BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daulah Bani
Umayah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus berlangsung kurang lebih selama
90 tahun diperintah oleh 14 orang khalifah. Kejayaan Bani Umayah dimulai pada
masa Abdul Malik dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Sepeninggal Umar, kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya
adalah para khalifah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan umum. Pun demikian kemajuan-kemajuan di bidang arsitektur, kesenian
dan perdagangan berhasil dicapai pada masa Bani Umayah.
Tentunya
sangat menarik mengkaji dinamika khilafah Bani Umayah ini. Sebab selain
khilafah ini berada pada masa transisi, berbagai intrik menarik terjadi di
zaman ini. Mulai dari banyaknya khalifah yang tidak berpihak pada rakyat sampai
pembunuhan Husein bin Ali di Karbala. Namun dinasti umayyah memiliki peran
penting dalam pengembangan islam pada masanya, banyak bukti bukti yang dapat
kita lihat sebaga hasil dari metode yang diterapkan. Semoga dengan mengkaji
perkembangan Islam pada kurun ini akan memperkaya wacana kita terutama dalam
hal politik Islam.
B. Tujuan
Pembuatan makalah ini
selain sebagai pemenuh tugas dari dosen pembimbing juga untuk memberi
pengetahuan bagi pemakalah maupun pembaca seputar metode dalam pengembangan
dakwah dinasti umayyah secara lebih
rinci.
C. Rumusan Masalah
1. Sejarah berdirinya dinasti umayyah
2. Khalifah yang memipin dinasti umayyah
3. Perkembangan dakwah dinasti umayyah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Berdirinya
Dinasti Umayyah
Bani Umayyah
adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams
bin Abdul Manaf.[1]bani Umayyah
baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota Makkah (Fathu
Makkah). Sepeninggal Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya menginginkan
jabatan pengganti Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan
cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal yang
penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, bani
umayyah menyokong pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya
Usman terpilih. Sejak saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegaan
khilafah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan
segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai
pusat kekuasaan di kemudian hari.[2]
Hingga suatu
saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya perselisihan antara Ali
bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi perang
siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan kubu
Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang keluar dari Ali disebut golongan
khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan syi’ah. Di luar
golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu golongan yang
mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin memperkeruh kondisi umat islam.
Sampai pada akhirnya Ali bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang
benama Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.
Pada saat itu sebagian masyarakat
Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan
tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi
Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan
hal tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam
kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.[3]
Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah
perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada
Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima
jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk
Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah”(tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di
Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan
dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.[4]
Muawiyah menerima kekhalifahan di
Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
- Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap
seorang pun penduduk Irak
- Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan
mereka
- Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan
kepadanya dan diberikan tiap tahun
- Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain,
2 juta dirham
- Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih
banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.[5]
Sejak peristiwa
Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam yang
berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan
Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan
secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak sebelum
Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra
mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini
dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Umayyah ini.[6]
B. Khalifah-Khalifah pada masa
Dinasti Umayyah
Dinasti umayyah
memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus
(Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 khalifah. Khalifah-khalifah
iti diantaranya adalah:
1.Mua’awwiyah
bin Abi Sofyan
(661-680M)
2. Yazid bin Mu’awwiyah
(680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid
(683-684M)
4. Marwan Bin Hakam (684-685M)
5. Abdul Malik
bin Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin
Abdul Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin
Abdl Malik (715-717M)
8.Umar bin
Abdul Aziz (717-720M)
9. Yazid bin
Abdul Malik (720-724M)
10.Hisyam bin
Abdul Malik (724-743M)
11.Walid bin
Yazid (743-744M)
12.Yazid bin
Walid (744M)
13.Ibrahim bin
Walid (744-745M)
Diantara khalifah-khalifah itu terdapat
beberapa kholifah terkenal dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan
kebudayaan islam, diantara para khalifah itu adalah
1.
Muawyah Ibn Abi Sofyan (41-60 H /
661-680 M )
Pada umumnya sejarawan memandang
negative terhadap muawiyah keberhasilannya memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara arbitrase yang
curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai penghianat
prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah sisten
pemerintahan yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariska
turun-temurun. Bila dilihat
dari sikap dan prestasi pilitiknya yang menakjubkan sesungguhnya Muawiyah
adalah seorang pribadi dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya
terkumpul sifat-sifat seorang penguasa yang politikus dan pengalaman politik
telah memperkaya dirinya dengan kebijakan kebijakan dalam pemerintahan.
Dalam mengendalikan pemerintahan, Mu’awiyyah di dukung oleh beberapa
pembatu utama dalam mengatasi berbagai kesultanan, diantaranya Amr bin As
(Gubernur Mesir); Mugirah bin Syu’bah (Gubernur Kuffah) kota barat sungai
Eurafat (Irak); Ziyad bin Abihi (Gubernur Persia); Ubaidillah bin Ziyad
(Gubernur di Basra) hingga wafatnya Muawiyyah tahun 680. Diantara usaha yang dilakukan Muawiyah sehingga membawa namanya menjagi
terkenal selain mendirikan Bani umayyah, adalah perluasan wilayah dan berusaha
menaklukan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia. Muawiyah mengutus
Uqbah Ibn Nafi untuk menakluklukan Tunisia tahun 670 M. panglima Uqbah Ibn Nafi
kemudian mendirikan sebuah kota, yaitu kora Qairun. Disebelah
timur, Muawiyah dapat menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan
sampai ke Kabul. Angkatan Lautnya terus mengadakan serangan ke Ibu kota
Byzantiun, Konstantinopel.
Kemudian diantara jasa-jasa Muawiyah
adalah mengadakan “Dinas Pos Kilat” dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu
siap di tiap pos gunanya untuk memperlancar
administrasi pusat dan daerah. Dalam bidang
ekonomi Muawiyah
juga mendirikan “Kantor Cap” (percetakan mata uang). Di bidang hukum beliau membentuk profesi Qodli yang bertugas untuk
memutuskan hukum dan problema yang muncul ditengah masyarakat muslim.
2. Abdul Malik
Ibn Marwan (65-86 H / 683-705 M)
Khalifah Abduk Malik adalah orang
kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah. Ia dikenal sebagai
seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama dibidang Fiqih. Khalifah
Abdul Malik memerintah paling lama yakni 21 tahun. Khalifah Abdul Maluk Ibn
Marwan menciptaan keamanan disemua wilayah Islam. Setelah keamanan menjadi
stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan demi terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Hasil uasahanya dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat antara lain:
a. Membentuk Mahkamah Agung
b. Penggantian bahasa resmi (
menggunakan Bahasa arab )
c Penggantian mata uang ( mencetak
mata uang dengan nama Dirham, Dinar dan Fals)
d. Mendirikan kas Negara di
Damaskus
e. Pembangunan pos dan
peningkatan pelayanan pos dan komunikasi
f. Mendirikan bangunan-bangunan
seperti pembangunan pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal perang yang didirikan di Tunisia
g. Membangun masdji Umar (Qubah
Al-Sakharah) di Yarussalem
h. Memperluas masjid Haram di Makkah
i. Penyempurnaan tulisan Mushaf
Al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu dan memperbaharui Qawaid
Abdul Malik sebagai penerus dari
Muawiyyah. Dia berhasil menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan
Balkh, Bukhara, Khawarijzm, Ferhana dan Samarkandi. Tentaranya bahkan sampai ke
India dan dapat menguasai Baukhistan, Sina dan Punjab sampai ke Malta.
3.
Walid Ibn Abdul malik ( 89-96 H / 705-715 M)
Khalifah Walid ibn Abdul Malik ini
memerintah kurang lebih 10 tahun. Pada
masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Pada masa Walid
Ibn bdul Malik terkenal dengan Negara yang damai dan rakyat memperoleh jaminan
keamanan. Wilayah Islam pada masa ini paling luas yaitu dari Indus di India
sampai ke Andalusia di Spanyol. Wilayah kekuasannya meluas kewilayah Timur
sampai didaerah anak Benua India dan perbatasan Cina. Sementara dibagian Utara
meliputi Aleppo, Asia kecil, Cesnia, dan Armenia sampai Timur Laut. Dan
dibagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara sampai Semenanjung Iberia,
serta kepulauan di Laut Lengah.
Disamping itu juga banyak kemajuan
dalam bidang kebudayaan dan sosial. Diantara usaha yang menyangkut bidang
sosial dan kebudayaan antara lain :
a.Mendirikan
Rumah
Ssakit
b.Orang buta, lumpuh, gila, lansia,
dan wanita yang ditinggal mati suaminya dimedan perang dapat jaminan hidup secara gratis dari Negara
c.Khalifah juga pencinta seni dan sastra serta puisi,
dan untuk mengkaji Al-Qur’an dan Hadits dibangun pusat-pusat kajian Islam
d.Membangun masjid, diantaranya
masjid Al-Haram
e.Membangun “Hujrah” makam Nabi
Muhammad saw
f.Khalifah ini dinilai sebagai
khalifah yang merakyat, sehingga banyak madrasah dan sekolah kedokteran
dibangunnya.
4.
Umar Ibn Abdul Aziz (99-101H / 717-720 M)
Khalifah ini terkenal dengan
keadilannya dalam menjalankan pemerintahan. Ia mempunyai pribadi seperti Umar Ibn Khatab. Diantara sifat-sifat terpuji
umar Ibn Abdul Aziz yakni sopan, adil, sederhana, bertakwa kepada Allah swt,
sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dari pada
politik, lebih mementingkan persatuan umat islam dari pada golongan, penyiaran
islam dengan cara damai dan berbuat adil terhadap semua pihak. Usahanya
dalam proses penyebaran islam dilakukan dengan mengirim para Mubaligh ke India,
Turki, dan Barbar di Afrika Utara dan menyetop usaha pengepungan Konstaninopel
dan para Tentara diperintahkan untuk kembali ke markas masing-masing. Disamping
itu, ia juga mengirim selembaran tentang islam dan ilmu pengetahuan kepada para
Gubernur. Dan yang lebih penting usahanya dalan system pemerintahan ialah
mengembalikan semua system kepada ajaran islam dan sebelum menjadi pemimpin ia
pernah menawarkan kepada rakyat untuk menentukan siapa yang berhak menjadi
pemimpin.
Terhadap pihak
yang menentang Bani Umayyah, seperti golongan Khawarij dan syi’ah, Umar
bersikap lunak. Mereka tidak diperangi, tetapi diajak berdikusi dan membina
saling pengertian ia melancarkan dakwah Islam dengan cara bijaksana dan
persuatif hingga penduduk yang belum beragama Islam masuk ke Islam, juga
melindungi penduduk Mesir,
5. Hisyam Ibn
Abdul malik ( 105-125 H / 724-743 M)
Diantara usaha-usaha ynag dilakukan
Hisyam yakni membangun pabrik senjata, mendirikan perusahaan kain sutera yang
halus, menggali beberapa terusan untuk kepentingan irigasi dan membangun pacuan
kuda.Saat menjadi khalifah, Hasyim menghadapi banyak
masalah dalam negeri yang menyita perhatiannya. Bahkan di zaman ini muncul satu
kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah,
kekuatan itu berasal dari Bani Hasyim yang di dukung oleh golongan Mawali.
Kemelut politik di Irak, khususnya Khurasan, mendorongnya berkali-kali
mengganti Gubernur di daerah ini. Sungguhpun demikian, Khurasan tidak juga
tenang dari kerusuhan. Sentimen kesukuan Arab Utara dan Selatan adalah penyebab
runtuhnya Dinasti Umayyah. Walaupun sebenarnya Hasyim ibn Malik adalah seorang
Khalifah yang kuat dan terampil. Akhirnya pada tahun 750 M, daulah Umayyah
digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani yang
dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn al-Muthalib. Dan gerakan ini didukung
penuh oleh Bani Hasyim dan golongan Syi’ah serta kaum Mawali.[8]
C. Metode
Pengembangan Dakwah
Peran dinasit umayyah dalam
pengembangan dakwah Islam cukup lah besar, dinasti ini telah banyak menyumbang
untuk kemajuan islam pada masanya. Berikut ini kami paparkan metode yang
dilakukan umayyah dalam mengembangkan islam ;
1. Dakwah dengan cara ekspansi wilayah
Kejayaan dinasti Umayyah ditandai
dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi ini menunjukkan
stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa dinasti Umayyah ini
merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah dicapai pada masa
khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan konflik dan
kekacauan di kalangan umat Islam.
a) Perluasan ke Wilayah Barat
Begitu Mu’awwiyah berhasil
menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung membuat
langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha
mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah
membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya
imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah
mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap,
bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas
di antai Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang
dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti pulau Rhodes,
pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan pulau-pulau Arwad.
Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut Marmora. Kemudian
Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota Konstantinopel. Ketika itu
tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan didampingi oleh Abu Ayyub
al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas.
Meskipun penyerangan terus
dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat
tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan
ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis
mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora tetapi
masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah
memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah
pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.
Pada masa kekhalifahan Sulaiman
bin Abdul Malik yang saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat untuk
merebut Konstantinopel kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara yang
lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota musuh
selama setahun penuh(Agustus 717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam harus
mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga
pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur ekspedisinya ini, dan
mengarahkan ke wilayah lain.
b)
Penaklukan di Afrika Utara
Wilayah-wilayah disekitar pantai
Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan diperintah oleh
satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan daerah
pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai kenegara
Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh raja-raja
barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku barbar
ini, pola hidup mereka masih nomaden.Sebelum pada zaman Usman orang-orang Arab
telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya, kemudian Mu’awwiyah bertekad
merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara. Tugas ini dipercayakan pada
Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah ditempatkan di Barqah semenjak daerah
tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan orang Barbar dia mengalahkan tentara
Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun 670M Uqbah mendirikan kota Qairawan
sebagai kota islam dan markas bala tentara.
Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi
memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai Atlantik. Tetapi dalam
perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan
Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya satuan-satuan mereka, maka
untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan Bizantium di daerah pantai dan
ke tangan Kusylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan
diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir
berusaha mengembalikan kekuasaan muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan,
tetapi satuan-satuan tersebut kalah.
Ketika jabatan khalifah dipegang
oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan
satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man Al-Ghasani(689M) berhasil
mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan suku Barbar berhasil
dipatahkan kekuatannya.Dalam periode selanjutnya, di awal pemerintahan
Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil
melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya masih dimiliki oleh suku-suku
Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin Nushair mencapai Atlantik dengan
kekuatan besar. dia juga menaklukkan Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta)
yang terletak dipantai Afrika paling utara yang sebelumnya takluk kepada
raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum muslimin mendapat kemenangan dan
stabilitas di kawasan ini.
c) Ekspansi ke Spanyol
Wilayah Spanyol atau yang orang
Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung yang merupakan pintu
gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di Afrika Utara, tentara
islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa. Spanyol pada saat itu
dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja Roderick.[9]
Bulan juli 710M sebanyak 400
orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa laporan-laporan mengenai
banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu tahun berikutnya, seorang
Barbar pembantu Musa bin Nushai bernama Tariq bin Ziad (yang namanya
dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq) menyeberangi selat dengan
7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja Roderick sedang berada di
bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan kedudukan mereka di
Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi
orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000 orang lagi, dia
dikalahkan.
Seluruh Spanyol sekarang terbuka
bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai berai. Di sana sini
kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi sebagian besar bisa dikalahkan
dalam waktu singka.[10] Dengan kemenangan itu kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan
mengembangkan kekuasaan di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova,
Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu
Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq
menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa
melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.
Kemudian pasukan Musa dan Tariq melanjutkan
perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan kota Barcelona dan Saragosa.
Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk lutut pada mereka. Pasukan islam
terus menuju ke timur laut sampai ke gunung Pyrenia. Namun tentara islam tidak
tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak di laut Calicia. Yang merupakan
tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghot dari serangan tentara islam.
d) Perluasan ke wilayah Timur
Penaklukan ke wilayah timur juga
mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah timur ini
adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri yang
melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya.
Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil gubernur Basrah,
Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia selatan dan Bulukhistan, mencapai
Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri Sind ini
bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang dilalui.
Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam pertempuran,
Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang ditawan oleh
pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan
Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke
Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan
cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.[11]
2.
Dakwah Dalam memajukan
Kebudayaan/Peradaban Islam
Sejak masa Rasulullah
dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan islam yang bersumber
dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan perkembangan
ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang sempurna inilah yang
menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan umat islam
baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun non-arab
sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu pembawa
misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena keturunan Umaiyah
yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki prestasi disegala bidang baik social, politik,
militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam.
Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
1.
Bidang Ilmu Hadits
Umar bin Abdul Aziz,
ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada
usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan
Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang
yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan
perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist
nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan
dibukukan.
Abu Bakar Muhammad,
dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti
Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis
Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan
serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1.
Imam Bukhari, terkenal
dengan Shohih Bukhari
2.
Imam Muslim, terkenal
dengan Shohih Muslim
3.
Abu Daud, terkenal
dengan Sunan Abu Daud
4.
An –Nasa’i, terkenal
dengan Sunan An-Nasa’i
5.
At-Tirmidzi, terkenal
dengan Sunan At-Tirmidzi
6.
Ibnu Majah, terkenal
dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal
dengan nama Kutubus Shittah.
2.
Dibidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan
sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk
mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran
ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah
Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah
masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa
Dinasti Umayyah Islam telah berkembang
luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab
mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil
bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w.
310).
3.
Dibidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan
sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum.
Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari
Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada
awalnya hanya pengertian yang Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan
kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu masalah. Pada tahap
perkembangan pemikiran islam, lahir
sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami
masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah
tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak
melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1.
Sa’id bin Al-Musayyid
(Madinah)
2.
Salim bin Abdullah bin
Umar (Madinah)
3.
Rabi’ah bin Abdurahman
(Madinah)
4.
Az –Zuhri (Madinah)
5.
Ibrahim bin Nakha’ai
(Kufah)
6.
Al –Hasan Basri
(Basrah)
7.
Thawwus bin Khaissan
(Yaman)
8.
Atha’ bin Ra’bah
(Mekah)
9.
Asy –Syu’aibi (Kufah)
10. Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil
meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam
menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
4.
Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan
diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang
mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup
manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena
setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali,
utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
a.
Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri
mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih
jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya
tidak terpengaruh dengan harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak,
jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt)
dan sifat khouf(sifat takut
kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
b.
Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah
tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri.
Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
1. Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya
menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah swt, maka manusia
baru ingat makna kehidupannya.
2.Manusia dalam
menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi, dengan
kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c. Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan
kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani
hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan
dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
d.
Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang
satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di
sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf.
Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang
indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
D. Ibrah Dari Perkembangan Islam Pada Masa Bani
Umaiyah Untuk Masa Kini Dan Yang Akan Datang
Ibrah dari
perkembangan islam pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yang dapat kita
terapkan untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang, antara lain sebagai
berikut :
1.Semangat yang dimiliki
oleh kerajaan tersebut patut kita tiru, terutama dalam perkembangan peradaban
islam, yang meliputi politik dan pemerintahan, militer, social, seni dan
budaya, serta ilmu pengetahuan.
2.Kepedulian mereka
terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan mereka terhadap para ilmuan sangat luar
biasa.[12]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat
pemerintahan yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Mu’awiyah ke
Damaskus. Selama masa itu, bani Umayyah di pimpin oleh khalifah sebagai berikut
: Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Yazid I (680-683 M), Mu’awiyah II
(683-684 M), Marwan bin Hakam (684-685 M), Abdul Malik (685-705 M), Al Walid I
(705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), Yazid II (720-724 M), Hisyam
(724-743 M) Al Walid II (743-744 M), Yazid III (744 M), Ibrahim (744 M), dan
Marwan II (744-750 M).Adapun metode yang dilakukan umayyah yakni ;Membuka
Wilayah Dakwah Baru,dakwah di bidang Kajian dan Penulisan Ilmiah,Memakmurkan
Masjid dengan Kajian Keagamaan,Pemurnian dan Penggalakan Berbabahasa Arab,Pengumpulan,
Penulisan, dan Peletakan dasar-dasar Metodologi Hadist,Bidang Hukum Islam.
B.
Penutup
Pemakalah
menyarankan kepada para pembaca untuk membaca materi lain yang berkenaan
atau menyangkut materi ini. Karena, pemakalah hanya menyajikan materi yang
sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh pemakalah.
43
[3]
Dr. Yusuf Al’Isy. Dinasti UmawiyahI. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.2007, H 164
[4] Ahmad jamii, sejarah
kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008,hal 34
[6] Fu’adi imam, sejarah
peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011,hal 71
[9] Fu’adi imam, sejarah
peradaban islam, hal 74-77
[10] W.Montgomery
Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990,hal 41
[12]
Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah,.Jakarta:Pustaka Al-kautsar, 2008,hlm:27-71
bagus
ReplyDelete