MAKALAH MOTIVASI KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini sangat diperlukan seseorang dalam
menjalankan segala aktivitasnya. Dalam menjalankan hidup, seseorang memerlukan
banyak motivasi agar ia dapat menjalankan segala sesuatu yang dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam dunia pendidikan, seorang anak
memerlukan motivasi baik dari orang tua, guru, maupun teman-temannya agar ia
mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
Hal ini pula yang dibutuhkan orang dalam dunia kerja.
Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan motivasi kerja
yang baik pula. Motivasi kerja tidak hanya bersumber dari dalam diri orang itu
saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri sendiri, atasan, mapun
lingkungan kerja itu sendiri.
Namun di balik semuanya itu, kita perlu mengetahui cara
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Terdorong
akan rasa keingintahuan serta kenyataan seperti yang tersebut itulah yang
membuat penulis memilih topik mengenai cara meningkatkan motivasi kerja.
Selanjutnya, hasil pengkajian itu penulis uraikan dalam makalah berjudul
“Meningkatkan Unjuk Kerja dengan Memberikan Motivasi Kerja yang Baik”
1.2
Rumusan Masalah
Beberapa rumusan makalah yang akan
dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa
pengertian motivasi kerja?
2.
Bagaimana kaitan motivasi kerja dengan unjuk kerja?
3.
Bagaimana cara meningkatkan motivasi kerja?
1.3
Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian
motivasi kerja.
2. Untuk mengetahui kaitan
motivasi kerja dengan unjuk kerja.
3. Untuk mengetahui cara
meningkatkan motivasi kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
2.1.1 Moral Kerja
Yang dimaksud dengan moral adalah suasana batiniah seseorang
yang mempengaruhi perilaku individu dan perilaku organisasi. Suasana batiniah
itu terwujud di dalam aktivitas individu pada saat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa perasaan senang atau tidak
senang, bergairah atau tidak bergairah dan bersemangat atau tidak bersemangat
dalam melakukan suatu pekerjaan.
Proses manajemen dan leadership yang efektif memerlukan moral
kerja yang positif dalam arti suasana batin yang menyenangkan hingga memiliki
semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan. Moral kerja yang tinggi
merupakan dorongan bagi terciptanya usaha berpartisipasi secara maksimal dalam
kegiatan organisasi/kelompok, guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral
kerja seseorang. Dalam kegiatan manajemen dan leadership pendidikan, moral
kerja yang tinggi dari setiap SDM yang terlibat di dalamnya, merupakan faktor
yang menentukan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Berbagai faktor itu
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sebagian orang memandang
bahwa minat / perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap moral kerja.
Bilamana seseorang merasa bahwa minat/perhatiannya seusai dengan jenis dan
sifat pekerjaan yang dilakukan maka akan memiliki moral kerja yang tinggi.
2.
Sebagian lainnya menempatkan faktor upah atau gaji penting dalam meningkatkan
moral kerja. Upah atau gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat
mempertinggi moral kerja.
3. Di
samping itu ada kelompok orang yang memandang faktor status sosial dari
pekerjaan dapat mempengaruhi moral kerja. Pekerjaan yang dapat memberikan
status sosial atau posisi yang tinggi/baik (misalnya, sebagai kepala, staf
pimpinan, kepala bagian dan sebagainya) menurut kelompok ini akan mempertinggi
moral kerja.
4.
Sekolompok lain memandang tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung
pengabdian merupakan faktor yang dapat mempertinggi moral kerja. Tujuan dan
sifat pengabdian diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan seseorang bersedia
mendertia, berkorban harta benda dan bahkan jiwanya demi terwujudnya pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Kelompok terakhir memandang
faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang baik, sehingga setiap orang
merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat mempertinggi moral kerja.
2.1.2 Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini diberikan kepada manusia,
khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah
aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan
hal tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi adalah mempersoalkan bagaimana
caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan
organisasi. (Hasibuan, 2003).
Sementara menurut arti katanya, motivasi
atau motivation berarti motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan
dorongan. Dalam kamus administrasi, Drs. The Liang Gie CS, memberikan perumusan
akan motivating atau pendorong kegiatan sebagai berikut: “pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan insprasi, semangat dan dorongan
kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-tindakan.
Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan
agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari
ornag-orang tersebut.
Di bawah ini tercantum beberapa definisi atau
pengertian motivasi kerja dari sejumlah penulis sebagai berikut:
Ø George R. Terry
berpendapat “motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertindak sesuatu”.
Ø Dr. Sondan P.
Siagian, MPA berpendapat bahwa: “Motivasi kerja merupakan keseluruhan proses
pemberian motiv berkerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis.
Ø Wahjosumadjo
menyatakan, “motivasi kerja merupakan suatu prsoses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap kebutuhan persepsi dan kepuasan yang
terjadi pada diri seseorang
Ø G. Terry mengemukakan
bahwa “Motivasi diartikan sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat
menyelesaikan mempekerjaan dengan semangat karena ia ingin melaksanakannya”.
Ø M. Manullang
memberikan pengertian motivasi sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
manajer memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam
hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini
bertujuan untuk menggiatkan orang-orang karyawan agar mereka bersemangat dan
dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut.
2.2
Dasar-Dasar Pokok Motivasi Kerja
Pada dasarnya motivasi dapat mamacu karyawan
untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan
meningkatkan produkitvitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian
tujuan perusahaaan. Sumber motivasi ada tiga faktor, yaitu:
1. Kemungkinana
untuk berkembang,
2. Jenis
pekerjaan ,dan
3. Apakah
mereka dapat merasa bagga menjadi bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Di samping itu terdapat beberapa aspek yang
terpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni: rasa aman dalam bekerja,
mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif. Lingkungan kerja yang menyenangkan,
penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dengan
melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik
menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan
standar keberhasilan, output yang diharapkan serta, bangga terhadap pekerjaan
dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Pada dasarnya proses dapat digambarkan jika
seseorang tidak puas akan mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan
mencapai jalan atau tindakan untuk memenuhi dan terus mencari kepuasan yang
menurut ukurannya sendiri sudah sesuai dan harus terpenuhi. Sebagai contohnya,
beberapa karyawan secara regular menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
berbicara atau mendiskusikan sesuatu di kantor, yang sebenarnya hanya untk
memuaskan kebutuhan sosialnya. Langkah ini sebagai suat usaha yang bagus, namun
tidak produktif dapat mewujudkan hasil kerja atau target kerja.
2.3
Teori-Teori Motivasi Kerja
1. Teori
A. H. Maslow
Teori motivasi yang sangat terkenal adalah toeri
kebutuan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa pada setiap
diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan, yaitu: kebutuhan secara
fisiologis, rasa aman, social, penghargan dan aktualisasi diri.
· Aktualisasi diri
Kebutuhan untuk menggunakan , skill, potensi, kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik
terhadap Sesuatu
· Penghargaan diri
Kebutuhan akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai orang
lain
· Kepemilikan sosial
Kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk diterima dalam
kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
· Rasa aman
Kebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup
· Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik,
seksual, sebagai kebutuhan terendah
2.
Teori David Mc Clelland
David Mc Clelland direktur pusat penelitian
kepribadian di universitas Harvard menganalisis tentang tiga kebutuhan manusia
yang sangat penting di dalam organisasi tentang motivasi mereka. Mc Clelland
theory of needs memfokuskan kepada tiga hal, yaitu:
· Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for a
chievement); kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar perusaahn yang
telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan.
· Kebutuhan dalam kekuasaan/otoritas kerja (need for power),
kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana
dalam tugasnya masing-masing.
· Kebutuhan untk berafiliasi (need for affiliation); hasrat
untuk bersahabat dan mengenal lebik dekat rekan kerja dalam organisasi.
3.
Toeri Douglas Mc Gregor
Dogles Mc Gregor mengajukan dua pandangan yang berbeda
tentang manusia negative dengan tanda X dan positif dengan tanda Y.
·
Teori X adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya
tidak mau bekerjasama.
·
Teoro Y adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya
energik, berorientasi kepada perkembangan motivasi diri sendri dan tertarik
untuk menjadi produktif.
Perbedaan teori X dan teori Y.
Teori X
|
Teori Y
|
· Orang-orang
malas
· Orang-orang
kurang berambisi dan tidak mengakui tanggung jawab
· Orang-orang
yang berpusat pada dirinya.
· Orang-orang
tidak mau berubah.
· Orang-orang
mudah tertipu dan tidak telalu pintar.
|
· Orang-orang
energetik
· Orang-orang
ambisius dan mencari tanggung jawab.
· Orang-orang dapat
tidak mementingkan diri sendiri.
· Orang-orang
ingin berkontribusi pada pertumbuhan dan mau berubah.
· Orang-orang
pintar.
|
4. Toeri
Frederick Herzberg
Menurut teori Herzberg, faktor-faktor yang
berperan sebagai motivator terhadap pegawai, yakni yang mampu memuaskan dan
mendorong orang untuk bekerja baik terjadi dari:
· Achievement (keberhasilan pelaksanaan)
Agar seorang bawahan dapat berhasil dalam pekerjaannya, maka
pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan
kesempatan agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Selanjutnya agar
pemimpin memberi semangat pada para pegawainya sehingga pegawai telah berhasil
mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan keberhasilan itu.
· Recognition (pengakuan)
Pengakuan terhadap keberhasilan pegawai dapat dilakukan berbagai
cara, yaitu:
- Memberi surat penghargaan
- Memberi hadiah berupa uang tunai
- Memberi medali, surat penghargaan, dan hadiah uang tunai
- Memberi kenaikan gaji dan promosi
· The work it self (pekerjaan itu sendiri)
Pemimpin membuat usaha-usaha yang riil dan meyakinkan, sehingga
pegawai mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan berusaha
menghindarkan kebosanan dalam pekerjaan pegawai serta mengusahakan agar pegawai
sudah tepat dalam pekerjaannya.
· Responsibilities (tanggung jawab)
Agar responsibilities benar-benar menjadi motivator bagi pegawai,
pemimpin harus menghindari supervise yang ketat, dengan memberikan pegawai
bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip
partisipasi.
· Advancement (pengembangan)
Agar faktor ini benar-benar berfungsi sebagai motivator maka
pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan yang lebih
bertanggung jawab. Selanjutnya pemimpin memberi rekomendasi tentang pegawai
yang siap untuk mengembangkan, untuk menaikkan pangkatnya atau dikirim
mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan.
2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi
Motivasi
mempunya dua bentuk yaitu sebagai beriku:
Ø
Motivasi Positif
Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi orang
lain dengan cara memberikan penambahan tingkat kepuasan tertentu , misalanya
dengan memberikan promosi, memberikan insentif atau tambahan penghasilan,
menciptakan kondisi tempat kerja yang baik agar mereka merasa aman dalam
bekerja, dan sebagainya.
Ø
Motivasi Negatif
Motivasi negativ merupakan proses untuk mempengaruhi orang
lain dengan cara menakut-nakuti atau mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu secara terpaksa. Misalnya menakut-nakuti bawahan dengan memberikan
gambaran seolah-olah mereka akan kehilangan jabatan, diturunkan pangkat ,
dipotong gajinya dan sebagainya.
2.5
Sumber-Sumber Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja adalah perasaan senang/puas karena pekerjaan
yang dilakukannya.Kepuasan kerja ini berkaitan dengan motivasi kerja.
Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja ?
Perbaikan kondisi kerja yang menaikkan peluasan pekerja cenderung meningkatkan
produktivitas (kinerja). Tetapi hubungan itu tidak begitu kuat. ( korelasinya
rata-rata hanya 0,14). Pekerjaan yang untuk mengerjakannya memerlukan
pengetahuan dan keterampilan dirasa bernilai oleh yang mengerjakan, akan
menghasilkan kepuasan. Sebaliknya jenis pekerjaan yang hanya memerlu-kan pengetahuan
dan keterampilan yang dinilai rendah tidak akan menghasilkan kepuasan tetapi
justru akan menghasilkan ketidak puasan.
Ketidak
puasan kerja berakibat menurunnya motivasi kerja. Sumber-sumber ketidak-puasan
antara lain : Kebosanan, penugasan yang tidak sesuai, adanya gangguan-gangguan
selama kerja, kekurangan fasilitas kerja dan lain sebagainya.
Sumber-sumber kepuasan kerja antara lain :
Sumber-sumber kepuasan kerja antara lain :
·
Mengetahui dirinya telah berhasil
dalam kerjanya;
·
Merasa senang telah dapat
menggunakan pengeta-huan/keterampilannya;
·
Mendapatkan pengembangan
keterampilan pribadi secara mental dan fisik;
·
Kegiatan itu sendiri;
·
Perkawanan dan kebersamaan;
·
Kesempatan mempengaruhi orang lain;
·
Penghargaan (respect) dari orang
lain;
·
Waktu untuk bepergian dan liburan;
·
Keamanan dalam penghasilan dan
kedudukan;
2.6
Strategi Untuk Meningkatkan Kepuasan Dan
Motivasi Kerja
1.
Reinforcement atau teori modifikasi prilaku
·
Menyatakan bahwa prilaku dapat didoraong atau dikurangi memberikan secara
berturut-turut imbalan dan hukuman.
2.
Manajemen berdasarkan sasaran (MBO/Management by objective)
·
Serangkain prosedur yang mencangkup manajer dan bawahannya dalam menetapkan
tujuan dan mengevaluasi kemajuan.
3.
Manajemen partisipatif dan pemberdayaan.
·
Metode meningkatkan kepuasan kerja dengan cara memberi kesempatan kepada
karyawan untuk memberi suara dalam manajemen pekerjaan perusahaan.
4.
Persaingan, partisipasi dan kebanggaan
·
Pada umumnya, setiap orang sering bersaing secara
sehat dan jujur. Sikap dasar ini bisa di manfaatkan oleh para pemimpin dengan
memberikan motivasi persaingan yang sehat dalam menjalankan tugasnya. Pemberian
hadiah untuk yang menang merupakan bentuk motivasi postif. Dengan dijalankannya
partisipasi ini bisa di peroleh manfaat, seperti bisa dibuatnya keputusan yang
lebih baik karena banyak sumbangan pikiran, adanya penerimaan yang lebih besar
terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan. Kebanggan
disini sebagai alat motivasi dengan persaingan dan pemberian penghargaan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kaitan Motivasi Kerja dengan
Unjuk Kerja
Kaitan motivasi kerja dengan unjuk kerja dapat diungkapkan
sebagai berikut: unjuk kerja (performance)
adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan peluang (opportunities), dengan kata lain unjuk
kerja adalah fungsi dari motivasi kerja kali kemampuan kali peluang. Ungkapan
ke dalam rumus menjadi:
Unjuk
Kerja = f. Motivasi Kerja X Kemampuan X Peluang
|
Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerjanya akan rendah
pula meskipun kemampuannya ada dan baik, serta peluangnya pun tersedia.
Misalnya, seorang sarjana komputer bekerja dalam prusahaan konsultasi dalam
bidang teknologi informasi sebagai tenaga ahli (peluang ada, dan punya
kemampuan yang diperlukan). Namun suasana kerja, hubungan antar tenaga kerja,
kebijakan perusahaan tidak dirasakan sesuai, maka “semangat” kerjanya menurun
dengan hasil unjuk kerjanya kurang. Sebaliknya jika motivasi kerjanya besar,
namun peluang untuk menggunakan kemampuan-kemampuannya tidak ada atau tidak
diberikan, unjuk kerjanya juga akan rendah. Kalau motivasi kerja tinggi,
peluang ada, namun karena keahliannya dalam bidang tersebut tidak pernah
ditingkatkan lagi, unjuk kerjanya juga tidak akan tinggi.
3.2 Cara Meningkatkan Motivasi Kerja
3.2.1 Memotivasi Lewat
Sentuhan-Sentuhan Kecil
Beberapa bentuk sentuhan-sentuhan kecil yang membuat bawahan
termotivir, antara lain:
1. Mengucapkan salam lebih
dahulu;
2.
Mengembangkan jabat tangan yang hangat dengan menatap matanya;
3.
Memberikan pujian yang tulus dan memergoki orang mengerjakan yang benar;
4.
Berikan senyuman pada saat bertemu dan berpisah;
5.
Tanyakan kesehatan dan kondisi keluarganya dan tunjukkan rasa empati.
3.2.2
Mengobarkan Semangat Bawahan dengan Cara Membuat Mereka Merasa Penting
Beberapa cara manajer dapat membuat karyawannya merasa
penting, antara lain:
1.
Dengarkanlah mereka secara baik-baik dengan penuh perhatian;
2.
Jangan sekali-sekali pada saat
bawahan menghadap di ruang Anda, Anda mendengarkan sambil menulis,
menandatangani surat, atau mengangkat telepon;
3.
Hargai pendapat, dan ide-idenya,
tanggapilah dengan umpan balik yang positif;
4.
Memberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan dan training.
3.2.3
Kritik yang Konstruktif untuk Bawahan
Beberapa cara mengkritik secara konstruktif untuk bawahan
yaitu sebagai berikut.
1.
Jika ada sesuatu yang tidak beres, usahakan mencara siapa yang bersalah atas
hal itu secara tepat;
2.
Jelaskan kepada bawahan mengenai suatu kesalahan secara spesifik dan berilah
kesempatan pada orang yang bersalah untuk mengetahui secara jelas kesalahannya;
3.
Seharusnya kita dapat mengendalikan diri pada saat mengkritik seseorang;
4.
Seharusnya kita biasa memberikan kritik secara pribadi;
5.
Seharusnya kita memuji terlebih dahulu sebelum memberikan kritik;
6.
Tunjukkan bahwa kita turut bertanggung jawab atas kesalahan bawahan;
7.
Dengarkan dengan sabar penjelasan dan alasan dari orang yang melakukannya.
8.
Bantulah orang tersebut untuk memperoleh kembali kepercayaan dan harga dirinya;
9.
Seharusnya kita bisa memaafkan dan melupakan suatu kesalahan.
3.2.4
Taktik Mengatasi Bawahan yang Tidak Loyal
Beberapa taktik mengatasi bawahan yang tidak loyal antara
lain:
1.
Beri keteladanan pada mereka, sikap dan perilaku kita harus pantas menjadi
contoh, jangan pernah melakukan sesuatu yang tidak pantas di hadapan mereka;
2.
Bertindaklah adil jika kita terpaksa memperlakukan istimewa terhadap satu atau
beberapa orang, berikan penjelasan mengapa ia berbuat begitu agar ia memahami;
3.
Menjaga perkataan kita terutama pada saat marah, kata-kata yang menusuk hati
tidak akan membuat orang sadar tapi sebaliknya justru akan antipati pada kita.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa hal berikut.
1. Motivasi kerja
adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam
dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi
menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
2.
Kaitan motivasi kerja dengan unjuk
kerja dapat diungkapkan sebagai berikut: unjuk kerja (performance)adalah hasil interaksi antara motivasi kerja,
kemampuan (abilities), dan peluang (opportunities), dengan kata lain unjuk
kerja adalah fungsi dari motivasi kerja kali kemampuan kali peluang.
3.
Beberapa cara untuk meningkatkan
motivasi kerja ialah sebagai berikut.
1.
Memotivasi lewat sentuhan-sentuhan kecil
2.
Mengobarkan semangat bawahan dengan cara membuat mereka merasa penting
3.
Memberikan kritik yang konstruktif untuk bawahan
4.
Menggunakan taktik untuk mengatasi bawahan yang tidak loyal
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut.
1.
Memberikan pemahaman kepada para staff perusahaan mengenai cara memotivasi
bawahan agar dapat memberikan unjuk kerja yang baik.
2.
Membuat lingkungan kerja yang nyaman dan hangat untuk mempertahankan dan
meningkatkan motivasi kerja karyawan.
3.
Menghilangkan rasa terlalu ingin dihormati dan dihargai sehingga menimbulkan
terjadinya kesenjangan perbedaan kedudukan antara atasan dan bawahan, yang pada
akhirnya dapat menghilangkan rasa simpati satu sama lain.
4.
Menanamkan rasa memiliki perusahaan kepada setiap staff dan karyawan
perusahaan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Swastha,Basu
& Sukatjo,Ibnu,2007, Pengantar Bisnis Modern, Liberty Yogyakarta: Yogyakarta.
Griffin, Ricky W & Ebert,Ronald J
(Penerjemah Prof.Wagino Ismangil), 1997,Bisnis, Prenhalindo: Jakarta.
Jatmiko,RD,
2004, Pengantar Bisnis, UMM Pers 2004: Malang
Http://kisahku-elin.blogspot.com/2012/01/makalah-motivasi-kerja.html
Http://jeffy-louis.blogspot.com/2012/04/makalah-motivasi-kerja.html
No comments:
Post a Comment