KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah semata yanga telah
memberikan dan mengajarkan manusia dengan qalam dan mengajarkan manusia apa yang
belum diketahuinya, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya pada akhirrnya penyusun
dapat menyelesaikan penulisan ini, yang berjudul ”Penggunaan Diksi dan Kalimat
Efektif dalam Forum Resmi”.
Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada
sang pendidik manusia, yang telah membawa manusia dari alam kebodohan kepada
alam yang terang benderang oleh ilmu pengetahuan yakni Nabi Besar Muhammad SAW.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada keluarganya, para
sahabatnya, para tabiin dan tabiut tabiin serta kepada umatnya yang selalu
berpegang teguh menjalankan ajarannya.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman, Dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi penyusun dalam penulisan makalah ini, mudah-mudahan apa yang telah
diberikan dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun dari segi
pembahasannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
akan memperbaiki penulisan ini.
Pekanbaru,30
Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 4
B. Rumusan
Masalah 5
C. Tujuan 5
D. Manfaat.................................................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diksi atau Pilihan kata 6
B. Syarat-syarat Pemilihan Kata 8
C. Pengertian
Kalimat Efektif 11
D.
Syarat-syarat Kalimat
Efektif 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 15
B.
Daftar Pustaka......................................................................................... 16
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa
tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata,
frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci
pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa
Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat
dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus
dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan
kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang
menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang
mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis
atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata.
Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian
dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak
dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat
diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan
gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
B. Rumusan
Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
- Pengertian
diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia
- Pengertian
kalimat efektif
C.
Tujuan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dan kalimat
efektif dalam bahasa Indonesia dan menghasilkan tulisan yang indah, enak
dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin disampaikan.
D.
Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini
adalah, sebagai berikut:
- Mahasiswa
dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata.
- Menguasai
berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
kalimat yang jelas, efektif dan efisien.
- Ketepatan
dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
BAB
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata,
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan suatu gagasan atau
sebuah cerita.
Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Ketepatan dalam pemilihan kata
dalam menyampaikan gagasan.
- Pengarang harus memiliki
kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
- Menguasai berbagai macam
kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang
jelas, efektif, dan efisien.
Contoh paragraf
:
1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara
di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore.
Kamipun pulang tak lama kemudian.
2. Liburan kali ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke
pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami
sudah disambut oleh semilir angin yang tak heti-hentinya bertiup. Ombak yang
berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami.
Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraf diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan
kata atau diksi, paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca
dan tidak membosankan.
Macam macam hubungan makna :
- Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
- Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
- Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
- Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
- Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
- Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
- Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
- Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna kata sebenarnya,
makna kata secara wajar, secara apa adanya,
atau disebut juga makna leksikal, yaitu makna seperti yang terdapat
dalam kamus. Dengan kata lain, makna denotatif itu
adalah makna yang lebih dekat dengan bendanya, atau makna harfiahnya. Kata gerombolan, misalnya
bermakna ‘kelompok, kumpulan’. Makna kata seperti itu adalah makna denotasi
atau makna sebenarnya. Contoh :
1.
Pohon jambu
yang dicangkoknya sudah mulai berbuah.
2.
Warna baju anak
itu hijau.
3.
Anak yang
kekurangan darah lebih baik makan hati ayam atau hati sapi setiap hari.
Kata berbuah, hijau, dan makan hati mengandung
makna denotatif atau makna sebenarnya.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang diberikan
pada sebuah makna leksikal. Jadi, makna konotatif adalah makna tambahan, yaitu
makna yang diluar makna sebenarnya atau makna kiasan. Dengan kata lain, makna
konotatif adalah makna yang bertautan dengan nilai rasa. Kata gerombolan,
misalnya selain bermakna ‘kumpulan, kelompok orang’ juga bermakna ‘pemberontak,
penjahat’. Makna yang terakhir itu adalah makna tambahan, makna kiasan, atau
makna yang bertautan dengan nilai rasa (konotatif). Contoh :
1.
Pakerjaannya
menjadi buah bibir masyarakat.
2.
Dalam hidup
berkeluarga saya masih hijau.
3.
Ibu yang malang
itu makan hati karena kelakuan anaknya yang tak tahu diri itu.
Kata buah bibir, masih hijau dan makan hati mengandung
makna konotatif, yaitu makna tambahan, makna kiasan atau makna baru yang bukan
sebenarnya.
2. Makna Umum dan
Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah
kata yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum,
sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh
lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah lele
lokal, lele dumbo.
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh
pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra.
Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata abstrak untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat
teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan
menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan cerdik yang
keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.
5. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh
kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti
karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu
digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan
dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata-kata tersebut :
Kata Ilmiah:
Kata Popular:
Analogi
kiasan
Final
akhir
Diskriminasi
perbedaan perlakuan
Prediksi
ramalan
6. Pemakaian Kata
Masalah pemakaian kata atau pemilihan kata adalah masalah yang sangat
penting dalam berbahasa. Kesalahan pemakaian kata tidak jarang menimbulkan
kerancuan bahasa, ketidakjelasan makna, bahkan kesalahan pengertian.
Masalah diksi
adalah masalah yang cakup pembicaraannya lebih luas. Misalnya, menyangkut
pemakaian kata secara tidak tepat. Yang pertama akan dimulai dengan pemakaian
kata tugas dengan yang penggunaannya sering tidak tepat, atau kadang
yang seharusnya kata itu dipakai malah tidak dipakai atau sebaliknya. Kata dengan
digunakan untuk menandai beberapa makna. Yang pertama ialah makna yang
menyatakan sebagai alat. Contoh :
-
Gadis itu
berjalan dengan tongkat.
-
Pohon itu
ditebang dengan gergaji mesin.
Pada contoh kalimat itu, alat yang dipergunakan berupa benda
konkret, tetapi dapat juga digunakan benda abstrak, seperti contoh berikut :
-
Protes
mahasiswa dilakukan dengan tertib.
-
Pemindahan
penduduk tidak akan dilakukan dengan kekerasan.
Makna kedua adalah makna yang menyatakan kebersamaan. Makna itu
terdapat pada ujaran yang menyatakan bahwa para pelaku mengambil bagian pada
peristiwa yang sama. Contoh :
-
Bidi pergi
memancing dengan teman-temannya.
-
Ayahnya
melarang dia berteman dengan pemabuk.
Yang ketiga makna ‘kesertaan’. Makna yang mirip dengan
‘kebersamaan’ ini terdapat pada ujaran yang menyatakan adanya benda yang menyertai
pelaku. Penyerta itu umumnya benda yang tidak bernyawa. Oleh sebab itu,
penyerta itu tidak ikut aktif mengambil bagian dalam peristiwa yang dinyatakan.
Contoh :
-
Dokter itu
datang dengan peralatan yang canggih.
-
Peserta
pertemuan itu pulang dengan kenangan manis.
Yang keempat adalah makna ‘cara’ yang terdapat pada ujaran yang
menyatakan cara peristiwa terjadi atau cara suatu tindakan dilakukan. Contoh :
-
Diskusi itu
berlangsung dengan tertib.
Pemakaian kata dengan pada contoh-contoh di atas sudah benar.
Tanpa kata dengan kalimat-kalimat itu memiliki makna yang tidak jelas
atau tidak dapat dipahami.
C.
Pengertian
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau
perasaan penulis secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau
pendengar terhadap pokok persoalan yang dibicarakan. Kalimat yang efektif
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca, identik dengan yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Di samping itu, kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dalam pikiran
pembaca atau pendengar.
Adapun menurut Gorys Keraf, kalimat efektif adalah
kalimat yang :
1.
Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
- Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
D. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat
kalimat efektif, yaitu :
b.
Secara tepat
dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
c.
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Bila kedua syarat dipenuhi, maka tidak mungkin akan terjadi salah
paham anatara mereka yang terlibat dalam komunikasi. Syarat-syarat lain yang
dibutuhkan dalam kalimat efektif
adalah :
adalah :
a.
Kesatuan
gagasan
Kesatuan
gagasan dibentuk melalui unsur-unsur yang membangun kalimat dengan
memperhatikan ide pokok kalimat tersebut, sehingga kalimat tersebut hanya
mengandung satu ide pokok. Dengan kata lain, kesatuan gagasan sebuah kalimat
ditandai dengan keberadaan satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Kesatuan gagasan dalam kalimat itu dapat dibentuk dengan
berbagai cara, meskipun kalimat, secara praktis dibangun oleh unsur-unsur
fungsional yang disebut sebagai subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (K).
Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat berbentuk kesatuan tunggal,
kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Kesatuan tunggal terdapat pada kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari
satu pola kalimat saja, yaitu : SP, SPO, SPPel, SPK, SPPelK, atau SPOK.
b.
Koherensi yang
kompak
Koherensi ialah adanya hubungan yang jelas antara unsur yang satu
dengan yang lain dalam membangun ide pokok kalimat. Kepaduan itu menunjukkan hubungan
yang erat antara unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu antara subyek-prediket,
prediket-obyek, dan keterangan unsure pokok.
Koherensi antar unsur pembentuk kalimat sangat terkait dengan
kesatuan gagasan yang terkandung dalam kalimat tersebut. Jika antar unsur
pembentuk kalimat tidak mamiliki koherensi secara jelas, maka kalimat tersebut.
akan sanggup mewakili gagasan penulis.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
seseorang sebelum menuangkan gagasannya kedalam sebuah kalimat yang efektif,
yaitu :
1. Pola kalimat
2. Penggunan kata depan dan kata penghubung
3. Penempatan keterangan : oposisi dan aspek
4. Penggunaan kata yang tidak berlebih-lebihan
c.
Penekanan
Penekanan mengacu kepada upaya yang dilakukan untuk menonjolkan
unsur yang dipentingkan dalam sebuah kalimat. Penekanan itu dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, antara lain dengan mengubah posisi kalimat (unsure yang
dipentingkan), menggunakan repetisi (pengulangan bentuk yang sama), menggunakan
pertentangan, dan menggunakan pertikel penegas.
Cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan penekanan, baik dalam
bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan, yaitu :
1.
Menggunakan
repetisi
2.
Mengubah-ubah
posisi dalam kalimat
3.
Menggunakan
partikel penekan
4.
Menggunakan
pertentangan
d.
Variasi
Variasi ditujukan agar kalimat yang digunakan dapat menarik
perhatian pembaca, sehingga sifat monotoni kalimat dapat diminimalkan. Variasi
kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata yang bersinonim atau penjelasan
yang berbentuk frase, keragaman bentuk kalimat (panjang pendeknya kalimat),
penggunaan bentuk kata (me- dan di-), dan dengan mengubah posisi
kalimat. Dengan demikian, sebuah gagasan sebenarnya dapat dituangkan dengan
aneka ragam kalimat.
e.
Paralelisme
Paralelisme adalah penempatan gagasan-gagasan yang memiliki fungsi
dan esensi yang sama dalam suatu struktur atau konstruksi
gramatikal yang sama. maksudnya, gagasan-gagasan yang memiliki fungsi dan nilai
yang sama ditulis sejajar secara gramatikal.
f.
Penalaran
Penalaran atau
jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk
menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju suatu simpulan yang masuk akal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi
kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Dalam memilih kata, seorang penulis harus
memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, yaitu :
a. Ketepatan dalam pemilihan
kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi
perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b. Kesesuaian pemilihan kata yang
cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan
lain-lain.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik.
Beberapa syarat Kalimat yang Efektif adalah :
1. Kesatuan Gagasan
2. Koherensi
3. Penekanan Bahagian Kalimat
4. Variasi Kalimat
5. Paralelisme
DAFTAR PUSTAKA
Ruskhan, Abdul Gaffar, 1990, Diksi (Jakarta )
Sarwoko, Tri Adi, 2003, Pengembangan kalimat-kalimat efekti
(Yogyakarta : Andi Offset)
AR, Nursalim, 2007, Kalimat Efektif (Pekanbaru: Infinite)
Keraf, Gorys, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta :
Gramedia)
http://herlambangprasetyo.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-kalimat-efektif.html
http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/
No comments:
Post a Comment