BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sesuai
fitrahnya setiap manusia dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin
berbuat yang terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta
lingkungannya. Dalam prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal)
maka faktor eksternal sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan
perilaku seseorang. Dari sinilah akan terbentuk pribadi yang terseleksi, apakah
akan tumbuh menjadi pribadi yang biasa atau pribadi yang penuh dengan karakter
seorang pemimpin. Kepemimpinan mengandung
arti menentukan arah yang akan diikuti oleh yang lain. Arah ini tidak boleh
asal arah, melainkan harus ditentukan oleh suatu bentuk arti strategi.[1]
Seorang
pemimpin sudah pasti memiliki kekuasaan. Dengan kekuasaan, akan tahu
batas-batas dalam memimpin. Kekuasaan bukanlah inti dari kepemimpinan sebab
jika kekuasaan digunakan secara sewenang-wenang tentu akan membuat orang
lain/yang dipimpin akan lengah dan cenderung akan melawan/memberontak.
Gunakanlah kekuasaan sesuai porsinya dan jangan menjadikan kekuasaan sebagai
satu-satunya cara untuk memimpin.
Oleh
karenanya banyak factor ataupun penyebab sukses atau tidaknya kepemimpinan
seseorang, dalam makalah ini akan dicantumkan beberapa factor keberhasilan
maupun kegagalan seseorang dalam memimpin.
B.
Tujuan
Pembuatan
makalah ini selain sebagai pemenuh tugas dari dosen pembimbing juga untuk
memberi pengetahuan bagi pemakalah maupun pembaca seputar factor-faktor yang bisa
mempengaruhi pemimpin secara lebih rinci.
C. Rumusan Masalah
1.Pengertian
factor dan pemimpin ?
2.Factor-factor
yang mempengaruhi keberhasilan pemimpin?
3.Faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan pemimin?
Sebelum masuk
pada factor-faktor yang mempengaruhi pemimpin sebaiknya kita mengetahui apa
yang dimaksud dengan factor dan yang dimaksud dengan pemimpin. Factor ialah hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu,
factor juga dapat diartikan sebagai pendorong hal atau kondisi yg dapat
mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau produksi. Sedangkan
pemimpin atan kepemimpinan cukup banyak definisi yang bisa kita dapatkan dari
barbagai literartur.Wahab Abdul Kadir mendefinisikan pemimpin adalah orang yang
memiliki kesanggupan mempengaruhi, memberi contoh, mengarahkan orang lain atau
suatu kelompok untuk mencapai tujuan baik formal maupun non formal.[2]Pemimpin juga diartikan
sebagai seseorang yang berkemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk
bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang
diberikannya.[3]
Menurut Stoner
dan Freeman (1992:472) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota
kelompok. Sedangkan Bartol dan Martin (1991:480) menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi orang lain tentang pencapaian prestasi ke arah
tujuan organisasi. Secara luas definisi kepemimpinan dikemukakan oleh Yukl
(1989:4-5).Ia menyatakan bahwa kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Jadi kepemimpinan dapat di artikan sebagai
sebuah aksi mengajak sehingga memunculkan interaksi dalam struktur sebagai
bagian dari proses pemecahan masalah bersama.Pada hakekatnya setiap manusia
adalah pemimpin, paling tidak ia sebagai pemimpin dirinya sendiri. Hati
adalah pemimpin di dalam tubuh manusia, sebab segala sesuatu yang yang manusia
perbuat adalah berdasar petunjuk dan kemauan hati nurani.Sebagaimana hadits
Rasulullah SAW.
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya : “Setiap kamu adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban pada orang yang dipimpinnya.”
Ada
dua konsep yang dikemukakan oleh Peter Drucker dalam kaitannya dengan manjemen,
yaitu konsep efisiensidan efektivitas. Efisiensi adalah melakukan
suatu pekerjaan dengan tepat, sedangkan efektifitas adalah melakukan seseuatu
dengan tepat.Drucker mengatakan bahwa efektifitas merupakan kunci keberhasilan
suatu organisasi. Sebelum melakukan kegiatan secara efisien,seseorang harus
yakin bahwa ia telah menemukan hal yang tepat untuk dilakukan.[4]
Demekian pula dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu suatu proses untuk
menciptakan wawasan, mengembangkan suatu strategi, membangun kerjasama, dan
mendorong tindakan untuk lebih maju.[5]
Kepemimpinan
adalah pangkal utama dan pertama penyebab dari pada kegiatan, proses atau
kesediaan untk merubah pandangan atau sikap(mental, pisik) dari pada kelompok
orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun non formal.
Kepemimpinan Islam berarti bagaimana ajaran Islam memberi corak dan arah kepada
pemimpin itu, dan dengan kepemimpinannya mampu merubah pandangan atau sikap
mental yang selama ini dianggap menghambat dan mengidap pada sekelompok
masyarakat maupun perorangan.
Namun
kemampuan seorang pemimpin di dalam kepemimpinannya tidak disebabkan oleh satu
factor saja.Keberhasilan seorang pemimpin didalam memimpin bisa dipengaruhi
baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya, begitu pula dengan
kegagalan seorang pemimpin bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan ataupun memang
dari dalam dirinya sendiri.
Ada banyak hal yang mempengaruhi
kepemimpinan itu, terlebih fakta oraganisasi satu dengan lainnya sangat beragam
sehingga ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan.Pada tahap inilah bukan
hanya konsep kepemimpinan yang mempunyai pengaruh besar tetapi juga
keterampilan spontan dan teknis pemimpin itu sendiri yang banyak menentukan
keberhasilan sebuah kepemimpinan mengingat fakta organisasi tersebut
beragam. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan menurut Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) adalah sebagai berikut :
1.
Faktor
Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan adalah
kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan
faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar
kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan perlakuan edukatif dari
lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa dan standar.
Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan
kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan
perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat
menentukan hebatnya seorang pemimpin.
2.
Faktor
Jabatan
Pengertian
jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki.Jabatan tidak dapat
dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan
terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi
satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama
mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunya pengarauh
yang berbeda.
3.
Faktor
Situasi dan Kondisi
Pengertian
situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi
tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang
karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota
organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin
transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan oragnisasi adalah
religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan
spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia
juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang
tepat atau tidak.
Sedangkan
menurut Khairudin dalam penjelasannya di study class Manajemen Dakwah, factor
yang mempengaruhi kepemimpinan dapad dibagi menjadi dua yakni ;
1. Factor internal
a. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan
cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur
yang ditunjukkan oleh seseorang.[6]
Setiap pemimpin
haruslah memiliki keperibadian yang baik, dalam hal ini kepribadian seorang
pemimpin dapat dilihat dari dua aspek yakni sifat dan seni. Sifat merupakan hal
yang telah ada pada dirinya sejak ia lahir, sifat memang sangat mempengaruhi
seorang pemimpin dalam menentukan evektif atau tidak kepemimpinannya. Pada
Teori Sifat (Trait Theory) mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat
tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang
dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.
Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka
seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut
Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan
Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) “Human Relations” (6) Motivasi Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju
(achievement drive).
Begitu pula
dengan seni, yang merupakan bagian dari kepribadian sang pemimpin. Seni
merupakn hal yang memang ada dalam setiap kepemimpinan seorang pemimpin tapi
yang perlu anda perhatikan adalah bahwa setiap orang memiliki gaya atau seni
yang berbeda dalam kepemimpinannya.
b. Perilaku
Kepemimpinan
Pemimpin dalam
melaksanakan tugas sehari-hari harus didasari oleh orientasi kepemimpinan yang
mewarnai perilaku yang diterapkannya.Salah satu tinjauan tentang prilaku
kepemimpinan yang diterapkan adalah prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia
(Gordon, 1990; Greenberg dan Baron, 1995).Mengacu pada keterbatasan peramalan
efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”, para peneliti pada era Perang
Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran
untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk
meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada
periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana
perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.Oleh karenanya seorang
pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai idola agar dikenang oleh masyarakat
dengan selalu berperilaku positif. Dalam Islam juga perilaku pemimpin dibahas, berdasarkan Qs. 39 : 12, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat
kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioneer) dalam memerankan
perintah Islam.Berdasarkan Qs. 35 : 32, maka seorang pemimpin haruslah berada
pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan (sabiqun
bil khoiroti bi idznillah)
Untuk sauri tauladan
seorang pemimpin Rasulullah SAW juga sudah menegaskan :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا
أَبُو مُسْهِرٍ حَدَّثَنِي عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْخَوَّاصُ عَنْ يَحْيَى بْنِ
أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ السَّيْبَانِيِّ
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَقُصُّ إِلَّا أَمِيرٌ أَوْ مَأْمُورٌ
أَوْ مُخْتَالٌ
Rasulullah saw bersabda: tidak
ada yang berhak untuk memberikan ceramah (nasehat/cerita hikmah) kecuali
seorang pemimpin, atau orang yang mendapatkan izin untuk itu (ma’mur), atau
memang orang yang sombong dan haus kedudukan. (hr. Muslim)
Penjelasan:
Hadis ini bukan berarti hanya pemimpin yang berhak memberi nasehat kepada
umat, melainkan hadis ini mengandung pesan bahwa seorang pemimpin seharusnya
bisa memberikan suri tauladan yang baik kepada umatnya. Karena yang dimaksud
ceramah disini bukan dalam arti ceramah lantas memberi wejangan kepada umat,
akan tetapi yang dimaksud ceramah itu adalah sebuah sikap yang perlu
dicontohkan kepada umatnya. Seorang penceramah yang baik dan betul-betul
penceramah tentunya bukan dari orang sembarangan, melainkan dari orang-orang
terpilih yang baik akhlaqnya.Begitu pula dalam hadis ini, pemimpin yang berhak
memberikan ceramah itu pemimpin yang memiliki akhlaq terpuji sehingga akhlaqnya
bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.
c. Kemampuan
Intelektual
Seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan intelektual, emosional, dan keterampilan yang akan menjadikan seorang
pemimpin memiliki nilai tambah. Menurut Sekretaris Daerah Prov Jatim, Dr H
Rasiyo secara intelektual, pemimpin harus memiliki kemampuan menganalisis
permasalahan dan memecahkan permasalahan secara tepat. Sedangkan secara
emosional, pemimpin harus memiliki emosional yang tangguh, percaya kepada orang
lain, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi manakala berhadapan dengan
publik.
Seorang
calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ),
spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ). Dalam hadits Rasulullah melalui jalan
shahabat Ibnu Abbas r.a, bersabda :
"Orang
yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan beramal
untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah orang
yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas Allah dengan
segala angan-angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang
mampu menguasai dirinya dan emosinya.Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak mudah
amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah
Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya.[7]Ia
akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan
pengambilan keputusan. Berdasarkan Qs. 10 : 55, mengandung arti bahwa dalam
mengambil dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan
dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki (Qs. 4 : 58).
Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada yang
bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
2. Factor
Eksternal
a. Politikalwil
Politik
merupakan salah satu factor yang bisa mempengaruhi keefektifan kepemimpinan
seseorang.Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu merangkul orang-orang
yang ada disekitarnya. Dengan memiliki kepercayaan atau pun pandangan positif
serta dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya baik itu keluarga,
bawahan maupun rekan kerja maka kepemimpinannya akan berjalan dengan lancar.
b. Otorits
kepemimpinannya
Otoritas (authority) dapat dirumuskan sebagai
kapasitas atasan, berdasarkan jabatan formal, untuk membuat keputusan yang mempengaruhi
perilaku bawahan. Banyak orang memahami bahwa otoritas adalah sebuah bentuk
kekuasaan seseorang atas diri orang lain. Pada waktu seseorang memiliki
otoritas, misalnya di dalam lingkup pekerjaan tertentu, maka kekuasaan menjadi
mutlak miliknya.Baik itu kekuasaan untuk mengatur, mengontrol atau memutuskan
sesuatu.Tentu saja jika digunakan oleh orang yang tidak tepat atau memiliki
motivasi yang tidak baik, maka otoritas tersebut tidak berfaedah untuk
membangun sebuah sistem malah meruntuhkannya. Bukan hanya itu, otoritas di
tangan orang yang tidak tepat, akan dapat disalahgunakan untuk menjajah orang
lain, mencari keuntungan sendiri dan menghasilkan perlakuan atau tindakan
semena-mena. Betapa baiknya otoritas untuk tujuan yang baik dan betapa buruknya
otoritas untuk tujuan yang menyimpang.Otoritas haruslah berada di tangan orang
yang tepat, yang mampu menggunakannya secara bertanggung-jawab.
Otoritas yang
baik dan benar yaitu, jika segala sesuatu berjalan dengan baik, di dalam sebuah
sistem pemerintahan, pekerjaan atau bahkan lingkup pelayanan.
c.
Rakyat
Rakyat (bahasaInggris: peoples) adalah bagian dari suatu negara atau unsur penting dari
suatu pemerintahan. Rakyat terdiri dari beberapa
orang yang mempunyai ideologi yang sama dan tinggal di daerah
atau pemerintahan yang sama dan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama yaitu untuk membela negaranya bila diperlukan.[8]
Oleh karenanya rakyat merupakan factor eksternal yang bisa mempengaruhi
pemimpin, secara mendasar saja jika tidak ada rakyat maka tidak akan ada
pemimpin. Pemimpin yang ialah Pemimpin yang menyesuaikan kepemimpinannya dengan
keadaan rakyat yang ia pimpin, sebagaimana rasulullah bersabda :
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ
أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا
مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا
أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ
حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ
أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ
احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا
عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ
Artinya ; Abu
maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah
saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum
muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah
akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka
kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan
orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy)[9]
Penjelasan:
Pemimpin sebagai pelayan dan rakyat sebagai tuan. Itulah kira-kira yang
hendak disampaikan oleh hadis di atas. Meski tidak secara terang-terangan hadis
di atas menyebutkan rakyat sebagai tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun
setidaknya hadis ini hendak menegaskan bahwa islam memandang seorang pemimpin
tidak lebih tinggi statusnya dari rakyat, karena hakekat pemimpin ialah
melayani kepentingan rakyat. Sebagai seorang pelayan, ia tentu tidak beda
dengan pelayan-pelayan lainnya yang bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan
majikannya. Seorang pelayan rumah tangga, misalkan, harus bertanggung jawab
untuk melayani kebutuhan majikannya.Demikian juga seorang pelayan kepentingan
rakyat harus bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan rakyatnya.
Dalam konteks indoensia, sosok “pelayan” yang bertugas untuk memenuhi
kepentingan “tuan” rakyat ini adalah presiden, menteri, dpr, mpr, ma, bupati,
walikota, gubernur, kepala desa, dan semua birokrasi yang mendukungnya.Mereka
ini adalah orang-orang yang kita beri kepercayaan (tentunya melalui pemilu)
untuk mengurus segala kepentingan dan kebutuhan kita sebagai rakyat.Karena itu,
bila mereka tidak melaksanakan tugasnya sebagai pelayan rakyat, maka kita
sebagai “tuan” berhak untuk “memecat” mereka dari jabatannya.
Bn
Keahlian dalam bidang pekerjaan yang
dipimpinnya amatlah perlu.Bagaimana kita dapat memberi pimpinan dan bimbingan
kalau kita sendiri tak ada kemampuan untuk melaksanakannya.Hal ini merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang dan masih banyak
lagi faktor keberhasilan seorang pemipin. Berikut ini adalah beberapa factor
keberhasilan pemimpin :[10]
a. Berpengetahuan
Ia memang memiliki kemampuan dalam bidang yang
dipimpinnya. Ia tahu yang dipimpinnya.
Ia tahu benar akan seluk beluk bidang kegiatannya, baik dari dalam maupun dari
luar. Ia memang melakukan spesialisasi di bidang itu. Meskipun sifatnya yang
mengkoordinir, akan tetapi sangat perlu mengetahui bidang gerak yang
dipimpinnya. Rasulullah bersabda “ Bila suatu perkara diserahkan kepada yang
bukan ahlinya, maka nantikan saat kehancurannya”.
Camkanlah bahwa “kennis is macht” yang berarti
pengetahuan adalah kekuatan.Karena dari pengetahuanlah kekuatan.Karena dari
pengetahuan itu lahir keyakinan, kekuatan dan semangat yang tak bisa
dipatahkan.
b. Keberanian
Adalah kemampuan batin yang mengakui adanya rasa
takut, akan tetapi mampu untuk menghadapi bahaya atau rintangan dengan tegas
dan tenang, atau dapat dikatakan bahwa keberanian adalah kemampuan berpikir
yang memungkinkan seseorang dapat menguasai tingkah lakunya dan dapat menerima
tanggung jawab serta dapat mudah bertindak dalam keadaan bahaya. Dalam hal ini
pemimpin harus bersikap seperti komandan, menumbuhkan sugesti keberanian pada bawahan. Pada saat tertentu pula, ia
hadir sebagai pengayom atau pelindung, sehingga para bawahannya merasa senang,
tentram dengan kehadirannya.[11]
c. Berinisiatif
Ia adalah kemampuan untuk bertindak, meskipun tidak
ada perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas
pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil
keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan,
sehingga selalu ingin meskipun tidak ada
perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas
pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil
keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka trhadap lingkungan,
sehingga selalu ingin ada perubahan dan ada perubahan dan perbaikan.Bila tidak,
maka disebut “wujudhu ka’ adamihi perbaikan.Bila tidak, maka disebut “wujudhu
ka’ adamihi (adanya dengan tidak adanya sama saja)”.
d. Berketegasan
Artinya kesanggupan untuk mengambil keputusan
keputusan dengan segera bila dibutuhkan dan mengutarakan dengan tegas , lengkap
dan jelas. Ketegasan bersumber pada keyakinan dan kepercayaan kepada diri
sendiri.
e. Kebijaksana
Bijaksana adalah kecakapan untuk bergaul dengan
bawahan maupun atasnnya dengan cara yang tepat dan tidak menyinggung perasaan.
Kebijaksanaan merupakan suatu kemampuan untuk menghargai apa lagi, kapan harus
dilakukan, dan kapan arus diam, menanggung saat yang baik.[12]
f. Adil
Artinya tidak memihak dan hanya komitmen terhadap
kebenaran.Ia mampu memisahkan antara emosi dan rasio. Dendam dan benci , cinta
dan dengki tidak mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Jadi berarti adil
di waktu cinta maupun benci (al’adlu fir
ridla wa fil ghadlab).
“Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu.Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia.
g. Taat
Artinya taat terhadap keputusan yang
disepakati.Setiap keputusan bersama dijalankan dengan konsekuen.
h. Berpembawaan
Yang Baik
Pembawaan atau tampang dan sikap seseorang berarti
penjelmaan yang nyata dari isi diri yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.Seorang pemimpin harus memperhatikan tingkah lakunya, tampangnya
bahkan pakaiannya.
i.
Memiliki Keuletan
Keuletan dibuktikan dengan kesanggupan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, walaupun banyk dialami oleh banyak rintangan dan
kegagalan-kegagalan. Kesanggupan untuk menahan kelelahan, kesakitan dan
penderitaan tanpa putus asa dan tidak kenal menyerah , sebagai bukti dari
keuletannya.
j.
Memiliki Semangat Besar
Seorang pemimpin harus mempunyai hasrat yang besar
dan perhatian yang mendalam terhadap tugas yang dihadapinya. Contoh dari
pimpinan akan membangunkan semangat yang besar pula pada anak buahnya, sehingga
tugas dapat diselesaikan dengan mudah.
k. Tidak
Mementingkan Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan ini adalah seorang pemimpin
yang tidak akan mengambil keuntungan dari pekerjaan kelompok itu utnuk
kepentingan diri sendiri serta tidak menyalah gunakan jabatan.
l.
Ikhlas
Atau memiliki kebiasaan untuk berbuat lebih dari apa
yang diharapkan sebagai imbalan. Jiwa ikhlas, pada dirinya tidak bersemayam
senantiasa menuntut balas. Semua yang dilakukan semata-mata mencari
mardlatillah(keridaan Allah), lain tidak. Pujian, sanjungan ataupun cercaan sedikit
pun tak mempengaruhi semangatnya dalam usaha mencapai tujuan.Ia selalu ingin
berbuat sebanyak-banyaknya, selalu ingin berprestasi.
m. Dapat
Menguasai Diri Sendiri
Bila nafsu diperturutkan, maka segala persoalan
takan terselesaikan, buah karya selama hidup tak menghasilkan. Seorang yang
dapat menguasai diri sendiri, berarti bila ia memiliki rencana, maka tegas pula
terhadap rencananya itu. Ia tanpa mengulur-ulur waktu atau mencari alasan,
programnya langsung dijalankan.
n. Mampu
Dan Bersedia Melakukan Tanggung Jawab Sepenuhnya
Seorang pemimpin yang berhasil ia bersedia memikul
tanggung jawab atas kebijaksanaanya maupun atas kesalaan dan kekurangan para
pengikutnya. Kalau ia coba-coba melakukan berusaha melemparkan kesalahan itu
kepada orang lain, maka kedudukannya akan gagal dan ia akan kehilangan
kewibawaan sebagai pemimpin. Kalau seorang bawahannya memuat kesalahan dan
bawahan itu terbukti telah melakukan tindakan yang tidak becus, maka seorang
pemimpin harus bisa menerima kenyataan itu sebagai kesalahannya sendiri. Dia sendirilah yang telah gagal
sebagai seorang pemimpin selama ini.
o. Bisa
Menjalin Kerjasama Yang Baik
Pemmpin yang sukses ia bisa memahami kehendak dan
kemauan para pengikutnya. Dengan demikian barulah ia dapat menerapkan prinsip
kerjasama yang baik dengan bawahannya. Kedudukan seorang pemimpin dipilih oleh
bawahannya, maka kepala diangkat menurut peraturan tertentu atas instasi yang
berwenang.
p. Bisa
Menguasai Persoalan Secara Terperinci
Persoalan yang dimaksud ialah baik mengenai
kedudukannya sebagai pemimpin maupun dari segi tehnis pelaksanaan.Bagaimana
pula bila seorang yang diserahi amanat dan tanggung jawab kemudian tidak
mengetahui persoalan yang harus dipertanggung jawabkan.Dengan komunikasi yang
baik maka segala persoalan maupun programnya bisa dihayati bawahan. Penghayatan
yang sepaham akan menghasilkan dukungan.
q. Menaruh
Simpati Dan Pengertian Yang Dalam
Ia mampu menginventarisir gejolak dan keinginan dari
bawahan. Segala kritik, tegur sapa, sumbangan pikiran dapatlah ia menampung dan
menyeleksi. Masing-masing tidak merasa kecewa bila berhadapan dengan dirinya.
C.
Faktor-faktor kegagalan seorang pemimpin
Kegagalan
dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti “tidak jadi atau tidak tercapai,
ketidak berhasilan”.[13]Jadi
kegagalan seorang pemimpin dapat diartikan sebagai ketidak berhasilan pemimpin
dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.Tidak sedikit pemimpin yang
gagal dalam kepemimpinanknya, yang disebabkan oleh banyak faktor. Berikut
beberapa faktor penyebab kegagalan kepemimpinan seseorang
a. Terlalu
Menekankan Kewibawaan
Harapan mendapatkan kewibawaan yang dilakukan dalam
bentuk kekerasan atau ancaman akan melahirkan ketakutan, sedangkan kewibawaan
yang ditegakan atas dasar kelakuan akan melahirkan kepatuhan. Seorang pemimpin
yang efesien harus senantiasa membina dan mendorong semangat kerja para
bawahannya dan bukannya serusaha menanamkan rasa tdalam akut hati para
bawahannya.Seorang pemimpin tidak boleh menggunakan kedudukannya itu sebagai
alat untuk menanamkan kewibawaan itu, atau dengan menyalah gunakan kekuasaan
(miss use authority).Ini berarti kepemimpinannya hendak ditegakan melalui unsur
tekanan dan kekerasan.[14]
b. Mementingkan
Diri Sendiri
Pemimpin yang didalam agama kedudukannya sebagai
khadam(pelayan), maka seharusnya ia lebih banyak berbuat dari pada menuntut
hormat. Seorang pemimpin yang menuntut penghormatan dari bawahannya pasti akan
mengalami kekecewaan. Pemimpin yang berjiwa besa tak mau menyembah dan juga tak
mau disembah, ia tidak menuntut penghormatan dari bawahannya. Ia sudah merasa
cukup dihormati apabila ia melihat kenyataan bahwa bawahannya itu bekerja keras
untuk kemajuan dan kepentingan bersama dan bekerja bukan untuk sekedar
memperoleh uang semata.
c. Tidak
Bisa Dipercaya Akan Janjinya(Khianat)
Seorang pemimpin yang tidak setia akan janjinya,
tidak bisa dipercaya sebagai pengeman amanat yang baik, ia akan selalu
menyepelekan akan segala ahal, ia tak akan langgeng mempertahankan singgasana
kepemimpinanannya. Sikap tidak setia inilah yang merupakan salah satu sebab kegagalan
dalam perjalanan hidup.
d. Tidak
Bisa Menguasai Diri Sendiri
Para bawahan tidak menaruh penghargaan terhadap
seorang pemimpin yang cepat naik darah atau tidak mampu mengendalikan amarah.
Akibatnya apa yang dilakukan lebih banyak gejolak emosional dari pada rasiona.
Gejala tidak bisa mengendalikan diri sendiri ini dalam berbagai bentuknya akan
merusak ketabahan serta semangat kerja bawahan yang salam itu bisa bertahan dengan penuh
kesabaran. Kritik yng dilakukan terhadap dirinya tiada membawa perbaikan akan
tetapi malah membawa masalah baru yang ruwet, sebab dirinya selalu merasa
benar.
e. Takut
Mendapat Saingan Dari Bawahan
Pemimpin yang berhasil ialah pemimpin yang mampu
menciptakan tenaga pengganti, sedangkan yang gagal adalah yang tidak mau
menciptakannya.Kecemasan batin akibat khawatir bila bawahannya bisa mneggeser
kedudukannya justru malah menimbulkan citra yang buruk terhadap dirinya sendiri
sebagai pemimpin. Satu kenyataan yang mengandung kebenaran adalah bahwa orang
akan menerima imbalan yang lebih besat untuk kemampuan dimana ereka berhasil
menyuruh orang lain mengerjakan dari pada satu pekrerjaan itu di kerjakannya
sendiri. Seorang pemimpin yang mengenal effisiensi kerja haruslah meningkatkan
effisiensi kerja para bawahannya melalui kemantapan pengetahuannya tentang
pekerjaan itu serta daya tarik dan pengaruh pribadinya sendiri sebagai pemimpin
yang berwibawa.
f. Kurang
Memiliki Daya Imajinasidaya Khayal
Imajinasi atau daya khayal pada hakikatnya adalah
satu wadah tempat manusia guna menempa segala bentuk rencananya.Dorongan dan
hasrat itu memberi bentuk dan menjelma menjadi tindakan berkat bantuan daya
khayal seseorang.Tanpa daya khayal yang kuat maka seorang pemimpin itu bisa
kelabakan dalam menghadapi keadaan gawat. Begitu pula ia akan tidak mampu
menciptakan bimbingan kepada para bawahannya agar bisa bekerja dan menghasilkan
prestasi yang efesien.
g. Terlampau
Mementingkan Soal Gelar
Seorang yang terlalu mementingkan soal gelar
terhadap pribadinya berarti sedikit kemampuannya untuk ditonjolkan, pintu
menuju ketempat pemimpin yang sejati terbuka bagi semua orang yang ingin masuk,
dan tempat kerjanya hendaklah merupakan markas kegiatan yang tidak perlu
mengenal formalitas dan peraturan-peraturan protocol yang kaku. Dalam dunia
wiraswasta penghargaan terhadap diri
seseorang terletak pada prestasinya, dan
bukan pada gelarnya. Oleh karena itu formalitas gelar tidak begitu
mempengaruhi dalam hal penelitian, sebab
ia hanyalah merupakan bentuk permukaan belum menyangkut kualitas.
D.
Analisia
Dari
uraian diatas, dapat dianalisa bahwa sukses atau tidaknya setiap kepemimpinan
sesorang pasti akan disebab kan oleh beberapa factor, baik itu factor yang
datang dari dalam diri si pemimpin(factor internal) maupun factor yang timbul
diluar diri pemimpin(factor eksternal). Adannya kepribadian, Akhlak, kecerdasan
atau intelektual, dan gen yang merupakan hal yang ada pada diri sang pemimpin
dapat dikatakan sebagai factor internal yang memang bisa menjadi acauan akan
kepemimpinannya, jika ia memiliki kepribadian yang baik maka baik pula
kepemimpinannya namun jika ia memiliki kepribadian yang buruk maka buruk pula
kepribdiannya. Dapat dikatakan pula bahwa factor internal memiliki pengaruh yng
lebih dibandingkan factor eksternal, meskipun tidak menutup kemungkinan factor
eksternal juga berpengaruh untuk kepemimpinan seseorang.Karena pada factor
internal ini lah yang memiliki peran besar untuk menentukan apakah kepemimpinan
itu baik atau tidak, jika seorang pemimping memiliki internal yang baik maka
factor negative dari internal dapat terminimalisirkan. Contoh seorang pemimpin
yang memilki sifat ramah tamah maka secara tidak langsung ia akan disukai oleh
bawahannya, namun jika seorang pemimpin memiliki sifat acuh tak acuh maka
pemimpin tersebut akan sulit untuk mengarahkan para bawahannna.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam
aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila
terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan
dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan
merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kesuksesan ataupun kegagalan seorang
pemimpin dalam kepemimpinannya tidak lah disebabkan hanya karena satu atau dua
faktor saja, karna banyak faktor baik ecara internal maupun eksternal yang bisa
mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Semakin banyak faktor positif yang masuk
pada seorang pemimpin maka semakin dekat ia dengan keberhasilan dan begitu pula
sebaliknya semakin banyak faktor negative yang masuk pada dirinya maka semakin
dekat pula ia pada jurang kegagalan. Menurut Poernomosidhi Hadjisarosa ada 3
faktor utama yang dapat mempengaruhi kepemimpinan :1. Faktor Personal; 2.Faktor
Jabatan; 3.Faktor Situasi dan Kondisi. Sedangkan menuruh Khairudi factor yang
mempenaruhi kepemimpinan terbagi 2 yakni factor internal(kepribadian, perilaku
pemimpin, intelektual) dan factor eksternal (politikwal, otoritas pemimpin,
rakyat)
B.
Saran
Pemakalah menyarankan kepada para pembaca untuk
membaca materi lain yang berkenaan atau menyangkut materi ini. Karena,
pemakalah hanya menyajikan materi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh
pemakalah.
[1]Prof.
Dr. Susilo Supardo, M. Hum. Kepemimpinan
dasar dasar dan pengembangannya.Andi , Yogyakarta:2006.hlm 51-53
[2]Abdoel kadir, Abdul
Wahab,Dr.,Ir., Organisasi
Konsep Dan Aplikasi, Tangerang,Pramita Press,cet.pertama, 2006,
h.125.
[3]Terry, Georga R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj.J.
Smith DFM. Jakarta, Bumi Aksara, Cet.Kedelapan, 2006. H. 152.
[4] James.A.F.Dkk, Manajemen I,
Jakarta:Prenhallindo,1996, H 9
[5] Drs. H. undang Ahmad, Etika
Manajemen Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010,H 150
[6]Robbins,
Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat. Hal.126-127
[8] Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.html
[10] Drs. EK. Imam Munawwir.
Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam.Surabaya: Usaha Nasional. H170
[11] Ibid H 170
[12] Ibid H 171-175
[13] W.J.S Poerwadarminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Balai
Pustaka:Jakarta, 2003. H 337
[14] Drs. EK Imam Munawwir, H176-179
No comments:
Post a Comment