Translate

Friday 29 May 2015

Etika Kepemimpinan Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sesuai fitrahnya  setiap manusia  dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor eksternal  sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan perilaku seseorang. Dari sinilah akan terbentuk pribadi yang terseleksi, apakah akan tumbuh menjadi pribadi yang biasa atau pribadi yang penuh dengan karakter seorang pemimpin.
Seorang pemimpin sudah pasti memiliki kekuasaan. Dengan kekuasaan, akan tahu batas-batas dalam memimpin. Kekuasaan bukanlah inti dari kepemimpinan sebab jika kekuasaan digunakan secara sewenang-wenang tentu akan membuat orang lain/yang dipimpin akan lengah dan cenderung akan melawan/memberontak. Gunakanlah kekuasaan sesuai porsinya dan jangan menjadikan kekuasaan sebagai satu-satunya cara untuk memimpin.
Oleh karenanya banyak factor ataupun penyebab sukses atau tidaknya kepemimpinan seseorang, dalam makalah ini akan dicantumkan beberapa factor keberhasilan maupun kegagalan seseorang dalam memimpin.

B.     Tujuan
Pembuatan makalah ini selain sebagai pemenuh tugas dari dosen pembimbing juga untuk memberi pengetahuan bagi pemakalah maupun pembaca seputar factor-faktor yang bisa mempengaruhi pemimpin secara lebih rinci.

C.     Rumusan Masalah
1.Factor-factor yang mempengaruhi keberhasilan pemimpin
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemimin
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemimpin
Ada dua konsep yang dikemukakan oleh Peter Drucker dalam kaitannya dengan manjemen, yaitu konsep efisiensi dan  efektivitas. Efisiensi adalah melakukan suatu pekerjaan dengan tepat, sedangkan efektifitas adalah melakukan seseuatu dengan tepat. Drucker mengatakan bahwa efektifitas merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi. Sebelum melakukan kegiatan secara efisien,seseorang harus yakin bahwa ia telah menemukan hal yang tepat untuk dilakukan.[1] Demekian pula dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu suatu proses untuk menciptakan wawasan, mengembangkan suatu strategi, membangun kerjasama, dan mendorong tindakan untuk lebih maju.[2]
Kepemimpinan adalah pangkal utama dan pertama penyebab dari pada kegiatan, proses atau kesediaan untk merubah pandangan atau sikap(mental, pisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun non formal. Kepemimpinan Islam berarti bagaimana ajaran Islam memberi corak dan arah kepada pemimpin itu, dan dengan kepemimpinannya mampu merubah pandangan atau sikap mental yang selama ini dianggap menghambat dan mengidap pada sekelompok masyarakat maupun perorangan.
Namun kemampuan seorang pemimpin di dalam kepemimpinannya tidak disebabkan oleh satu factor saja. Keberhasilan seorang pemimpin didalam memimpin bisa dipengaruhi baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya, begitu pula dengan kegagalan seorang pemimpin bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan ataupun memang dari dalam dirinya sendiri.
Ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan itu, terlebih fakta oraganisasi satu dengan lainnya sangat beragam sehingga ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan. Pada tahap inilah bukan hanya konsep kepemimpinan yang mempunyai pengaruh besar tetapi juga keterampilan spontan dan teknis pemimpin itu sendiri yang banyak menentukan keberhasilan sebuah kepemimpinan mengingat fakta organisasi tersebut beragam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan menurut
Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang pemimpin.
2.    Faktor Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunya pengarauh yang berbeda.
3.    Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan oragnisasi adalah religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.

B.     Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemimpin
Keahlian dalam bidang pekerjaan yang dipimpinnya amatlah perlu. Bagaimana kita dapat memberi pimpinan dan bimbingan kalau kita sendiri tak ada kemampuan untuk melaksanakannya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang dan masih banyak lagi faktor keberhasilan seorang pemipin. Berikut ini adalah beberapa factor keberhasilan pemimpin :[3]
a.       Berpengetahuan
Ia memang memiliki kemampuan dalam bidang yang dipimpinnya. Ia tahu  yang dipimpinnya. Ia tahu benar akan seluk beluk bidang kegiatannya, baik dari dalam maupun dari luar. Ia memang melakukan spesialisasi di bidang itu. Meskipun sifatnya yang mengkoordinir, akan tetapi sangat perlu mengetahui bidang gerak yang dipimpinnya. Rasulullah bersabda “ Bila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikan saat kehancurannya”.
Camkanlah bahwa “kennis is macht” yang berarti pengetahuan adalah kekuatan. Karena dari pengetahuanlah kekuatan. Karena dari pengetahuan itu lahir keyakinan, kekuatan dan semangat yang tak bisa dipatahkan.
b.      Keberanian
Adalah kemampuan batin yang mengakui adanya rasa takut, akan tetapi mampu untuk menghadapi bahaya atau rintangan dengan tegas dan tenang, atau dapat dikatakan bahwa keberanian adalah kemampuan berpikir yang memungkinkan seseorang dapat menguasai tingkah lakunya dan dapat menerima tanggung jawab serta dapat mudah bertindak dalam keadaan bahaya. Dalam hal ini pemimpin harus bersikap seperti komandan, menumbuhkan sugesti keberanian  pada bawahan. Pada saat tertentu pula, ia hadir sebagai pengayom atau pelindung, sehingga para bawahannya merasa senang, tentram dengan kehadirannya.[4]
c.       Berinisiatif
Ia adalah kemampuan untuk bertindak, meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan, sehingga selalu ingin  meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka trhadap lingkungan, sehingga selalu ingin ada perubahan dan ada perubahan dan perbaikan. Bila tidak, maka disebut “wujudhu ka’ adamihi perbaikan. Bila tidak, maka disebut “wujudhu ka’ adamihi (adanya dengan tidak adanya sama saja)”.
d.      Berketegasan
Artinya kesanggupan untuk mengambil keputusan keputusan dengan segera bila dibutuhkan dan mengutarakan dengan tegas , lengkap dan jelas. Ketegasan bersumber pada keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri.
e.       Kebijaksana
Bijaksana adalah kecakapan untuk bergaul dengan bawahan maupun atasnnya dengan cara yang tepat dan tidak menyinggung perasaan. Kebijaksanaan merupakan suatu kemampuan untuk menghargai apa lagi, kapan harus dilakukan, dan kapan arus diam, menanggung saat yang baik.[5]
f.       Adil
Artinya tidak memihak dan hanya komitmen terhadap kebenaran. Ia mampu memisahkan antara emosi dan rasio. Dendam dan benci , cinta dan dengki tidak mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Jadi berarti adil di waktu cinta maupun benci  (al’adlu fir ridla wa fil ghadlab).

” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia.
g.      Taat
Artinya taat terhadap keputusan yang disepakati. Setiap keputusan bersama dijalankan dengan konsekuen.
h.      Berpembawaan Yang Baik
Pembawaan atau tampang dan sikap seseorang berarti penjelmaan yang nyata dari isi diri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memperhatikan tingkah lakunya, tampangnya bahkan pakaiannya.
i.        Memiliki Keuletan
Keuletan dibuktikan dengan kesanggupan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, walaupun banyk dialami oleh banyak rintangan dan kegagalan-kegagalan. Kesanggupan untuk menahan kelelahan, kesakitan dan penderitaan tanpa putus asa dan tidak kenal menyerah , sebagai bukti dari keuletannya.
j.        Memiliki Semangat Besar
Seorang pemimpin harus mempunyai hasrat yang besar dan perhatian yang mendalam terhadap tugas yang dihadapinya. Contoh dari pimpinan akan membangunkan semangat yang besar pula pada anak buahnya, sehingga tugas dapat diselesaikan dengan mudah.
k.      Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan ini adalah seorang pemimpin yang tidak akan mengambil keuntungan dari pekerjaan kelompok itu utnuk kepentingan diri sendiri serta tidak menyalah gunakan jabatan.
l.        Ikhlas
Atau memiliki kebiasaan untuk berbuat lebih dari apa yang diharapkan sebagai imbalan. Jiwa ikhlas, pada dirinya tidak bersemayam senantiasa menuntut balas. Semua yang dilakukan semata-mata mencari mardlatillah(keridaan Allah), lain tidak. Pujian, sanjungan ataupun cercaan sedikit pun tak mempengaruhi semangatnya dalam usaha mencapai tujuan. Ia selalu ingin berbuat sebanyak-banyaknya, selalu ingin berprestasi.
m.    Dapat Menguasai Diri Sendiri
Bila nafsu diperturutkan, maka segala persoalan takan terselesaikan, buah karya selama hidup tak menghasilkan. Seorang yang dapat menguasai diri sendiri, berarti bila ia memiliki rencana, maka tegas pula terhadap rencananya itu. Ia tanpa mengulur-ulur waktu atau mencari alasan, programnya langsung dijalankan.
n.      Mampu Dan Bersedia Melakukan Tanggung Jawab Sepenuhnya
Seorang pemimpin yang berhasil ia bersedia memikul tanggung jawab atas kebijaksanaanya maupun atas kesalaan dan kekurangan para pengikutnya. Kalau ia coba-coba melakukan berusaha melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, maka kedudukannya akan gagal dan ia akan kehilangan kewibawaan sebagai pemimpin. Kalau seorang bawahannya memuat kesalahan dan bawahan itu terbukti telah melakukan tindakan yang tidak becus, maka seorang pemimpin harus bisa menerima kenyataan itu sebagai kesalahannya  sendiri. Dia sendirilah yang telah gagal sebagai seorang pemimpin selama ini.
o.      Bisa Menjalin Kerjasama Yang Baik
Pemmpin yang sukses ia bisa memahami kehendak dan kemauan para pengikutnya. Dengan demikian barulah ia dapat menerapkan prinsip kerjasama yang baik dengan bawahannya. Kedudukan seorang pemimpin dipilih oleh bawahannya, maka kepala diangkat menurut peraturan tertentu atas instasi yang berwenang.
p.      Bisa Menguasai Persoalan Secara Terperinci
Persoalan yang dimaksud ialah baik mengenai kedudukannya sebagai pemimpin maupun dari segi tehnis pelaksanaan. Bagaimana pula bila seorang yang diserahi amanat dan tanggung jawab kemudian tidak mengetahui persoalan yang harus dipertanggung jawabkan. Dengan komunikasi yang baik maka segala persoalan maupun programnya bisa dihayati bawahan. Penghayatan yang sepaham akan menghasilkan dukungan.
q.      Menaruh Simpati Dan Pengertian Yang Dalam
Ia mampu menginventarisir gejolak dan keinginan dari bawahan. Segala kritik, tegur sapa, sumbangan pikiran dapatlah ia menampung dan menyeleksi. Masing-masing tidak merasa kecewa bila berhadapan dengan dirinya.

C.    Faktor-faktor  kegagalan seorang pemimpin
Kegagalan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti “tidak jadi atau tidak tercapai, ketidak berhasilan”.[6] Jadi kegagalan seorang pemimpin dapat diartikan sebagai ketidak berhasilan pemimpin dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Tidak sedikit pemimpin yang gagal dalam kepemimpinanknya, yang disebabkan oleh banyak faktor. Berikut beberapa faktor penyebab kegagalan kepemimpinan seseorang
a.       Terlalu Menekankan Kewibawaan
Harapan mendapatkan kewibawaan yang dilakukan dalam bentuk kekerasan atau ancaman akan melahirkan ketakutan, sedangkan kewibawaan yang ditegakan atas dasar kelakuan akan melahirkan kepatuhan. Seorang pemimpin yang efesien harus senantiasa membina dan mendorong semangat kerja para bawahannya dan bukannya serusaha menanamkan rasa tdalam akut hati para bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh menggunakan kedudukannya itu sebagai alat untuk menanamkan kewibawaan itu, atau dengan menyalah gunakan kekuasaan (miss use authority). Ini berarti kepemimpinannya hendak ditegakan melalui unsur tekanan dan kekerasan.[7]
b.      Mementingkan Diri Sendiri
Pemimpin yang didalam agama kedudukannya sebagai khadam(pelayan), maka seharusnya ia lebih banyak berbuat dari pada menuntut hormat. Seorang pemimpin yang menuntut penghormatan dari bawahannya pasti akan mengalami kekecewaan. Pemimpin yang berjiwa besa tak mau menyembah dan juga tak mau disembah, ia tidak menuntut penghormatan dari bawahannya. Ia sudah merasa cukup dihormati apabila ia melihat kenyataan bahwa bawahannya itu bekerja keras untuk kemajuan dan kepentingan bersama dan bekerja bukan untuk sekedar memperoleh uang semata.
c.       Tidak Bisa Dipercaya Akan Janjinya(Khianat)
Seorang pemimpin yang tidak setia akan janjinya, tidak bisa dipercaya sebagai pengeman amanat yang baik, ia akan selalu menyepelekan akan segala ahal, ia tak akan langgeng mempertahankan singgasana kepemimpinanannya. Sikap tidak setia inilah yang merupakan salah satu sebab kegagalan dalam perjalanan hidup.

d.      Tidak Bisa Menguasai Diri Sendiri
Para bawahan tidak menaruh penghargaan terhadap seorang pemimpin yang cepat naik darah atau tidak mampu mengendalikan amarah. Akibatnya apa yang dilakukan lebih banyak gejolak emosional dari pada rasiona. Gejala tidak bisa mengendalikan diri sendiri ini dalam berbagai bentuknya akan merusak ketabahan serta semangat kerja bawahan yang  salam itu bisa bertahan dengan penuh kesabaran. Kritik yng dilakukan terhadap dirinya tiada membawa perbaikan akan tetapi malah membawa masalah baru yang ruwet, sebab dirinya selalu merasa benar.
e.       Takut Mendapat Saingan Dari Bawahan
Pemimpin yang berhasil ialah pemimpin yang mampu menciptakan tenaga pengganti, sedangkan yang gagal adalah yang tidak mau menciptakannya. Kecemasan batin akibat khawatir bila bawahannya bisa mneggeser kedudukannya justru malah menimbulkan citra yang buruk terhadap dirinya sendiri sebagai pemimpin. Satu kenyataan yang mengandung kebenaran adalah bahwa orang akan menerima imbalan yang lebih besat untuk kemampuan dimana ereka berhasil menyuruh orang lain mengerjakan dari pada satu pekrerjaan itu di kerjakannya sendiri. Seorang pemimpin yang mengenal effisiensi kerja haruslah meningkatkan effisiensi kerja para bawahannya melalui kemantapan pengetahuannya tentang pekerjaan itu serta daya tarik dan pengaruh pribadinya sendiri sebagai pemimpin yang berwibawa.
f.       Kurang Memiliki Daya Imajinasidaya Khayal
Imajinasi atau daya khayal pada hakikatnya adalah satu wadah tempat manusia guna menempa segala bentuk rencananya. Dorongan dan hasrat itu memberi bentuk dan menjelma menjadi tindakan berkat bantuan daya khayal seseorang. Tanpa daya khayal yang kuat maka seorang pemimpin itu bisa kelabakan dalam menghadapi keadaan gawat. Begitu pula ia akan tidak mampu menciptakan bimbingan kepada para bawahannya agar bisa bekerja dan menghasilkan prestasi yang efesien.
g.      Terlampau Mementingkan Soal Gelar
Seorang yang terlalu mementingkan soal gelar terhadap pribadinya berarti sedikit kemampuannya untuk ditonjolkan, pintu menuju ketempat pemimpin yang sejati terbuka bagi semua orang yang ingin masuk, dan tempat kerjanya hendaklah merupakan markas kegiatan yang tidak perlu mengenal formalitas dan peraturan-peraturan protocol yang kaku. Dalam dunia wiraswasta  penghargaan terhadap diri seseorang terletak  pada prestasinya, dan bukan pada gelarnya. Oleh karena itu formalitas gelar tidak begitu mempengaruhi  dalam hal penelitian, sebab ia hanyalah merupakan bentuk permukaan belum menyangkut kualitas.
















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kesuksesan ataupun kegagalan seorang pemimpin dalam kepemimpinannya tidak lah disebabkan hanya karena satu atau dua faktor saja, karna banyak faktor baik ecara internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Semakin banyak faktor positif yang masuk pada seorang pemimpin maka semakin dekat ia dengan keberhasilan dan begitu pula sebaliknya semakin banyak faktor negative yang masuk pada dirinya maka semakin dekat pula ia pada jurang kegagalan. Menurut Poernomosidhi Hadjisarosa ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi kepemimpinan :1. Faktor Personal; 2. Faktor Jabatan; 3. Faktor Situasi dan Kondisi.

B.     Saran
Pemakalah menyarankan kepada para pembaca untuk membaca  materi lain yang berkenaan atau menyangkut materi ini. Karena, pemakalah hanya menyajikan materi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh pemakalah.




[1] James.A.F.Dkk, Manajemen I, Jakarta:Prenhallindo,1996, H 9
[2] Drs. H. undang Ahmad, Etika Manajemen Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010,H 150
[3] Drs. EK. Imam Munawwir. Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam.Surabaya: Usaha Nasional. H170
[4] Ibid H 170
[5] Ibid H 171-175
[6] W.J.S Poerwadarminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Balai Pustaka:Jakarta, 2003. H 337
[7] Drs. EK Imam Munawwir, H176-179

No comments:

Post a Comment