itu diakui juga bahwa factor imitasi memang mempunyaiperanan dalam interaksi soasia. Misal dalam perkembangan bahasa, akan berlaku factor imitasi ini. Apa yang diucapkan oleh anak, anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi social. Demikian pula dalam prilaku, mode-mode dan sebagainya, imitasi dapat memegang peranan.Bila diobservasi, mode-mode yang melanda masyarakat, adalah karena factor imitasi.
2.      Factor sugesti
Yang dimaksud dengan sugestui ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Karena itu sugesti dapat dibedakan (1) auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individuyang bersangkutan, dan (2) hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Factor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya sendiri yang kemudian diterima oleh pihak lain.[4]Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi social hampir sama satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal imitasi orang yang mengimitasi keadaannya aktif, sedangkan yang diimitasi adalah pasif, dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Apakah orang lain akan mengimitasi atau tidak, hal tersebut tidak menjadi masalahnya. Hal itu tidak demikian dalam sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
3.      Factor identifikasi
Factor lain yang memegang peranan dalam interaksi social ialah factor identifikasi. Identifikasi ialah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi, khususnya dalam psikoanalisis. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identic (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma social dari orang tuanya.[5]
Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, kedua secara irasional berdasarkan perasaan-perasaan dan kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, ketiga mempunyai kegunaan untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman tingkah laku orang yang diidentifikasi itu. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identic (sama) dengan orang lain.[6]
Di dalam identifikasi anak akan mengambil oper sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Dalam proses identifikasi itu seluruh norma-norma, cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat mungkin dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak menggunakan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu seperti telah dipaparkn didepan kedudukan orang tua dalam keluarga adalah sangat penting, karena segala sesuatu yang diperbuat oleh orang tua akan dijadikn tauladan bagi anak-anaknya. Sesuai dengan perkambangan anak-anak, mula-mula anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya, tetapi kemudian setelah anak masuk sekolah, tempat identifikasi beralih dari orang tua kepada gurunya atau kepada orang lain yang dianggapnya bernilai tinggi dan yang dihormati. Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang lain yang dianggap ideal dalam sesuatu segi, baik itu norma-normanya, sikap-sikapnya atau segi-segi yang lain, yang nilainya dianggap ideal dan ini masih kurang pada anak atau pada individu yang bersangkutan. Masa perkembangan dimana anak atau individu paling banyak melakukan identifikasi kepada orang lain ialah pada masa remaja. Dalam masa ini individu melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan mencari norma-norma social sendiri.Karena itu dalam masa remaja banyak anak mencari tempat identifikasi pada orang orang dalam masyarakat yang dianggapnya ideal bagi yang bersangkutan.
4.      Factor simpati
Selain factor-faktor tersebut diatas factor simpati juga memegang peranan dalam interaksi social. Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik pada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecendrungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecendrungan untuk menolak orang lain, ini yang sering disebut anipati.Jadi kalau simpati itu bersifat positif, maka antipati bersifat negative.
Dalam antipati individu menunjukkan adanya rasa penolakan pada orang lain. Simpati berkembang dalam hubungan individu satu dengan individu yang lain, demikian pula antipati. Dengan timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan individu yang lain. Dengan demikian maka interaksi social yang berdasarkan atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan interaksi baik atas dasar sugesti maupun imitasi.[7]
C.    Interaksi Sosial Dalam Perspektif Al-quran
Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta.Ketiga hubungan ini harus seimbang dan bersinegri.Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja.Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan.Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup populer yaitu silaturrahim.Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja.Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi.[8]
Untuk mewujudkan persaudaraan antarpemeluk agama, al-Quran telah  memperkenalkan sebuah konsep yaitu ta’aruf. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya :“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.”(Al-hujurat-13)
Ayat diatas dijadikan sebagai dasar atas eksistensi interaksi social antar sesama manusia, dimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan interaksi adalah aksi timbal balik.Allah telah memerintahkan hambanya untuk saling mengahrgai dan saling menghormati dalam urusan-urusan sosial kemasyarakatan saja.
Dalam al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik-singgung dan titik-temu antarpemeluk agama. Bahwa al-Quran menganjurkan agar dalam interaksi  sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya  masing-masing  mengakui  keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya : Katakanlah: “Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.(QS Al Imran- 64)
Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama pihak lain menghormati hak-hak umat Islam. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya :Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu, sesunggujnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al Mumtahanah: 8)
Ketika sebagian sahabat Nabi memutuskan bantuan keuangan/material  kepada sebagian penganut agama lain dengan alasan bahwa mereka bukan  Muslim,  al-Quran  menegur  mereka dengan Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya : bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk atas siapa yang dikehendakinya. Dan apa saja harta yang yang kamu berikan dijalan Allah, maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan jangalah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu berikan, niscaya kamu akan diberikan pahalanya dengan cukup sedang kamu tidak dianiaya sedikitpun.(Al-Baqarah-272)
Sejarah telah mencatat bagaimana interaksi sosial dan muamalah dengan orang-orang non muslim yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah saw. sendiri pernah menerima hadiah dari raja/kepala suku kafir. Bahkan Rasul pun pernah memberi hadiah kepada mereka.
Oleh karena sangat pentingnya interaksi social, sangat diperlukannya lah suatu pedoman etika.Pedoman etika perlu digunakan menurut dan sesuai dengan konteks macam kegiatan dan organisasi.Dalam melakukan interaksi sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu tetap harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain:[9]
1.      Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak, keluarga, dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh sebahagian masyarakat. Dari segi pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan terputusnya hubungan silaturrahim.
2.      Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim. Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang begitu mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas. Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
3.      Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain (suuzzan). Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah, menduduki jabatan terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk sangka di masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
4.      Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat merugikan pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan adil akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepemimpinannya. Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan tidak adil maka aka dihina masyarakat, dan tidak dihormati.
5.      Bersifat tawaduk  atau merendah diri. salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena haratnya, jabatan dan status sosial.
6.      Berakhlak mulia. Bustanuddin Agus mengatakan bahwa sesorang yang berakhlak mulia akan mengantarkan bangsa itu menjadi baik dan dihormati dalam hubungan intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Perilaku atau berakhlak tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi harus dalam perilaku nyata. Berkaitan dengan soal akhlak itu, Asmaran mengatakan berakhlak mulia merupakan azas kebahagiaan, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan anatara sesama manusia, baik pribadi maupun dengan lingkungannya.[10]
D.    Analisia
Dari uraian diatas, dapat kami analisis bahwa Interaksi sosial merupakan salah satu ilmu yang mendapat perhatian cukup banyak dari para ilmuan, hal ini terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh yang turut serta dalam memberikan pengertian atau penjelasan tentang interaksi sosial. Selain itu interaksi sosial secara umum juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang yakni sudut pandang sosiologi dan juga psikologi sosial. Setelah mengetahui pandangan beberapa tokoh akan pengertian interaksi sosial maka kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial ialah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi,ada aksi dan ada reaksi, dan Pelakunya lebih dari satu (Individu dengan individu. Individu dengan kelompok.Kelompok dengan kelompok).
Pemakalah juga sangat setuju bahwa interaksi sosial bisa terjadi karena beberapa hal, atau beberapa factor.Seperti yang telah dicantumkan pada bahasan yang kedua, ada factor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.Factor-faktor ini lah yang merupakan factor paling mendasar sehingga terciptanya interaksi.
Kami menganalisis bahwa yang dimaksud dengan interasksi sosial menurut al-Quran adalah sikap saling mengahrgai dan saling menghormati dalam urusan-urusan sosial kemasyarakatan atau dalam bidang muamalah. Al-quran juga cukup rinci dalam memberikan penjelasan akan pentingnya berinteraksi sesama manusia. Karena sangat pentingnya interaksi sosial , islam pun mengatakan bahwa seorang muslim yang tidak baik hubungannya dengan sesama manusia meskipun hubungannya dengan Allah sangat baik maka imannya belum lah sempurna. Jadi interaksi merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia, namun jangan sampai melakukan interaksi yang negative, oleh karena itu al-quran turun sebagai pedoman bagi manusia untuk melakukan interaksi secara positif .















BAB III
                                                       PENUTUP                                       
A.    Kesimpulan
interaksi sosial  adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Jadi jelas lah bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga timbullah kemungkinan kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing masing secara timbal balik. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai factor, antara lain : factor sugesti, imitasi, identifikasi dan simpati. Factor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.
Dan jelaslah bahwa konsep interaksi social yang ada dalam al-Quran itu sangat junjung tinggi.Apalagi jika mencoba untuk lebih mendalami kehidupan rasulullah, maka interaksi social itu sangat dianjurkan oleh Nabi tentunya dalam koridor-koridor Islam.Dan pada akhirnya, para sahabat Nabi pun benar-benar merealisasikan makna interkasi social sebagai bentuk kasih sayang antar sesame manusia, tentunya dengan tujuan untuk mencapai keridaan Allah semata.Maka memang pantas bahwa konsep al-Quran yang mewakili agama Islam dikatakan sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin.

B.     Saran
Kepada pembaca diharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah ini. Karena manusia saling membutuhkan manusia lain untuk bercermin melihat kekurangan yang ada di dalam diri.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an terjemah
Arifin, H.M.1997.Psikologi Dakwah(Suatu Pengantar Studi).Bumi Aksara, Jakarta.
Walgito, Bimo.2003.  psikologi social.Andi Press. Jogjakarta
Mubarok, Ahmad.2006. Psikologi Dakwah, prenada media grup, jakarta
Soerjono, Soekanto.2012.Sosiologi Suatu Pengantar.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Faizah, S.Ag. M.A. 2009.Psikologi Dakwah, kencana, Jakarta.
Sahrul. 2001.Sosiologi Islam. Iain Press. Medan






[1] Bimo Walgito, psikologi social, (Jogjakarta: Andi, 2003), hlm 65.
[2] Ahmad Mubarok, psikologi dakwah, (Jakarta: prenada media grup, 2006) hlm 130

[3] Arifin, H.M.Psikologi Dakwah(Suatu Pengantar Studi).(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm 69
[4] Soerjono, Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012),hlm 57
[5] Ibid. Bimo Walgito hlm 72
[6] Faizah, S.Ag. M.A, psikologi dakwah, (Jakarta: kencana, 2009) hlm134
[7]Op Cit. Bimo Walgito hlm 74
[8]Sahrul, Sosiologi Islam ( medan : IAIN PRESS,2001), hlm 75
[9] Dunia Pelajar.com (Dunia Belajar Anak). Posting 20 Maret 2015
[10]Ibid, hlm 79

No comments:

Post a Comment