BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah
satu sifat manusia adalah sebagai makhluk social disamping sebagai makhluk
individual. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai hubungan dengan
dirinya sendiri,sedangkan sebagai makhluk social manusia mempunyai dorongan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan social.
Manusia senantiasa melakukan
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekterm
manusia akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.Ada aksi
dan ada reaksi.Pelakunya lebih dari satu.Individu vs individu.Individu vs
kelompok.Kelompok vs kelompok dll.Contoh guru mengajar merupakan contoh
interaksi sosial antara individu dengan kelompok.Interaksi sosial memerlukan
syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Manusia
mempunyai motif atau dorangan social, dengan adanya dorongan atau motif social
pada manusia maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan
atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi
antara manusia satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
kami paparkan penjelasan tentang interaksi social lebih mendalam lagi serta
pandangan al quran terhadap interaksi social.
B.
Tujuan
Makalah ini bertujuan sebagai pemenuh tugas dari dosen
pembimbing sekaligus sebagai tambahan ilmu bagi penulis dan pembacanya .
C.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Interaksi Sosial ?
2. Apa saja factor-faktor Interaksi
Sosial?
3. Bagaimana pandangan al-quran
terhadap Interaksi Sosial ?
D.
Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas seputar Interaksi Sosial,
factor-faktor interaksi social, serta pandangan al-quran terhadap interaksi
social dalam ruang lingkup psikologi
social saja.
BAB
II
INTERAKSI
SOSIAL
A.
Pengertian
Interaksi Sosial
Interaksi
sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu
satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat
adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.[1]Interaksi
social dapatjuga diartikan sebagai suatu
bentuk hubungan antara dua orang atau lebih, dimana tingkah laku seseorang
diubah oleh tingkah laku yang lain.[2]
Berikut
ini pengertian Interaksi sosial menurut para ahli ;
1. Menurut
Shaw :
Interaksi sosial adalah
suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya
satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi
satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai
peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu
sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk
mempengaruhi individu lain.
2. Menurut
Bonner ( dalam Ali, 2004) :
Interaksi social merupakan
suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Interaksi sosial merupakan dasar
proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis
mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan
kelompok
4.
Kimball
Young & Raymond W. Mack :
Interaksi sosial adalah hubungan
sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu
dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
Dari pengertian interaksi social menurut beberapa ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksisosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang
atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran
secara aktif. Jadi jelas lah bahwa di dalam prosesinteraksi itu terdapat
tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu
lainnya, sehingga timbullah kemungkinan kemungkinan untuk saling mengubah atau
memperbaiki perilaku masing masing secara timbal balik.[3]
B.
Factor-faktor yang mendasari interaksi social
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai factor,
antara lain : factor sugesti, imitasi, identifikasi dan simpati. Factor-faktor
tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan
tergabung.
1. Factor Imitasi
Imitasi merupakan dorongan untuk ,meniru orang
lain. Menurut Tarde factor imitasi ini merupakan satu-satunya factor yang
mendasari atau melandasi interaksi social.Seperti yang dikemukakan oleh
Gerungan (1966:36). “Menurut Tarde, masyarakat itu tiada lain dari pengelompoka
manusia di mana individu-individu yang satu mengimitasi kegiatan manusia
lainnya.
Terhadap pendapat Tarde ini sukarlah orang
dapat menerima seluruhnya.Memang factor imitasi mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan masyarakat atau dalam kehidupan masyarakat atau dalam interaksi
social, namun demikian imitasi bukanlah merupakan satu-satunya factor yang
mendasari interaksi social. Imitasi tidaklah berlangsung dengan sendirinya,
sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang
lain, demikian sebaliknya. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada factor
psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung
secara otomatis, tetapi ada factor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang
mengadakan imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang
bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi itu.
Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada
sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung
dengan sendirian.
Tetapi disamping itu diakui juga bahwa factor
imitasi memang mempunyaiperanan dalam interaksi soasia. Misal dalam
perkembangan bahasa, akan berlaku factor imitasi ini. Apa yang diucapkan oleh
anak, anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya. Anak mengimitasi apa
yang didengarnya, yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, sehingga dengan
demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi
social. Demikian pula dalam prilaku, mode-mode dan sebagainya, imitasi dapat
memegang peranan.Bila diobservasi, mode-mode yang melanda masyarakat, adalah
karena factor imitasi.
2. Factor sugesti
Yang dimaksud dengan sugestui ialah pengaruh
psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.
Karena itu sugesti dapat dibedakan (1) auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap
diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individuyang bersangkutan,
dan (2) hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Factor sugesti berlangsung apabila seseorang
memberi suatu pandangan atau sesuatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal
dari dirinya sendiri yang kemudian diterima oleh pihak lain.[4]Peranan
sugesti dan imitasi dalam interaksi social hampir sama satu dengan yang lain,
namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal imitasi orang yang mengimitasi
keadaannya aktif, sedangkan yang diimitasi adalah pasif, dalam arti bahwa yang
diimitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Apakah orang
lain akan mengimitasi atau tidak, hal tersebut tidak menjadi masalahnya. Hal
itu tidak demikian dalam sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan
secara aktif memberikan pandangan-pandangan pendapat-pendapat, norma-norma dan
sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
3. Factor identifikasi
Factor
lain yang memegang peranan dalam interaksi social ialah factor identifikasi. Identifikasi
ialah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi,
khususnya dalam psikoanalisis. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi
identic (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud
menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma social dari orang tuanya.[5]
Proses
identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, kedua secara
irasional berdasarkan perasaan-perasaan dan kecendrungan dirinya yang tidak
diperhitungkan secara rasional, ketiga mempunyai kegunaan untuk melengkapi
sistem norma, cita-cita dan pedoman tingkah laku orang yang diidentifikasi itu.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identic (sama)
dengan orang lain.[6]
Di dalam
identifikasi anak akan mengambil oper sikap-sikap ataupun norma-norma dari
orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Dalam proses identifikasi
itu seluruh norma-norma, cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat
mungkin dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak
sendiri, dan anak menggunakan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu
seperti telah dipaparkn didepan kedudukan orang tua dalam keluarga adalah
sangat penting, karena segala sesuatu yang diperbuat oleh orang tua akan
dijadikn tauladan bagi anak-anaknya. Sesuai dengan perkambangan anak-anak,
mula-mula anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya, tetapi kemudian setelah
anak masuk sekolah, tempat identifikasi beralih dari orang tua kepada gurunya
atau kepada orang lain yang dianggapnya bernilai tinggi dan yang dihormati.
Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang lain yang dianggap ideal
dalam sesuatu segi, baik itu norma-normanya, sikap-sikapnya atau segi-segi yang
lain, yang nilainya dianggap ideal dan ini masih kurang pada anak atau pada
individu yang bersangkutan. Masa perkembangan dimana anak atau individu paling
banyak melakukan identifikasi kepada orang lain ialah pada masa remaja. Dalam
masa ini individu melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan mencari
norma-norma social sendiri.Karena itu dalam masa remaja banyak anak mencari
tempat identifikasi pada orang orang dalam masyarakat yang dianggapnya ideal
bagi yang bersangkutan.
4. Factor simpati
Selain
factor-faktor tersebut diatas factor simpati juga memegang peranan dalam
interaksi social. Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain.
Oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak tidak atas
dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Dalam simpati
orang merasa tertarik pada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan
sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik tidak dapat memberikan penjelasan
lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecendrungan tertarik pada orang
lain, individu juga mempunyai kecendrungan untuk menolak orang lain, ini yang
sering disebut anipati.Jadi kalau simpati itu bersifat positif, maka antipati
bersifat negative.
Dalam antipati individu menunjukkan
adanya rasa penolakan pada orang lain. Simpati berkembang dalam hubungan
individu satu dengan individu yang lain, demikian pula antipati. Dengan
timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara
individu satu dengan individu yang lain. Dengan demikian maka interaksi social
yang berdasarkan atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan
interaksi baik atas dasar sugesti maupun imitasi.[7]
C.
Interaksi
Sosial Dalam Perspektif Al-quran
Dalam Islam ada tiga hubungan
yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama
manusia dan hubungan kepada alam semesta.Ketiga hubungan ini harus seimbang dan
bersinegri.Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja.Misalnya,
mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di
abaikan.Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang.
Dalam Islam, interaksi sosial
berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup populer yaitu
silaturrahim.Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk
interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majlis taklim,
menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul
Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun, harus digaris bawahi
bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja.Tetapi dalam bentuk
wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat dikelompokkan kedalam
silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara jama’ah, saling kontak,
saling bebicara dan saling berdiskusi.[8]
Untuk mewujudkan persaudaraan
antarpemeluk agama, al-Quran telah memperkenalkan sebuah konsep yaitu ta’aruf.
Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya
:“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.”(Al-hujurat-13)
Ayat diatas dijadikan sebagai dasar atas eksistensi
interaksi social antar sesama manusia, dimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan interaksi adalah aksi timbal balik.Allah telah
memerintahkan hambanya untuk saling mengahrgai dan saling menghormati dalam
urusan-urusan sosial kemasyarakatan saja.
Dalam al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik-singgung
dan titik-temu antarpemeluk agama. Bahwa al-Quran menganjurkan agar dalam
interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya
masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu
saling menyalahkan. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya
: Katakanlah: “Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain
Allah”. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah,
bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.(QS Al
Imran- 64)
Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim
sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama pihak lain menghormati hak-hak
umat Islam. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya
:Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari
negerimu, sesunggujnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al Mumtahanah: 8)
Ketika sebagian sahabat Nabi memutuskan bantuan
keuangan/material kepada sebagian penganut agama lain dengan alasan bahwa
mereka bukan Muslim, al-Quran menegur mereka dengan
Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman :
Artinya
: bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk atas siapa yang dikehendakinya. Dan apa saja
harta yang yang kamu berikan dijalan Allah, maka pahalanya itu untuk kamu
sendiri. Dan jangalah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari
keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu berikan, niscaya kamu
akan diberikan pahalanya dengan cukup sedang kamu tidak dianiaya sedikitpun.(Al-Baqarah-272)
Sejarah telah mencatat bagaimana interaksi sosial dan
muamalah dengan orang-orang non muslim yang dilakukan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya. Rasulullah saw. sendiri pernah menerima hadiah dari raja/kepala
suku kafir. Bahkan Rasul pun pernah memberi hadiah kepada mereka.
Oleh karena sangat pentingnya interaksi social, sangat
diperlukannya lah suatu pedoman etika.Pedoman etika perlu digunakan menurut dan
sesuai dengan konteks macam kegiatan dan organisasi.Dalam melakukan interaksi sosial harus ada etika yang dibangun
sehingga interaksi itu tetap harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan
dengan hal tersebut, Islam menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain:[9]
1. Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah
itu dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam
kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta,
anak, keluarga, dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh
sebahagian masyarakat. Dari segi pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan
orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan
terputusnya hubungan silaturrahim.
2. Tidak boleh menghina atau menghujat sesama
muslim. Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan
sosial. Orang begitu mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang
jelas. Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga
pertengkaran sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
3. Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang
lain (suuzzan). Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah
mewah, menduduki jabatan terhormat, punya harta, maupun mobil sering
menimbulkan buruk sangka di masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak
dibenarkan dan termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
4. Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial
tidak dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat
merugikan pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang
jujur dan adil akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani
kepemimpinannya. Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan tidak adil maka aka
dihina masyarakat, dan tidak dihormati.
5. Bersifat tawaduk atau merendah diri. salah satu sikap yang
dibangun dalam interaksi sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena
haratnya, jabatan dan status sosial.
6. Berakhlak mulia. Bustanuddin Agus mengatakan
bahwa sesorang yang berakhlak mulia akan mengantarkan bangsa itu menjadi baik
dan dihormati dalam hubungan intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan
bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami
kehancuran. Perilaku atau berakhlak tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi
harus dalam perilaku nyata. Berkaitan dengan soal akhlak itu, Asmaran
mengatakan berakhlak mulia merupakan azas kebahagiaan, keselarasan, keserasian
dan keseimbangan hubungan anatara sesama manusia, baik pribadi maupun dengan
lingkungannya.[10]
D.
Analisia
Dari uraian
diatas, dapat kami analisis bahwa Interaksi sosial merupakan salah satu ilmu
yang mendapat perhatian cukup banyak dari para ilmuan, hal ini terbukti dengan
banyaknya tokoh-tokoh yang turut serta dalam memberikan pengertian atau
penjelasan tentang interaksi sosial. Selain itu interaksi sosial secara umum
juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang yakni sudut pandang sosiologi dan juga
psikologi sosial. Setelah mengetahui pandangan beberapa tokoh akan pengertian
interaksi sosial maka kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa interaksi
sosial ialah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi,ada aksi dan ada
reaksi, dan Pelakunya lebih dari satu (Individu dengan individu. Individu
dengan kelompok.Kelompok dengan kelompok).
Pemakalah juga
sangat setuju bahwa interaksi sosial bisa terjadi karena beberapa hal, atau
beberapa factor.Seperti yang telah dicantumkan pada bahasan yang kedua, ada
factor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.Factor-faktor ini lah yang
merupakan factor paling mendasar sehingga terciptanya interaksi.
Kami
menganalisis bahwa yang dimaksud dengan interasksi sosial menurut al-Quran
adalah sikap saling mengahrgai dan saling menghormati dalam urusan-urusan
sosial kemasyarakatan atau dalam bidang muamalah. Al-quran juga cukup rinci
dalam memberikan penjelasan akan pentingnya berinteraksi sesama manusia. Karena
sangat pentingnya interaksi sosial , islam pun mengatakan bahwa seorang muslim
yang tidak baik hubungannya dengan sesama manusia meskipun hubungannya dengan
Allah sangat baik maka imannya belum lah sempurna. Jadi interaksi merupakan hal
yang harus dilakukan oleh manusia, namun jangan sampai melakukan interaksi yang
negative, oleh karena itu al-quran turun sebagai pedoman bagi manusia untuk
melakukan interaksi secara positif .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik anatara dua
orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan
peran secara aktif. Jadi jelas lah bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat
tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu
lainnya, sehingga timbullah kemungkinan kemungkinan untuk saling mengubah atau
memperbaiki perilaku masing masing secara timbal balik. Berlangsungnya suatu proses interaksi
didasarkan pada pelbagai factor, antara lain : factor sugesti, imitasi,
identifikasi dan simpati. Factor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri
secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.
Dan jelaslah
bahwa konsep interaksi social yang ada dalam al-Quran itu sangat junjung
tinggi.Apalagi jika mencoba untuk lebih mendalami kehidupan rasulullah, maka
interaksi social itu sangat dianjurkan oleh Nabi tentunya dalam koridor-koridor
Islam.Dan pada akhirnya, para sahabat Nabi pun benar-benar merealisasikan makna
interkasi social sebagai bentuk kasih sayang antar sesame manusia, tentunya
dengan tujuan untuk mencapai keridaan Allah semata.Maka memang pantas bahwa
konsep al-Quran yang mewakili agama Islam dikatakan sebagai agama rahmatan lil
‘alamiin.
B.
Saran
Kepada pembaca diharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ada di dalam makalah ini. Karena manusia saling membutuhkan manusia lain untuk
bercermin melihat kekurangan yang ada di dalam diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an
terjemah
Arifin,
H.M.1997.Psikologi Dakwah(Suatu Pengantar
Studi).Bumi Aksara, Jakarta.
Walgito,
Bimo.2003. psikologi social.Andi Press. Jogjakarta
Mubarok,
Ahmad.2006. Psikologi Dakwah, prenada
media grup, jakarta
Soerjono,
Soekanto.2012.Sosiologi Suatu Pengantar.Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Faizah,
S.Ag. M.A. 2009.Psikologi Dakwah,
kencana, Jakarta.
Sahrul.
2001.Sosiologi Islam. Iain Press. Medan
[1]
Bimo Walgito, psikologi social, (Jogjakarta:
Andi, 2003), hlm 65.
[2]
Ahmad Mubarok, psikologi dakwah,
(Jakarta: prenada media grup, 2006) hlm 130
[3]
Arifin, H.M.Psikologi Dakwah(Suatu
Pengantar Studi).(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm 69
[4]
Soerjono, Soekanto.Sosiologi Suatu
Pengantar.(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012),hlm 57
[5]
Ibid. Bimo Walgito hlm 72
[6]
Faizah, S.Ag. M.A, psikologi dakwah,
(Jakarta: kencana, 2009) hlm134
[7]Op
Cit. Bimo Walgito hlm 74
[8]Sahrul,
Sosiologi Islam ( medan : IAIN PRESS,2001), hlm 75
[9]
Dunia Pelajar.com (Dunia Belajar Anak). Posting 20 Maret 2015
[10]Ibid,
hlm 79
No comments:
Post a Comment