BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam merupakan sebuah Din yang mutlak kebenarannya.Nilai Keimanan
tunggal yaitu beriman kepada Allah subhanahuwataala.Nilai yang terkandung
bersifat universal dan diperuntukkan kepada semua umat manusia.Islam sebagai kesejahtraan,
ketentraman, kenyamanan dan kedamaian, keharmonisan serta kemakmuran bagi
pemeluknya.Islam sebagai risalah dibawakan oleh Rasulullah SAW.Ajaran Islam
dikembangkan melalui jalan Dakwah.Dakwah merupakan ajakan, anjuran, bujukan,
dan menyeru kapada agama Allah.Menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada yang
mungkar.
Ajaran Islam yang dakwahkan oleh Nabi Muhammad pertama melalui periode,
sembunyi-sembunyi, kemudian secara terang-terangan kepada umat manusia.Pertama
Muhammad berdakwah kepada umat manusia di Mekkah secara diam-diam. Namun
setelah Hijrah ke Ethiopia dan Mekkah baru dakwah disebarkan secara
terangan-terangan dan teroganisir.
Ketika kita membicarakan dakwah dan komunikasi lintas budaya, kita harus
bekerja keras untuk menemukan mengapa kita penting untuk mempelajari hal itu.
Dan juga apa hubungannya dakwah dan komunikasi lintas budaya, sehingga kita
harus mempelajarinya. Selain itu, jika ditinjau dari segi makna, seolah sekilas
tidak ada sinkronnya.Keduanya adalah kata yang memiliki arti dan definisi
sendiri yang kuat.Lalu dimanakah letak kesinkronannya dari kedua pembahasan
diatas? Disini akan dipaparkan secara jelas tentang komunikasi budaya dan
dakwah.
B.
Tujuan
Makalah ini
dibuat selain untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing
juga sebagai refrensi untuk penulis dan juga bagi para pembaca.
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Komunikasi, Budaya, dan Dakwah ?
2. Bagaimana
Dakwah dalam komunikasi lintas budaya ?
3. Bagaimana Dakwah Melalui Media Massa Sebagai Sarana
Komunikasi dalam Menghadapi Budaya Globalisasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dakwah
1. Secara
Etimologi
Dakwah menurut bahasa berasal dari
kata دعا-
يدعو- دعوه ,yang
berarti panggilan, seruan dan ajakan.[1]
Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to
call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to
propose), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).[2]Dakwah dalam
pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an antara lain :
Firman Allah
SWT:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا
يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ
Artinya:
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku.(Qs. Yusuf:33)
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ
وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Aryinya:
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (Qs. Yunus:25)
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut
da’i (isim fa’il), artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah
memanggil atau menyeru adalah suatu proses penyampaian (tabligh) atas
pesan-pesan tertentu, maka pelakunya dikenal juga dengan istilah Muballigh,
artinya penyampai atau penyeru.
Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, kata dakwah dalam
Al-Qur’an dan kata-kata yang terbentuk darinya tidak kurang dari 213 kali.[3]
Dengan demikian, secara etimologi dakwah dan tabligh
itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang
berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan
tersebut.[4]
2. Secara
Terminologi
Definisi mengenai dakwah, telah banyak dibuat para ahli, dimana
masing-masing definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda susunan
redaksinya, namun maksud dan makna hakikatnya sama.[5]
Ada banyak
definisi yang di kemukakan oleh para ahli mengenai dakwah. Berikut ini akan
pemakalah sampaikan beberapa definisi dakwah menurut para ahli:
1. Menurut
Prof. Toha Yahya Omar, M.A.
“Mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
2. Menurut
Prof.A. Hasjmy
“Dakwah
islamiyyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan
syariah Islamiyyah yang terlebih dahulutelah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah sendiri.”
3. Menurut
Syaikh Ali Mahfudz
“Memotivasi
manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemunkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.”[6]
4. Menurut M.
Natsir
“Dakwah
adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat manusia konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia
di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.”[7]
5. Menurut
Prof. H.M. Arifin, M.Ed
“Dakwah
mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana
dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok
agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta
pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsure-unsur pemaksaan.”[8]
6. Menurut
Amrullah Ahmad
“Pada
hakikatnya, dakwah islam merupakan aktualisasi imani (theologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada tataran kenyataan individual dan
sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua
segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.”[9]
7. Menurut
Prof.Dr. Abubakar Aceh
“Dakwah yang
berasal dari da’a, berarti perintah mengadakan seruan kepada manusia
untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan
penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.Kata-kata ini mempunyai arti yang
luas sekali, tetapi tidak keluar daripada tujuan mengajak manusia hidup
sepanjang agama dan hokum Allah.”[10]
8. Menurut Dr.
M. Quraish Shihab
“Dakwah
adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada
situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.Perwujudan
dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menujusasaran yang lebih luas, apalagi pada
masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran
islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.”[11]
Adapun menurut Penulis , dakwah adalah suatu aktivitas
yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran islam tersebut dan menjalankannya
dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk mencapai
kebahagiaan manusia baik didunia maupun diakhirat, dengan menggunakan media dan
cara-cara tertentu.
B.
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “Communication”
berasal dari bahasa Latin “Communicatio”, bersumber dari kata “Communis”
yang berarti “Sama”.Saama disini adalah dalam pengertian “sama makna”.Komunikasi
minimal harus mengandung “kesamaan makna” antara kedua belah pihak yang
terlibat. Dikatakan “minimal” karena kegiatan komunikasi itu tidak
bersifat “imformatif” saja., yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi
juga “persuasive”, yaitu agar orang bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan, melakukan sesuatu kegiatan dan lain-lain.
Sedangkan komunikasi secara sederhana, dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Dalam pelaksanaannya,
Komunikasi dapat dilakukan secara primer (langsung) maupun secara skunder (tidak
langsung).
Kegiatan komunikasi pada perinsifnya adalah aktivitas
pertukaran idea tau gagasan secara sederhana, dengan demikian kegiatan
komunikasi itu dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau ide, arti
dari satu pihak ke pihak yang lain, dengan tujuan untuk tujuan komunikasi yaitu
menghasilkan kesepakatan bersama terhadap idea tau pesan yang disampaikan
tersebut.[12]
Masing-masing definisi memiliki arti cakupan dan
konteks yang berbeda satu sama lainnya. Frank E.X. Dence, seorang sarjana yang
menekuni Ilmu Komunikasi telah menginventaris ada sekitar 126 definisi
komunikasi yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lainnya. Dari
definisi-definisi tersebut, Dance telah menemukan 15 komponen konseptual pokok
untuk merujuk tentang pemahaman komunikasi. Komponen-komponen konseptual
komunikasi tersebut meliputi:[13]
1. Symbol-simbol/verbal/ajakan
Komunikasi
adalah pertukaran pemikiran dan gagasan secara verbal.(Hoben, 1954)
2. Pengertian/pemahaman
Komunikasi
adalah sebuah proses dengan mana kita bias memahami dan dipahami oleh orang
lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah
sesuai dengan situasi yang berlaku. (Andeson, 1959)
3. Interaksi/hubungan
proses social
Interaksi
juga dalam kegiatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena
tanpa komunikasi tindakan-tindakan bersama tidak akan terjadi. (Mead, 1963)
4. Pengurangan
rasa ketidakpastian
Komunikasi
timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian,
yang secara efektif, mwmpwrtahankan atau memperkuat ego.(Barnlund, 1964)
5. Proses
Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lainlain
melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar angka-angka, dan
lainlain. (Barelson dan Steiner, 1964)
6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran
Penggunaan kata
komunikasi tampaknya merujuk pada adanya suatu yang dialihkan dari benda atau
orang kebenda atau orang lainnya. Katakata komunikasi kadang-kadang merujuk
pada apa yang dialihkan, alat atau yang dipakai sebagai saluran pengalihan,
atau merujuk pasa seluruh proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang
dialihkan kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karenanya komunikasi
menuntut adanya sebuah partisipasi.(Anyer, 1955)
7. Menghubungkan
Komunikasi
adalah proses menghubungkan satu bagian kehidupan ke bagian kehidupan yang
lain. (Ruesch, 1957)
8. Kebersamaan
Komunikasi
adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang memiliki oleh seorang
(monopoli seseorang) menjadi milik orang dua atau lebih. (Gode, 1959)
9. Saluran/alat/jalur
Komunikasi
adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran pemerintah dan lain-lain
seperti, telegraph, telepon, radio, kurir dan lain-lain.(American College
Dictionery)
10. Replikasi
memori
Komunikasi
adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang ketujuan replikasi memori.
(Cartier dan Harwood, 1953)
11. Tanggapan/diskriminasi
Komunikasi
adalah tanggapan diskriminatif dari satu organisasi kestimulus.(Stevens,
1950)
12. Tujuan/kesengajaan
Komunikasi
pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima
dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima.(Miller, 1956)
13. Stimuli
Setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan
stimuli diskriminatif , dari satu sumber kepada penerima. (Newcomb, 1966)
14. Waktu/situasi
Proses
komunikasi merupakan suatu transisi dari keseluruhan struktur situasi yang lain
sesuai pola yang diinginkan. (Sondel, 1956)
15. Kekuasaan/kekuatan
Komunikasi
adalah mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan.(Schacter, 1951)
Secara keseluruhan seperti yang telah diungkapkan
diatas, banyak sekali pengertian dan definisi komunikasi yang didefinisikan
oleh para pakar komunikasi. Diantaranya adalah:[14]
1. Bernarld
Berelson dan Gery A Steiner
Komunikasi:
transmisi informasi gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, grafik, dan sebagainya. Tindakan
atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi.
2. Theodere M. Newcomb
“setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi tersendiri dari
rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.
3. Carl L
Hovland
“komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikasn) menyampaikan rangsangan
(biasanya berupa lambing-lambang verbal) untuk mengubah prilaku orang lain
(communicate)”
4. Geral R.
Miller
“komunikasi
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan
niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima.”
5. Everett M.
Rogers
“komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber lepas suatu penerima atau lebih dengan maksud unruk mengubah
tingkah laku mereka.”
6. Horral
Laswall
“cara baik
untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
(who say what in which channel to whom with what effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada
siapa dengan pengaruh bagaimana?”)
C.
Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya, yang merupakan bentuk jamak
dari budhhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latincolere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai menolah tanah atau bertani.Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[15]Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas.Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan social manusia.[16]Kebudayaan sangat erat kaitannya
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala seseuata yang terdapat masyarakat ditentuka oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri(dikenal dengan istilah culture determinism). Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatau yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi lain, yang kemudian disebut
superorganic.
Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai social, norma
social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social, religious,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnet
Tylor kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,yangdidalamnya
terkandung pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hokum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelamin Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa dan cipta masayarakat.
Dari berbagai definisi tersebut dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,
religi seni dan lain-lain yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.[17]
D.
Dakwah dan Komunikasi Lintas Budaya
Merupakan
suatu keharusan mempelajari komunikasi lintas budaya, karena itu adalah tiket
untuk dapat beradaptasi di manapun kita berada.Kita tahu di negeri ini, berapa
banyak suku dan budaya.Akan terjadi konflik berkepanjangan jika seseorang tidak
memahami perbedaan itu dengan kacamata komunikasi lintas budaya. Karena dengan
mempelajari komunikasi lintas budaya, kita akan mengerti dan juga memahami
perbedaan itu dan dapat bersikap netral ataupun moderat. Sehingga konflik
akibat pertempuran masing masing suku yang berbeda budaya tersebut tidak akan
terjadi.
Sebuah
contoh saja.Dalam penggunaan bahasa, sering sekali terjadi kesalah pahaman
antara komunikator dengan komunikan.Bahasa yang digunakan oleh budaya
komunikator sepertinya baik, karena kebiasaan mereka menggunakan bahasa atau
kata itu baik, tapi dianggap melecehkan oleh pihak komunikan karena memang kata
kata itu kotor. Seperti contoh penggunaan kata “bajingan” bila dikatakan
di komunitas orang jawa yang notabene mengerti akan arti itu tidak akan
apa-apa. Karena memang artinya adalah pengendara gerobak atau sopir gerobak.
Namun jika orang Jakarta mengatakan itu, artinya menjadi lain. Karena berarti
sangat jelek.
Disinilah
kita diharuskan mempelajari dakwah lintas budaya, karena akan membuat kita
semakin hati hati dalam melangkah dan juga melakukan komunikasi terhadap budaya
yang berbeda. Demikian juga dengan dakwah. Kita harus bisa memahami tempat,
budaya, kebiasaan, sedikit bahasa penduduk tempat kita akan berdakwah, karena
itu menunjang keberhasilan dakwah kita.
Komunikasi
merupakan hal yang berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia lainnya. Setiap orang
membutuhkan hubungan social dengan orang lainnya dan kebutuhan ini dapat
terpenuhi dengan pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang tanpa komunikasi akan terisolasi. Dalam bukunya,
Abraham laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah who says what to whom in
this channel with what effect( siapa berbicara apa dengan media apa yang
menghasilkan efek). Efek disini merupakan sikap dan tingkah laku dari hasil
berkomunikasi tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
pertukaran pesan dari komunikator dan komunikan yang menghasilkan efek.
Disini
jika kita runtut, kebanyakan para ahli mendefiniskan komunikasi dari unsure
unsurnya. Adapun unsure unsure komunikasi adalah : komunikator, komunikan,
pesan, media, dan efek. Untuk memahami interaksi antarbudaya, terlebih dulu
kita harus memahami komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti
memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangusng, mengapa itu terjadi,
apa yang dapat terjadi, akibat dari apa yang terjadi, danb akhirnya apa
yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil hasil dari
kenjadian tersebut.
Adapun
komunikasi lintas budaya adalah, komunikasi yang dilakukan untuk segala macam
budaya.Kita tahu bahwa di dunia ini banyak sekali ragam budaya.Kita ambil
contoh Indonesia saja.Di negri ini, beratus ratus macam budaya berbeda.
Kebanyakan kegagalan berkomunikasi adalah akibat factor ketidak pahaman akan
budaya. Merupakan noise yang paling berpengaruh dalam proses komunikasi adalah
budaya. Komunikasi lintas budaya mencoba untuk melakukan pendekatan pendekatan
dengan berbagai cara, seperti psikologis, sosiologi, kritik budaya, dialog
budaya dan lain lain. Disini komunikasi lintas budaya mencoba untuk memberikan
pemahaman bersama dan mencoba untuk mengerti akan keragaman budaya di
Indonesia. Dari sini akan terbentuk suatu pengertian bersama akan adanya
perbedaan budaya. Komunikasi lintas budaya mencoba untuk memahami akan
keragaman tersebut. Sehingga benturan benturan kebudayaan atau disintregasi
social tidak akan terjadi.[18]
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang
berlangsung antar seseorang/kelompok yang berlainan budaya.Di era globalisasi
pemahaman terhadap komunikasi antarbudaya sangat diperlukan. Litvin menyebutkan
komunikasi antarbudaya sebagai berikut:
1.Menyadari
bias budaya sendiri.
2.Lebih
peka secara budaya.
3.Memperoleh
kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lainnya untuk
menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan dengan orang tersebut.
4.Merangsang
pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
5.Memperluas
dan memperdalam pengalaman seseorang.
6.Mempelajari
keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi
komunikasi sendiri.
7.Membantu
memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan
makna bagi para anggotanya.
8.Membantu
memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam
budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan, dan
keterbatasan-keterbatasannya.
9.Membantu
memahami model-model, konsep-konsep, dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi
antarbudaya.
10.
Membantu menyadari bahwa sistem-sistem
nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan
dipahami (Mulyana, 2000:X).
Dakwah
pada hakikatnya adalah proses atau aktivitas mengajak kepada jalan allah.
Disini yang harus digaris bawahi adalah aktivitas atau proses. Dari sini kita
akan mengetahui sinkronisasi dari dakwah dan komunikasi lintas budaya.
Keduanya merupakan aktivitas atau proses yang dijalankan oleh seseorang dengan
unsure unuser tertentu. Dakwah merupakan bagian dari komunikasi, namun ia
lebih spesifik hal yang dilakukan oleh umat islam untuk mengajak kepada jalan
kebaikan yang dilakukan dengan berbagai cara, baik secara lisan ataupun
tulisan.
Dalam
dakwah, unsure dakwah meliputi dai, mad’u, wasilah, isi, media. Dan dalam
komunikasi, unsurnya dalah komunikator, komunikan, pesan, media, dan effect.
Keduanya hamper sama maknanya, hanya saja dalam unsure dakwah, effect tidak
dicantumkan. Namun pasti setiap komunikasi baik dilakukan dengan kemasan
dakwah, akan tetap meberikan effect tersendiri.
Seorang
da’i, dituntut untuk bisa memberikan wasilah kepada mad’u secara gamblang dan
dapat diterima oleh mad’u.ini merupakan keharusan. Karena seorang da’i dianggap
berhasil apabila ia telah mampu memahamkan mad’unya. Dalam komunikasi, hal ini
disebut komunikasi efektif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, seorang dai harus
bisa memahami kondisi mad’u. Disinilah letak pentingnya komunikasi lintas
budaya, karena dengan memahami budaya yang ada, maka dakwah dapat dilaksanakan
dengan baik.
Salah satu metode yang digunakan dalam berdakwah adalah dakwah bil
hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu
melalui pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan,
mapun konflik. Inilah yang bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas budaya.
Budaya-budaya
yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut
menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita
yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada
masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita
dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar
budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang
lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.
Perbedaan-perbedaan
ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan
menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau
timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak
kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini
dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan
antar etnis.
Komunikasi
dan dakwah tidak bisa dipisahkan.Karena dakwah adalah aktifitas berkomunikasi.
Namun lebih khusus komunikasi tentang agama islam, penyebaran islam, dan juga
anjuran baik dan buruk. Disini dakwah dan komunikasi lintas budaya diperlukan.
Mengingat majemuknya budaya di Indonesia menuntut seorang dai untuk bisa
menjadi dai yang professional. Penggunaan metode dakwah yang benar adalah
keharusan.[19]
E.
Fenomena Dakwah dan Komunikasi
AntarBudaya Globalisasi
Di era
globalisasi manusia dituntut untuk memahami budaya luar selain budaya
sendiri.Apalagi kita seorang ulama yang berkecimpung di bidang dakwah. Seorang
dai dan ulama tentunya diperlukan kemahiran berkomunikasi sekaligus menjadi
peserta komunikasi terutama komunikasi dengan orang yang berlainan budaya. Di
samping itu kontak budaya tidak dapat dihindari di era informasi ini.Antara
budaya Asia dan Eropa seakan-akan tidak terpisah oleh letak geografis tetapi
kedua budaya tersebut perlu mendapat perhatian bagi seorang yang berkecimpung
di bidang dakwah.
Di samping itu
William B. Gudykunst dan Young Yun Kim juga merancang suatu model komunikasi
antarbudaya yang berfungsi untuk membantu mengidentifikasi unsur yang mempengaruhi
komunikasi dengan orang asing sekaligus membimbing para peneliti.Sebagai
standar pada gambar dibawah ini, semua unsur yang cukup mudah
diinterpretasikan. Unsur-unsur yang termasuk dalam model adalah encoding dan
decoding dari pesan, budaya, sosiokultural, psikokultural, dan lingkungan yang
mempengaruhi proses komunikasi; setiap unsur berisi beberapa variable seperti
pengaruh budaya, norma, dan cara berkomunikasi Gudykunst dan Kim dalam Usman,
2009;36).
Gudykunst dan
Kim mengasumsikan dua orang yang setara dalam komunikasi, masing-masing sebagai
pengirim sekaligus penerima, atau kedua-duanya sekaligus sebagai penerima, atau
kedua-duanya sekaligus melakukan penyandian (encoding) dan menyandi balik
(decoding). Oleh karenanya pesan disuatu pihak dan umpan balik di pihak lain..
Dalam Mulyana disebutkan bahwa pesan/umpan balik antara kedua peserta
komunikasi direpresentasikan oleh garis dari penyandian seseorang ke penyandian
balik orang lain dan penyandian orang kedua ke penyandian balik orang pertama.
Kedua garis pesan/umpan balik menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi,
secara serentak kita menyandi dan menyandi balik pesan. Dengan kaata lain,
komunikasi tidak statis, kita tidak menyandi sesuatu pesan dan tidak melakukan
apa-apa sehingga kita menerima umpan balik. Alih-alih memproses rangsangan yang
datang (menyandi balik) pesan saat kita juga menyandi pesan (Mulayana dalam
Usman, 2009:36).
Sehubungan
dengan konsep Islam manusia bersuku-suku dan berbangsa disebutkan dalam
Al-Quran surat Al-Hujarat 13. Manusia diciptakan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa, supaya saling kenal-mengenal.Demikian halnya pola kehidupan
yang plural dari umat Islam dapat dilihat dalam Piagam Madinah.Sebagai contoh
dalam pasal 16. Kaum Yahudi yang mengikuti kami akan memperoleh pertolongan dan
hak persamaan serta akan terhindar dari perbuatan aniaya dan perbuatan dan
perbuatan makar yang merugikan (Sajadzali, 1991:12)
Di samping itu
dalam konsep Melayu adalah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.Seseorang
yang pergi ke suatu tempat yang berbeda budaya dan berbicara dengannya, maka
seseorang tersebut seharusnya mengikuti model, dan rambu-rambu yang berlaku
pada budaya setempat. Sedangkan ungkapan dalam bahasa Aceh adalah Tajak
beutrok taeu beudeuh bek rugo meuh saket ate. Artinya apabila kita
pergi ke suatu tempat kita harus melihat-fenomena budaya agar jangan terlanjur
untuk berbuat yang berbeda dengan budaya setempat dan melanggar norma-norma
yang telah berlaku dalam masyarakat.
Sehubungan
pedoman leluhur masyarakat Aceh tempo dulu disebutkan dalam (Zainuddin, 1961 :
311)
Umoeng
meup-ateung (sawah berpematang)
Ureung
meu-peutua (orang berketua/mempunyai pemimpin)
Rumoh
meu-adat (rumah beradat)
Pukat
meu-kaja (pukat berkeja/tali kendali)
Artinya sistem sosialnya mempunyai struktur, norma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat setempat. Norma tersebut harus dipatuhi dan diikuti
oleh setiap masyarakat dimana saja dan kapan saja . Jika norma tersebut tidak
diindahkan maka akan terjadi benturan dan bahkan konflik. Sistem sosial dalam
masyarakat mempunyai struktur seperti, Keusyik , Uleebalang, Raja. Sedangkan
sistem sosial yang paling kecil adalah Tuha Peut dan Tuha Lapan di tingkat
Desa.Semua sistem tersebut telah terstruktur sedemikian rupa sehingga berjalan
menurut sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Rumoh meuadat disimbolkan bahwa masyarakat ini mempunyai budaya yang
memiliki tatakrama yang harus dipenuhi oleh setiap penghuni rumah, oleh karena
itu kita mengikuti irama dimana masyarakat itu berkembang.Sedangkan pukat
meu-kaja disimbolkan adalah sistem kemasyarakatan mempunyai hukum sebagai
kendali guna menjadi harmonis sekaligus tidak saling memusuhi dan membenci dan
berkelahi.
Sedangkan untuk memudahkan kita dalam pergaulan internasional dan
berdakwah kepada orang yang berbeda budaya dapat diikuti petunjuk dari
DeVito sebagai berikut;
- Sadarilah perbedaan antara anda dan orang yang
kultur berbeda.
- Sadarilah bahwa perbedaan selalu ada dalam
kelompok apapun
- Ingatlah bahwa makna ada pada orang dan bukan
pada kata-kata atau gerak-gerik.
- Ingatlah akan adat istiadat kebiasaan
budaya yang berlaku dalam seberang konteks komunikasi antarbudaya.
- Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan
kultur, baik secara verbal maupun nonverbal.
- Hindarilah kejutan budaya dengan mempelajari
sebanyak mungkin kultur yang akan anda masuki (DeVito, 1997:493-494)
Dalam
pergaulan yang multikultur jika berdakwah kepada orang yang berbeda
budaya kita dianjurkan untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam
berkomunikasi dan jangan mengasumsikan kesamaan atau menganggap orang lain sama
dengan kita. Seharusnya kita tidak boleh berprasangka jika kita berkomunikasi
dengan orang lain. Periksalah makna yang anda berikan dengan makna yang
diberikan lawan bicara anda.Ikutilah irama dan adat istiadat budaya setempat
dalam berkomunikasi.Anggaplah perbedaan sesuatu yang menyenangkan. Sebelum
berkomunikasi dengan orang lain dianjurkan membaca sekaligus memahami
latarbelakang lawan bicara kita.
Selanjutnya
Devito (1997) menyebutkan hambatan komunikasi antarbudaya sebagai berikut:
- Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok
yang secara kultural berbeda.
- Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural
yang berbeda
- Mengabaikan perbedaan dalam makna.
- Melanggar adat kebiasaan kultural
- Menilai perbedaan secara negatif
- Kejutan budaya
Jika kita berbicara dengan orang yang berlainan budaya tidak boleh
mengabaikan perbedaan antara kita dan orang lain. Artinya kita mempunyai
perbedaan budaya dengan orang asing atau orang lain. Bila kita mengasumsikan
kesamaan, akan tetapi, mengabaikan perbedaan adalah secara implisit kitalah
yang benar namun lawan bicara kita adalah tidak penting. Dalam setiap kelompok
kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Misalnya orang Amerika
tidak sama dengan yang lainnya. Demikianlah juga orang Indonesia jika peserta
komunikasi mengabaikan perbedaan ini akan terjebak kepada prasangka. Demikian
juga makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang
yang menggunakan kata-kata itu. Dan setiap budaya mempunyai aturan komunikasi
tersendiri, aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak
patut. Dengan kata lain kita hidup dalam suasana yang multikultur tidak boleh
melanggar adat kebiasaan setempat.
Di samping itu para peserta komunikasi tidak boleh menilai perbedaan
secara negatif.Perbedaan kultural merupakan perilaku yang dipelajari, bukan
perilaku kodrati atau perilaku yang dibawa sejak lahir. Karena kita perlu
memandang perilaku kultural ini setara, tidak evaluatif, sebagai berbeda tetapi
setara (Devito,1997:491). Demikian halnya kejutan budaya yang mengaju kepada
reaksi psikologi yang dialami karena berbeda ditengah budaya yang berbeda,
kebanyakan orang memasuki budaya yang berbeda.
Jika seseorang pergi ke negara yang berbeda budaya atau ke daerah yang
berbeda budaya biasanya mereka akan terasing, tidak menyenangkan dan
kadang-kadang merasa frustasi. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain yang terpenting adalah memahami perbedaan, dan perebedaan tersebut
merupakan suatu keharusan sehingga peserta komunikasi tidak boleh mengabaikan
perbedaan dan tidak boleh juga menilai perbedaan secara negatif.
Hambatan dakwah yang sangat beragam ialah fenomena dakwah itu sendiri,
yaitu masyarakat yang bersuku-suku, berbangsa-bangsa.Manusia berbeda etnik,
berbeda suku, berbeda Negara, berbeda budaya, berbeda agama, berbeda ideologi.
Atas dasar perbedaan tersebut, maka Islam mempersatukan umat dengan ajaran
Islam yang dibawakan oleh para dai melalui jalan dakwah. Perbedaan tersebut
merupakan sunnatullah yang terjadi secara alamiah. Di dunia ini mempunyai
peradaban-peradaban besar manusia, seperti Mesir, Timur Tengah, India,
China dan Persia. Kemudian subsistem dari peradaban tersebut terbagi dalam
bangsa-bangsa dan budaya, seperti yang kita kenal sekarang, yaitu Timur tengah,
Barat, Asia, Afrika, Melayu dan sebagainya.
Manusia bersuku-suku
dan berbangsa disebutkan dalam Al-Quran surat al Hujurat ayat 13 sebagai
berikut:
Artinya : Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Fenomena dan objek dakwah yang sangat beragam, maka beragampulah
tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dimanapun dan kapanpun. Melihat
beragamnya objek dakwah, maka beragam pula strategi dakwah yang dilakukan oleh
dai. Demikian juga budaya dari objek dakwah sangat beragam.
Islam sudah menjadi tren dalam rangkaian kehidupan bangsa kita,
berkat media dakwah yang menggunakan pendekatan populer. Apa yang diinginkan
masyarakat, yang menarik minat kajian umat, dijadikan sarana dakwah. Dalam
perkembangan berikutnya, wilayah dakwah meluas, bukan hanya di majlis ta’lim,
masjid, mushalla dan pesantren. Akan tetapi sudah meluas melalui media massa.
Musik sekarang ada yang disebut musik
islami, buku islami, alat komunikasi islami, busana islami dan
seterusnya.Simbol keislaman yang tersebar dalam ruang-ruang historis
mengisahkan bahwa Islam bisa hidup di manapun, dalam kondisi apapun dan sampai
kapanpun.Satu sisi, pendekatan dakwah Islam dengan tren budaya pop telah
membuat Islam begitu nyata dirasakan sebagai agama yang rahmatan lil-alamin,
tidak anti terhadap perkembangan zaman dan pertarungan hegemoni kuasa berbasis
identitas. Budaya pop telah mengantarkan dakwah Islam menjadi ringan diterima
oleh masyarakat. Pesan moral juga mudah tersampaikan secara massal. Dalam
konteks global, budaya pop telah membuat identitas kultural keislaman justru
tahan dari goncangan eksistensi. Islam semakin mengglobal, namun tetap teguh
dalam tatanan nilai universal-kemanusiaan-keislaman.
Namun harapan itu ternyata belum
berlanjut dalam kehidupan nyata secara signifikan.Dakwah dengan menggunakan
budaya populer ternyata masih berhenti pada tutur kata dan wacana.Hal itu bisa
dimaklumi mengingat sifat budaya pop lebih dominan pada penyikapan konsumtif
dari hasrat keinginan sosial.Yang terlihat, dakwah Islam seakan hanya memenuhi
pesanan ego dan ambisi sosial.
Ketika ada gejala bahwa musik bergenre
dangdut laku di masyarakat, maka ramai-ramai para musisi membuat lagu dangdut
bertema Islam. Begitupun, ketika terbitan buku dan novel berjenis religius
diminati pasar, maka novel yang sama juga akan terbit beriringan. Dakwah dengan
budaya pop menuruti pasar, memuaskan euforia fenomena terakhir. Tidak ada
konsistensi selama kehadiran budaya masyarakat tidak bergeser pada genre dan
sensasi kebudayaan lain yang lebih mutakhir.[20]
Dalam rangka mensinergikan gerakan
dakwah dengan fenomena tentunya membutuhkan sebuah alat yang dapat digunakan
dengan tujuan untuk menciptakan sebuah peluang dari sebuah fenomena.Menilik
dari sejarah kemunculan fenomena budaya popular, salah satu alat yang efektif
untuk digunakan adalah pendekatan dialog kutural.Karena sebagian besar
bentuk-bentuk budaya popular lahir bertujuan untuk memenuhi kepuasan
masyarakat.Pendekatandialog cultural disebut juga sebagai mazhab yang
menekankan pada isu-isu internasionalisme dan humanism.Pendekatan ini berakar
dari konsep yang mengatakan bahwa sains merupakan alat praktis yang perlu
digunakan manusia.Komunikasi antar budaya lebih menekankan pada bagaimana
mengorganisasi masyarakat manusia demi kepuasan sesama.[21]
F.
Dakwah Melalui Media Massa Sebagai
Sarana Komunikasi dalam Menghadapi Budaya Globalisasi
Kemajuan dalam teknologi komunikasi
massa telah terjadi selama dasawarsa terakhir ini yang menjanjikan perubahan
bentuk dan kekuatanedia massa. Efek-efek sosial yang ditimbulkan oleh teknoligi
baru, sebagaimana pada teknologi lama, bercampur tak menentu: ada yang baik ada
juga yang buruk, ada juga yang tak berarti apa-apa. Kerangka teori fungsional
harus bisa membuat sebuah kewaspadaan terhadap beberapa kemungkinan dan harus
saling melindungi mereka dari dugaan yang terlalu simpatik mengenai
akibat-akibat fungsional dan disfungsional secara keseluruhan.[22]
Media massa adalah sebuah institusi yang
berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi
pelopor perubahan. Ini adalah paradigm utama media massa. Media massa memilki
beberapa peranan diantaranya: Pertama, media edukasi. Kedua,
media informasi. Ketiga, media hiburan.[23] Perkembangan
media massa yang begiru pesat ada saat sekarang. Telah membuat sebuah spekulasi
besar terkait dengan perkembangannya di masa mendatang.Para ahli komunikasi
telah merencanakan membuat sebuat rencana besar terkait dengan teknologi telematika
yang berkedok mempu melemparkan beban sosial kemasyarakatan.[24]
Perkembangan teknologi seperti di atas,
dapat memberikan efek posotof dan efek negative. Sebagai kelompok missionaris Islam,
tentunya harus bisa membaca situasi yang sedemikian rupa. Yaitu dengan memnfaatkan
efek positive media massa. Salah satu yang dapat digunakan adalah televisi,
media realita maya (virtual reality media). Sehingga dalam mengemas
dawah melalui media massa akan jauh berbeda dengan kemasan dakwah bil-lisan, melalui
media mimbar ataupun pengajian umum. Akan tetapi lebih dari itu mengandalkan
kecerdasan dalam memanfaatkan media massa. Media massa menawarkan beberapa
bentuk kemasan dakwah, seperti: visual, audio visual, tulisan maupun halaman
website yang bergerak. Itulah gambaran bentuk-bentuk kemasan dawah melalui
media massa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dakwah
adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan
pesan-pesan agama islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran islam
tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual maupun
bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik didunia maupun diakhirat,
dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu. Komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan akibat tertentu. Dalam pelaksanaannya, Komunikasi dapat dilakukan
secara primer (langsung) maupun secara skunder (tidak langsung).Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
Dari tiga kata tersebut sebenarnnya memiliki singkronisasi
yang cukup erat, bagaimana pentingnya berkomunikasi dan pahamakan budaya yang
akan menjadi tempat kita untuk berdakwah. Memiliki komunikasi yang baik dan
paham akan budaya tempat kita berdakwah akan bisa menghantarkan dakwah ssecara
efesien.
B.
Penutup
Pemakalah
menyarankan kepada para pembaca untuk membaca materi lain yang berkenaan
atau menyangkut materi ini. Karena, pemakalah hanya menyajikan materi yang
sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh pemakalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Wafiah,
Awaludin Pimay.2005.Sejarah Dakwah.Semarang : Rosail
Warson Munawwi.1994.Kamus
Al-Munawwir.Surabaya: Pustaka Progressif.
Muhammad abdul Baqi.2000.Al-Mu’jam
Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an.Cairo: Dar Al-Kutub Al-Arabiyyah.
Siti Muriah.2000.Metode Dakwah
Kontemporer.
Drs. Samsul
Munir Amin, M.A.2009.Ilmu Dakwah.Jakarta: Amzah.
Syaikh Ali Mahfudz.1952.Hidayat
Al-Mursyidin. Cairo: Dar Kutub Al-Arabiyyah.
M. Natsir.1996. “Fungsi Dakwah
Perjuangan” dalam Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah.Yogyakarta:Sipres.
Prof. H.M.
Arifin, M.Ed200.Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study. Jakarta: Bumi
Aksara.
Prof.Dr.
Abubakar Aceh.1986Potret Dakwah Muhammad saw dan Para Sahabatnya.
Solo:Ramadhani.
Dr. M. Quraish Shihab.2001.Membumikan Al-Qur’an,
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung:Mizan.
Ilaihi Wahyu.2010.Komunikasi
Dakwah, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Human
Comunication : Konteks-konteks komunikasi
Deddy
Mulyana dan Jalaludi Rackhmat.2006.Komunikasi
Antarbudaya :Panduan Berkomunikasi Dengan Orang Berbeda BudayaI. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Wilkipedia
Indonesia
Dedy
mulyana, Jalaludin rachmat.2001. Komunikasi Antar Budaya,Bandung,
Rosdakarya.
Muhammad Abdullah Badri. 2011.Tren Lagu Dakwah Pop, dalam
Majalah Manhaj edisi 2 volume 2.
Alo
Liliweri.2004. Dasar-dasar
Komunikasi Antar Budaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Charles
Robert Wright.1986. Mass
Cmmunication: A Socioloical Perspective Second Edition),
diterjemahkan oleh Lilawati Trimo, Sosiologi Komunikasi Massa,Bandung: Remadja Karya.
Muhammad
Burhan Bungin.2008. Sosiologi
Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi di Masyarakat.Jakarta:
Kencana.
[1]Wafiah, Awaludin Pimay, Sejarah
Dakwah, Semarang, Rosail,2005. Hal.3
[3]Muhammad
abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an, (Cairo: Dar
Al-Kutub Al-Arabiyyah, 2000), hlm. 120, 692, 693.
[4]Siti Muriah, Metode Dakwah
Kontemporer, 2000, hlm. 2-3
[5]Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu
Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), cet.1, hlm.2
[7]M.
Natsir, “Fungsi Dakwah Perjuangan” dalam Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi
Gerakan Dakwah, (Yogyakarta:Sipres, 1996), cet. 1, hlm. 52
[8]Prof. H.M.
Arifin, M.Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), cet.5. hlm. 6
[10]Prof.Dr. Abubakar Aceh, Potret
Dakwah Muhammad saw dan Para Sahabatnya, (Solo:Ramadhani, 1986), hlm. 11
[11]Dr. M.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung:Mizan, 2001), cet.22, hlm.194
[13]Ibid, Hl 5-6
[14]Ibid, hl 7-8
[15]Human Comunication :
Konteks-konteks komunikasi
[16]Deddy Mulyana dan Jalaludi
Rackhmat.Komunikasi Antarbudaya :Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang Berbeda BudayaI. (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2006).hlm 25
[17]Wilkipedia Indonesia
[18]Dedy mulyana, Jalaludin rachmat,
Komunikasi Antar Budaya,Bandung, Rosdakarya, 2001 hal 12.
[20]Muhammad
Abdullah Badri, Tren Lagu Dakwah Pop, dalam
Majalah Manhaj edisi 2 volume 2 tahun 2011,
[22]Charles Robert Wright, Mass
Cmmunication: A Socioloical Perspective Second Edition), diterjemahkan
oleh Lilawati Trimo, Sosiologi Komunikasi Massa, (Bandung:
Remadja Karya, 1986), hlm. 206-207
[23] Muhammad Burhan Bungin, Sosiologi
Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi di Masyarakat,
(Jakarta: Kencana. 2008), hlm. 85-86
No comments:
Post a Comment